17. Jodoh

1.1K 220 23
                                    

Jika kamu jodohku, aku harap kita akan dipertemukan di pelaminan, disatukan dalam sebuah ikatan suci, dan hanya bisa dipisahkan oleh maut.

-Davin-

Rena menatap pantulan diri di cermin, memandangi gaun panjang bewarna hitam yang membalut tubuh rampingnya. Seulas senyum tipis tercetak jelas di wajah cantiknya yang sudah dipoles make-up, ia tampak begitu elegan dengan rambut panjang yang terurai bebas.

"Ren." Ketukan pintu dibarengi suara panggilan dari luar menginterupsi Rena. Sontak ia menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka lebar. "Ada Davin di bawah," ucap mamanya, memberitahu.

"Iya, Ma. Ini sudah selesai kok." Rena meraih clutch warna hitam mengkilap di atas meja, kemudian berjalan menghampiri mamanya.

"Anak mama cantik sekali," puji mamanya, takjub melihat betapa anggunnya putri kesayangannya. Wajah penuh binar berseri-seri, membuat hatinya merasa teduh. Ia yang sempat khawatir dengan psikis Rena pasca batalnya pernikahan dengan Alan, nyatanya putri kecilnya sudah menjelma jadi wanita dewasa yang begitu tangguh dan kuat menghadapi badai rintangan yang menghadang di setiap langkahnya. "Ternyata warna hitam sangat cocok untuk kamu," tambahnya, merujuk pada warna dress panjang yang dikenakan Rena.

Rena menunduk sekilas, memperhatikan dress panjangnya, lalu kembali tersenyum hangat pada mamanya. "Bagus 'kan Ma, ini pemberian Davin. Dia yang nyiapin ini, aku juga nggak nyangka kalau selera Davin bisa cocok di aku."

Mamanya mengelus pundak Rena. "Ya sudah, ayo turun. Kasihan kalau Davin disuruh nunggu lama."

Rena mengangguk, lantas keduanya berjalan beriringan. Di saat menuruni tangga, tiba-tiba sang mama bertanya perihal hubungannya dengan Davin——sejauh mana keduanya melangkah dan juga menanyakan tentang sosok pria itu di mata Rena.

"Jadi, menurut kamu Davin orangnya bagaimana?" tanya mamanya, menggandeng lengan Rena agar tidak terjatuh saat menuruni tangga dengan memakai high heels.

"

Baik, lucu, bijak juga. Ya sebelas dua belaslah sama kak Reyvan, cuma mungkin Davin lebih punya selera humor ketimbang kak Reyvan yang kaku," jawab Rena, mendeskripsikan sosok Davin dari pengamatannya. Satu hal yang tak Rena ungkapkan, kalau Davin ganteng. Ia terlalu malu untuk mengatakannya pada sang mama.

"Jadi cocok ya kalau jadi anak mantu mama," sahut mamanya, membuat wajah Rena seketika memerah.

"Mama apa-apaan, si. Rena belum kepikiran sampai sana. Kita juga masih tahap saling mengenal satu sama lain." Rena tampak malu-malu, apalagi saat melihat Davin yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama dengan papanya. Pipinya semakin bersemu, tak bisa dipungkiri kalau Davin memang benar-benar tampan. Setelan jas bewarna hitam, rambut yang disisir rapi ke samping dan seulas senyum disertai lesung pipi yang begitu mempesona. Wanita mana yang tidak akan jatuh hati melihat senyum semanis madu itu. Jantung Rena saja sampai berdetak tak tentu arah, berdegup kencang seirama dengan langkah yang serasa berat. Gugup.

"Tapi Davin sepertinya serius. Mama sama papa merestui kalau kalian ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi. Apalagi kita juga sudah tahu seluk beluknya, kenal baik sama keluarganya. Mama nggak memaksakan, semua keputusan ada di kamu. Kami selalu mendukung apa pun yang kamu pilih, karena kamu yang akan menjalani. Hanya saja mama sama papa ingin mengingatkan jangan sampai kamu salah memilih pasangan hidup, karena menikah itu hanya sekali," ujar mamanya.

Rena termenung, memikirkan baik-baik ucapan sang mama. Sampai tanpa sadar langkah kakinya sudah membawa ia ke hadapan Davin yang sedang mengobrol dengan papanya.

Menikahlah  Denganku (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang