"Yes."
"Tapi pacaran dulu ya."
Davin tersenyum geli, membayangkan ekspresi Rena semalam saat menerima lamarannya. Di depan para tamu undangan Rena menganggukkan kepala sebagai jawaban, pipinya bersemu tampak malu-malu. Apalagi ketika Davin tanpa izin langsung memeluknya, beruntung Reyvan sudah merestuinya. Jika tidak, mungkin ia akan dihakimi oleh pria itu. Tapi di saat pelukan itulah Rena berbisik pelan, meminta waktu untuk saling mengenal lebih dekat lagi. Jadi keduanya sudah resmi pacaran sekarang.
Senangnya dalam hati, baru punya pacar lagi. Seakan, dunia, hanya milik berdua.
Plak!
Itu lagu poligami kenapa lo aransemen liriknya Bambang!
"Mau ke mana, Vin? Rapi amat," tanya mamanya saat melihat Davin berpenampilan rapi, tak seperti biasanya anak semata wayangnya itu pagi-pagi sudah rapi kecuali ada pekerjaan. Tapi dilihat dari pakaian yang dikenakan, jelas bukan urusan kerja kalau Davin saja memakai kaus hitam dipadu jaket levis bewarna senada.
"Mau jemput calon mantu Mama," jawab Davin, mencium pipi mamanya yang sedang menyiapkan sarapan. Lalu ia menarik kursi, duduk di samping kiri papanya yang tampak sibuk memainkan ponsel.
Mamanya mengernyit, bingung. "Calon mantu? Maksudnya pacar? Kamu punya pacar?"
Davin mengangguk, menelan kopi yang sedang diseruputnya. "iya, pacar baru. Akhirnya Davin punya pacar, jadi Mama sama Papa nggak usah repot-repot buat menjodohkan Davin lagi."
"Siapa pacar kamu? Kok nggak dikenalin ke mama sama papa?" Mamanya terlihat sangat penasaran, pasalnya Davin selama ini tidak pernah dekat dengan wanita mana pun. Apalagi anaknya itu selalu menolak semua wanita, baik yang dikenalkan olehnya atau oleh papanya Davin.
"Mama kenal kok."
"Iya, siapa? Apa Nabila?" tebak mamanya, karena seingatnya wanita terakhir yang didekatkan olehnya itu ya Nabila——anak teman arisannya.
"Bukan, namanya Rena. Rena Tara Adriansyah. Mama kenal 'kan? Pasti kenal dong, Mama aja pernah muji-muji Rena." Dengan bangga Davin menyatakan kalau Rena pacar barunya.
"Rena adiknya Reyvan maksud kamu, si Dokter cantik?" Davin menganggukkan kepala, mamanya terbengong sesaat. Lalu tiba-tiba menimpuk kepala Davin dengan centong nasi yang dipegangnya sejak tadi.
"Aww!" Davin memekik, mengusap kepalanya. "Ma, sakit. Kok digetok si."
"Kamu pakai pelet apa? Kamu pasti main dukun ya? Jangan aneh-aneh ya Davin, dosa tahu!" cecar mamanya, saking nggak percayanya kalau Davin pacaran sama Rena lewat jalur sehat, dipikir anaknya itu pakai jalur sesat. Secara ia tahu betul kalau cinta Davin bertepuk sebelah tangan, pria itu memang sering curhat masalah percintaannya. Termasuk ketika patah hati waktu tahu Rena sudah punya kekasih.
"Nggaklah Ma, ya kali pakai dukun. Ganteng-ganteng begini pakai dukun, malu sama yang oplas di klinik Tongfang," seru Davin, agak kesal karena tuduhan mamanya.
"Ya siapa tahu aja 'kan? Lagian bukannya Rena sebentar lagi mau menikah?" Mamanya berdecak. "Jangan bilang kamu tikung? Ya ampun Davin, insyaf Vin, dosa, ingat dosa! Jangan jadi pebinor, tobat Vin, tobat, ya ampun ...."
Davin mendengkus pelan, mengkorek telinganya yang berdengung akibat omelan mamanya. Sepertinya mamanya sudah terkontaminasi sinetron azab, lihat aja sudah bahas-bahas dosa. Terus apa-apaan itu, Davin dibacain surat yasin. Dipikir ia sarang setan?
"Ma," rengek Davin. "Nggak gitu juga konsepnya. Ini anak Mama bukan jin iprit, kenapa dibacain do'a begitu?"
"Biarin, biar kamu tobat. Bisa-bisanya merebut calon istri orang. Emangnya nggak ada wanita lain, mama sama papa bisa cariin yang lebih bagus dari Rena. Hih, kamu tuh ya, malu-maluin mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahlah Denganku (Tamat)
RomanceBukan jodoh yang salah, tapi waktu yang belum tepat. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk Rena. Satu bulan menjelang pernikahan, dia justru mendapati tunangannya berselingkuh. Kecewa, sakit hati dan putus asa mengantarkannya ke sebuah club yang bar...