Keringat bercucuran dari dahi, napasnya memburu seirama dengan langkah kaki yang terus melaju. Tak peduli dengan embusan angin yang begitu dingin menusuk kulit, Rena terus berlari.
Pagi buta, Rena berlari sendirian mengelilingi jalanan komplek menuju taman yang tak jauh dari rumahnya. Semalaman ia terjaga, memikirkan kisah cintanya yang rumit. Bahkan setelah putus dari Alan, pria itu masih menghubunginya, meminta kesempatan kedua.
Rena sudah muak, ia sampai memblokir nomor Alan agar tidak bisa mengganggunya lagi. Tapi pria itu tak menyerah dan memakai nomor lain untuk meneror Rena. Sampai-sampai ia harus menonaktifkan ponselnya dan tak bisa memejamkan mata karena bayangan Alan terus menghantui pikirannya. Itu kenapa ia memutuskan lari pagi, berharap mampu melupakan sejenak masalah yang membelenggu.
Rena berhenti mendadak saat seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya. Tubuhnya menegang, napasnya tercekat, takut. Bagaimana tidak, jika situasi taman yang sepi karena masih pukul setengah enam pagi. Belum ada orang-orang yang beraktivitas di sekitar taman, berhubung bukan weekend. Lalu ada orang asing yang muncul di hadapannya.
Rena menelan ludah, menatap ngeri seseorang yang berdiri di depannya. Orang itu memakai jaket hitam dan tudung kepala yang menutupi sebagian wajahnya. Siapa? Rena bertanya-tanya dalam benaknya, mencoba menerka-nerka siapa orang yang mencegatnya. Ketakutan menyergap, pikiran-pikiran negatif bergentayangan di dalam kepalanya.
"Siapa ya?" tanya Rena, memberanikan diri.
Pria itu membuka tudung kepala, mengangkat wajahnya. Betapa kagetnya Rena saat melihat wajah pria itu.
"Alan!" pekik Rena, tak percaya jika orang itu ternyata Alan. Mau apa lagi pria itu? Apa belum puas juga sudah menghancurkan hatinya, lantas sekarang datang lagi untuk mengusik ketenangannya. Rena mengepalkan kedua tangan, menahan gejolak emosi di dalam dada. "Mau apa kamu ke sini?"
Alan menatap lekat wajah Rena. "Kenapa kau menonaktifkan ponselmu?" Bukannya menjawab, Alan malah balik bertanya. "Kau sengaja menghindariku?"
Rena mendecih. "Minggir!" Ia tak ingin meladeni Alan, baginya hanya akan membuang waktunya percuma.
"Nggak mau." Alan si keras kepala, tentu saja ia tak akan menyingkir dari hadapan Rena sebelum wanita itu memaafkan dan menerimanya kembali. "Ren, dengarkan penjelasanku terlebih dahulu." Ia berusaha meraih tangan Rena, tapi wanita itu menepisnya dengan kasar.
"Cukup Alan!" bentak Rena, muak. "Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan, aku nggak butuh penjelasan apa pun darimu. Bagiku semuanya sudah berakhir, jadi minggir dari hadapanku. Aku muak melihat wajahmu!" Rena meluapkan emosi yang menggebu-gebu, menatap nyalang pria itu dengan penuh kebencian. "Alan lepas!" Rena memberontak ketika Alan mencekal lengannya.
Alan tak menggubris teriakan Rena, ia menyeret wanita itu menuju ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari taman.
"Alan! Tolong!" Rena menarik-narik tangannya, tapi cekalan Alan terlalu erat. "Alan lepas!" Pria itu tak menghiraukan jeritannya dan memaksa ia masuk ke mobil. "Alan, kau gila! Alan! Fuck!" Sumpah serapah Rena lontarkan, tangannya menggedor-gedor kaca jendela.
Alan masuk ke bangku kemudi, langsung menyalakan mobil dan segera pergi dari sana. Sepanjang perjalanan, ia terus menghalau serangan Rena yang brutal. Wanita itu memberontak, teriakan nyaringnya memenuhi seisi mobil, hingga akhirnya Alan terpaksa harus mengikat kedua tangan dan melakban mulut Rena agar tidak berisik.
Mobil Alan berhenti di tepian danau yang dikelilingi pepohonan rindang. Rena bergidik, matanya menatap sekitar, mengamati tempat yang tak begitu asing. Tempat favoritnya dengan Alan ketika menghabiskan waktu akhir minggu, melepas penat dengan menaiki perahu di danau itu. Tapi mereka sudah lama tidak datang ke sini karena keduanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahlah Denganku (Tamat)
RomanceBukan jodoh yang salah, tapi waktu yang belum tepat. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk Rena. Satu bulan menjelang pernikahan, dia justru mendapati tunangannya berselingkuh. Kecewa, sakit hati dan putus asa mengantarkannya ke sebuah club yang bar...