dua belas ; dua orang kontras

1K 217 18
                                    

pukul setengah dua belas malam, hongjoong dan mingi masih di cafe untuk menyelesaikan tugasnya. sebenarnya tugas hongjoong sudah selesai, hanya menunggu mingi.

“cepetan anjing. ini cafe gajadi tutup gara-gara lo,”.

mingi hanya menghembuskan nafasnya. menatap hongjoong geram. “kalo gitu, sini lo aja yang ngerjain tugas gue,”.

“bercanda pak matematika,”.

mata hongjoong beralih pada handphonenya. ia rindu seonghwa. hongjoong menekan kontak seonghwa dan menelfonnya. tentu saja diangkat oleh seonghwa.

“halo hwa? dimana?”.

“di apartemen. sini kalo kamu mau,”.

“hari ini gabisa, sayang. aku bareng mingi,”.

mingi yang namanya disebut hanya mendecih. “JIJIK SAMA BUCIN!” katanya.

hongjoong menatapnya heran, mingi tidak ngaca apa bagaimana? malah ia lebih bucin dari hongjoong.

terdengar seonghwa yang tertawa singkat disana. hongjoong pun ikut tertawa, tapi tidak dengan mingi. ia jadi merindukan yunho-nya.

“oh iya joong, minggu depan mau manggang ga? ajak mingi sama yunho juga boleh,”.

“manggang dimana?”.

“di rumah aku lagi satu, udah lama ga ditempatin, jadi lumayan kalo buat pesta. aku bakal ajak wooyoung sama yeosang,”.

“minus yeosang,”. ia menjadi sensitif setelah mendengar nama yeosang.

“joong, dia adik tingkat kesayangan aku juga.”

hongjoong mendecak sebal. “izin koreksi, pemerkosa merangkap jadi adik tingkat. yaudah terserah kamu aja,”.

“nah gitu dong. peluk dulu sini,”.

“peluknya nanti waktu prepare bahan, aku tutup ya hwa kayanya tugas mingi udah selesai,”.

benar saja, ternyata mingi sudah selesai berkutat dengan tugasnya. lalu, mereka berjalan menuju parkiran.

“gi. ke minimarket dulu lah, gue mau beli kopi,”.

mingi mulai mengendarai mobilnya, di jalan mereka hanya berdeham sambil bernyanyi. “minggu depan, seonghwa ngajakin manggang. mau ikut?”.

“gapapa emang gue ikut? kalo yunho ikut, gue ikut.”

“dih bucin,”.

mingi menoyor kepala hongjoong. “dih bicin,”.

“ya gapapa lah, orang seonghwa nyuruh gue ngajakin lo kok,”.

mingi masih fokus mengemudi, tangannya beralih menekan radio untuk mengganti lagu.

“selagi gratis. mana mungkin gue nolak,”.

 mana mungkin gue nolak,”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
skenario rumit semesta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang