𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Pada malam harinya, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Anisa, ialah kakak perempuan Asyraf yang tinggal di Australia mengikut suaminya setelah menikah 3 tahun yang lalu.
"Assalamu'alaikum Bun, kakak kangen banget sama Bunda." Anisa berjalan menuju Amira kemudian memeluk Bundanya dengan erat.
"Putri Bunda, akhirnya pulang juga. Bunda juga rindu nak." Amira balas memeluk Anisa dengan erat.
"Eh, Imran mana? Kenapa kamu cuma sendiri nak," tanya Amira sembari melihat kanan kiri, namun dia tetap tidak menemukan menantunya sedangkan Anisa berfikir sejenak.
"Astagfirullah, Kakak lupa Bun," ucap Anisa sembari menepuk keningnya.
"Mas Imran tertinggal di bandara bun," lanjut Anisa sambil cengengesan.
Mereka semua yang ada di sana terbelalak mendengar penuturan Anisa, "Ya Allah... bagaimana bisa kamu meninggalkan suami kamu di bandara sendirian Anisa?!" Amira memelototi anaknya.
"Hehehe, Anisa nggak sadar bun, kalau mas Imran ternyata belum masuk," tutur Anisa dengan senyum tak berdosanya.
"Astagfirullah... Pak, Pak Sarif!" Amira memanggil sopir yang bertugas menjemput Anisa dan suaminya.
"Iya, buk?" Pak Sarif datang menghampiri Amira.
"Bagaimana bisa menantu saya tertinggal di bandara?"
"Ehemm... anu buk, itu tadi neng Nisa minta dibelikann minuman dingin. Lalu den Imran keluar untuk mencari minuman itu, tapi setelah 30 menit den Imran belum juga kembali hingga akhirnya neng Nisa tertidur. Setelah beberapa saat neng Nisa bangun dan menyuruh saya menjalankan mobilnya tanpa mau mendengar penjelasan saya terlebih dahulu, bahwa den Imran masih di luar." Pak Sarif menjelasakan peristiwa yang terjadi di bandara tadi.
"Bun, bukan salahnya kakak ya. Mas Imran aja yang kelamaan di luar, kan kakak jadi lupa," Anisa memotong Amira yang hendak memarahinya. Amira hanya bisa mengelus dada melihat tingkah putri sulungnya.
"Terimakasih Pak, sudah menjemput Anak dan menantu saya walaupun pada kenyataannya salah satu dari mereka tercicir di jalan," ucap Amira sambil melototi putrinya.
Pak Sarif mengangguk kaku sebab merasa bersalah karena telah meninggalkan menantu dari majikannya. "Baiklah bu, saya izin permisi menjemput den Imran," ujar Pak Sarif.
"Tidak usah Pak, biar saya saja yang menjemput kakak ipar. Jarak bandara dan rumah ini lumayan jauh, saya tau bapak lelah," ujar Asyraf pada pak Sarif.
"Heh, adek durhaka emang. Kakak kamu baru nyampe beberapa detik yang lalu, kamu malah mau pergi. Bukannya di sapa dulu kek, dipeluk, dicium gitu?!" ujar Anisa dengan sewot.
"Salah kakak juga, bagaimana bisa melupakan suami sendiri." Jawab Asyraf dan jangan lupakan muka datarnya.
"Tidak usah den, saya tidak lelah. Saya permisi mau menjemput den Imran."
"Sudah, jangan malah berdebat. Pak saya minta tolong untuk menyampaikan kepada Pak Edi untuk menjemput menantu saya sekarang juga, nanti menantu saya diculik lagi, dan bapak silahkan istirahat." Amira menengahi perdebatan tersebut.
Setelah perdebatan yang panjang akhirnya Pak Edi lah yang pergi menjemput Imran. Bunda akhirnya menyuruh Anisa untuk istirahat sejenak sembari membersihkan diri, karena bagaimanapun juga Anisa baru saja menempuh perjalanan jauh.
Setelah beberapa saat terdengarlah suara deru mobil yang berhenti di garasi rumah, ternyata itu adalah Imran yang kebetulan pulang dengan mertuanya. Anggota keluarga yang lain juga tengah berkumpul di ruang tengah, dimana disana juga ada paman dan bibinya Asyraf namun Asyraf dan Aluna tidak ada terlihat lagi setelah melaksanakan shalat maghrib tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Random"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra