empat ; ambisi dan titik lemah

1.4K 303 23
                                    

aku sudah hampir di ujung jalan
upaya, tenaga, dan penghabisan
yang sudah dan sedang diusahakan
runtuh terbangun entah sampai kapan

lagu selaras milik kunto aji dan nadin amizah mengalun lembut dalam telinga yunho. suara nadin yang syahdu diiringi dengan suara kunto aji, membuat air matanya mengalir.

kita bisa selama masih ada
rumah untuk pulang
dan memulai segalanya

rumah, ya? bahkan di rumah, yunho seakan menjadi budak bagi mama-papanya. ia tidak betah disini, seperti neraka. tanpa sadar, yunho terisak hebat, menangisi keadannya.

PLAK!

sebuah tamparan menghiasi pipi mulus yunho. tamparan itu berasal dari ibunya sendiri.

“kamu ngapain? enak banget ya tiduran?”.

yunho mengelap air matanya sambil sesenggukan, “aku udah belajar tadi,”. mamanya menaikkan alisnya tidak percaya.

tiba-tiba mamanya menoleh singkat ke arah tangan yunho yang banyak sekali sayatan baru. “buat apa tangannya disayat gitu? biar dikira orang penyakit mental?”.

yunho menggeleng. tidak berani menjawab pertanyaan mamanya. “mending mati aja deh yun kalo kamu gabisa banggain mama atau papa,”. mamanya keluar dari kamarnya.

sekali lagi, yunho merasa sangat kecewa. usahanya yang selama ini mati-matian dianggap apa? sebegitu susahnya kah melihat hasil juang dirinya sendiri?.

yunho tertawa, meratapi nasibnya. memukulkan kepalanya ke dinding kamar. setelah dirasanya puas, lalu ia mengambil cutter di laci, dan mulai menyayat tangan kanan dan kirinya. ia harus segera keluar dari rumah ini.

darah segar mulai keluar dari lukanya. yunho tersenyum miring, kapan terakhir kali ia dapat tidur dengan tenang?.

mati aja yunho.

dunia liat lo sebagai beban, ga ada gunanya lo hidup.

yunho memeluk lututnya sendiri, memukul kepalanya dengan kepalan tangannya. ia menangis lagi saat sebelah earphonenya mengalunkan lagu milik feby putri.

perlahan menjerit atas yang kuterima
dari orang-orang yang tak paham

perlahan menjerit atas yang kuterimadari orang-orang yang tak paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

disinilah mingi sekarang, bar. setelah menang melawan musuhnya pada saat tawuran, mingi merayakannya di bar bersama teman-temannya.

dahinya mengernyit, melihat bayang-bayang seseorang yang ia kenal. itu yunho, ada masalah apa sehingga lelaki itu malah menempatkan kakinya di bar?.

mingi memilih mendekati lelaki itu dengan yunho dan tatapan kosongnya tengah meneguk wine.

“yunho? lo ngapain disini? ga belajar biomedik dan antek-anteknya?”.

yunho masih menangis. ia menatap wajah mingi gusar. “pergi, gue lagi gamau—hiks kelahi,”.

”yun pergi, yuk? lo mabuk. jangan sampe lo besok malah bangun di ranjang tante-tante,”.

yunho menggeleng. mendorong badan mingi ke belakang hingga tersentak ke tembok. “apa susahnya lo tinggal pergi, gi?!”. mingi kembali mendekat, mendekap badan yunho walaupun yunho sedikit melawan.

”i won't go. berhenti buat gue khawatir, bisa?”.

mingi masih mendekap badan yunho. membiarkan air mata yunho membasahi bajunya. ia sangat khawatir. jelas, tangan yunho banyak sekali sayatan. bagaimana dia bisa diam saja melihat orang yang dicintainya menderita?.

“untuk satu hari ini aja yun, jangan anggep gue musuh lo. you need a friend to listen to your stories, okay?”.

yunho mengangguk singkat. matanya sudah lelah menangis, ia memilih untuk menegadahkan kepalanya di dada bidang mingi, ia butuh tidur.

mingi mengusap surai coklat milik yunho.

cantik.

mingi memilih menggendong yunho yang tidur dengan gaya bridal, hendak membawanya pulang ke apartemennya.

“you need to survive, yun. gue bakal bantu lo sembuh. i love you,” bisiknya samar pada telinga yunho yang menyebabkan yunho ngelantur.

“i love you too, gi.”

“joong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“joong... ini semua demi kepentingan kamu, nak.”

hongjoong mengacak surainya. ia sangat kesal sekarang. mamanya selalu memaksanya untuk melakukan ini. memangnya kenapa kalau dia tidak melakukannya? memangnya kenapa kalau dia akan mati di usia yang muda?.

“ma... semua manusia punya titik lemah, kan? aku juga bakal lemah kalo mama paksa gini!”.

"JOONG! YOU'RE TOO MUCH!" kini nada bicara papanya meninggi. memukul pipi hongjoong sehingga terasa berkedut perih. tamparan papanya, jago juga.

“apa? papa mau nampar aku lagi? tampar! tampar sampe aku mati dihadapan kalian!”.

papa hongjoong hanya mengepalkan tangannya, anaknya selalu penuh misteri yang susah dijelaskan. “papa tanya sama kamu, apa alasannya kamu nolak ngelakuin itu?”.

“aku tanya sama papa, kenapa aku harus ngelakuin itu kalo ujung-ujungnya aku bakal—” omongannya terpotong karena mamanya memeluknya erat. masih dengan isak tangis yang sama dengan tahun lalu.

“jangan bilang gitu joong,”.

hongjoong tidak menangis. kejadian ini sama seperti kejadian 6 bulan yang lalu. ia sudah terlalu biasa. semuanya menganggap ia lemah, ia ingin dianggap kuat walaupun berpenyakitan.

“mom, look at me. aku sehat. anak mama ga akan segampang itu untuk tumbang, ya?”.

mamanya masih terisak dengan tangisan. tatapan matanya kosong. ah, hongjoong tidak bisa melihat ini. terlalu menyakitkan bagi hongjoong melihat mamanya kehilangan arah, bagaimana lagi ia harus meyakinkan mamanya?.

“pa, mama bakal sakit kalo kebanyakan nangis. bawa aja ke kamar biar istirahat. mataharinya aku gaboleh sampe sakit, ya?”.

papanya mengangguk, mencoba membangunkan istrinya yang masih setia memeluk badan hongjoong di sofa. seakan tidak ada hari esok untuk kembali memeluk putranya.

“yaudah pa, biarin aja dulu. mama bakal tidur kalo udah selesai nangis. biar aku yang gendong ke kamar,”.

sebelum papanya pergi, hongjoong memanggil papanya.

“pa, papa mau aku bahagia, kan?”.

papanya mengangguk, tentu saja ia ingin putra semata wayangnya bahagia.

“kalo gitu biarin aku sendiri yang nulis kisah hidupku kaya gimana, tanpa campur tangan mama papa termasuk yang kita bicarakan tadi, bisa?”.

skenario rumit semesta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang