𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap Aluna dengan intens.
Aluna yang melihat orang-orang menatapnya hanya bisa mundur perlahan dan bersembunyi di belakang Asyraf. Asyraf kemudian menarik lengan Aluna dan menggenggam tangannya hingga sekarang mereka berdiri berdampingan.
Amira menyuruh Asyraf membawa Aluna masuk ke dalam rumah, Aluna pun hanya mengikut saja dan masih tetap diam.
"Bun, kenapa kita disuruh kesini?" Asyraf bertanya tanpa basa-basi.
"Ya Allah bang, belum juga satu menit kamu di rumah bunda," jawab Amira.
"Bukan gitu Bun, Aluna sedang sakit makanya Abang tanya begitu, Bun."
"Astagfirullahhh ... Mantu bunda sakit apa nak, Ya Allah. Kamu sih, katanya dokter tapi istri aja masih dibiarin sakit." Amira histeris dan berjalan menuju ke arah Aluna dan ia melepaskan tautan tangan Asyraf dan Aluna, hingga kini Amira duduk diantara mereka berdua.
"Mana yang sakit, Nak?"
"Hehe, Aluna udah baikan Bun," Aluna tersenyum canggung karena kini banyak pasang mata yang tengah menatapnya.
"Abang, kamu gimana sih? Jagain istri gak bener ya, kamu. Kenapa istri kamu sakit, ha? Katanya dokter, jaga istri aja gak bisa." Amira menatap Asyraf dengan tajam, namun Asyraf hanya diam. Dia juga merasa gagal karena tidak bisa menjaga Aluna dengan baik dan salah satu penyebab Aluna jatuh sakit adalah dirinya juga.
Saat Aluna ingin menyahuti perkataan bundanya, seseorang lebih dahulu memotongnya. " Ya Allah Bi, Asyraf juga manusia kan Bi, yang mengatur segala sesuatu itu adalah Allah. Bibi nggak boleh salahin Asyraf begitu, ini juga pasti bukan kemauannya Asyraf Bi, mungkin saja tubuhnya dia yang lemah." Perempuan itu mewakili isi hati Aluna, tapi ... kenapa dengan akhir katanya itu seolah sedang menyudutkan Aluna, atau bagaimana? Aluna jadi pusing, tapi yang dapat Aluna simpulkan bahwa perempuan ini tidak menyukai dirinya, terlihat dengan tatapannya yang sinis saat menatap Aluna, berbeda dengan saat ia menatap yang lainnya. Tapi pertanyaan besar di otak Aluna sekarang adalah, siapa perempuan ini?
"Iya, maafin Bunda. Kedepannya kamu jaga mantu Bunda dengan baik, Masa orang lain diurusin dengan baik, tapi ibu dari anak sendiri nggak diperhatiin!"
Aluna melotot mendengar pernyataan mertuanya sedangkan Asyraf mengangkat sebelah alisnya lalu menghela nafasnya sedangkan perempuan tadi tangannya sudah mengepal kuat.
"Anak?" cicit Aluna.
"Iya, anak. Mungkin kamu pucat gara-gara hamil sayang. Mashaallah, Bunda akan punya cucu," Amira memeluk Aluna sambil menciumi gadis itu.
Aluna menatap Asyraf dengan wajah lelah dan memelas, "Abang ...." Asyraf kemudian menarik bundanya dari Aluna sembari menggenggam tangan sang Bunda. Asyraf menatap bundanya dengan dalam, " Bun, Bunda yang sabar dulu ya. Mantu bunda belum isi. Do'akan secepatnya, Inshaallah," ujar Asyraf sembari tersenyum lain halnya dengan Seseorang yang mendengar ucapan Asyraf tersebut, dia mengepal tangannya kuat.
"Yahhh, Bunda kira tadi udah, maafin Bunda ya nak." Amira menatap ke arah Aluna dengan raut bersalah. Aluna hanya tersenyum dan mengangguk, kalau boleh jujur sekarang Aluna ingin tidur dalam dekapan suaminya, perkara dengan para anjing tadi sukses membuat dia kehilangan tenaga, walau nyatanya dia hanya anteng di gendongan Alex tapi tetap saja, dia juga lelah.
"Bun, apakah kita hanya mengobrol bertiga seperti ini saja? Mereka ngapain disini?" Asyraf melihat para sepupunya yang sedang melahap pizza seperti orang yang tak makan seribu tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi dosen ganteng
Random"Menikahimu adalah ujian dan kebahagiaan yang datang secara bersamaan." ~Asyraf Abdullah "Inilah aku dan segala kekuranganku, Mohon cintai aku dengan apa adanya diriku." ~Aluna Azzahra