sembilan ; intuisi tentang rasa

1.2K 253 32
                                    

“kak joong, ngapain di apartemen kak hwa?”.

begitu pertanyaan wooyoung. namun hongjoong hanya bisa menganga sehingga yeosang harus mendorongnya ke dalam. “kalo gamau jawab setidaknya gausah halangin jalan,”.

yeosang ini ada masalah apa sih dengan dia?. yeosang lalu mendorong kursi roda wooyoung mendekati seonghwa, lalu diikuti hongjoong yang menutup pintu. ia segera menuju ke dapur, mengambil beberapa camilan dan teh.

“kak joong! sini!” kata wooyoung.

hongjoong tersenyum dan segera menuju ruang keluarga dengan camilan dan teh ditangannya. lalu ia duduk di samping wooyoung. “kak, san ada cerita ga kalo buku kak joong ketinggalan di aku?”.

hongjoong mengangguk, temannya itu memang bilang dari 2 minggu yang lalu kalau bukunya dibawa oleh wooyoung. “tapi aku ga bawa bukunya sekarang, maaf ya?”.

hongjoong tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mencubit pipi wooyoung gemas. “iya gapapa dek. santai aja,”. wooyoung tersenyum dan mulai memeluk hongjoong, berbeda dengan yeosang yang menatapnya sinis.

“ngapain lo disini?”.

“sopan dikit kalo ngomong. gue lebih tua dari lo,”.

yeosang menggerakkan bola matanya dengan malas. lalu menyeruput es tehnya sambil menyenderkan bahunya pada seonghwa. wooyoung disana hanya bercerita tentang bagaimana ia tidak sengaja menemukan buku hongjoong di taman. sampai telfon milik hongjoong berdering.

“halo? aku lagi di rumah temen, kenapa pa?”.

“oke, aku pulang sekarang.”

hongjoong mematikan ponselnya dan mulai segera menuju kamar seonghwa untuk mengambil kunci mobil. sedangkan seonghwa hanya menatapnya bingung, ada apa dengan hongjoong?.

setelah semuanya siap, hongjoong lalu mengusap surai seonghwa. “aku pulang dulu, ya? maaf gabisa nemenin kamu, aku ada urusan, dah!”.

sebelum hongjoong menutup pintu apartemen, ia kembali masuk dan berkata, “gue titip seonghwa ya, jangan nyusahin, dia lagi lemes.”

selepas setelah hongjoong pergi, adik-adiknya ini menatap seakan-akan menuntut jawaban. “yeosang gendong dong, mau deketan sama kak hwa,” katanya. lalu yeosang menggendong wooyoung untuk mendekat dengan seonghwa.

jadi posisinya berubah, di sofa ada seonghwa dan wooyoung lalu yeosang dibawahnya, menyenderkan kepalanya pada paha seonghwa. “kak joong ngapain disini?” tanya wooyoung.

“dia cuma nginep gara-gara kemaleman buat pulang,”.

wooyoung memicingkan matanya curiga. “kak hwa juga kenapa lemes gini?”. seonghwa hanya bisa terdiam, rasa perih dianalnya semakin menjadi-jadi.

“lagian lo aneh deh kak, masa panas gini pake baju leher?” yeosang mencibir. lalu pelan-pelan seonghwa menyentil kepala yeosang. “suka-suka gue mau pake baju apa,”.

“bibir kak hwa ada bekas luka juga, kakak ngapain sih sampe kaya gini?!”.

“ini tadi abis mimpi dicipok setan, woo”.

wooyoung menganggukan kepalanya mengerti. sedangkan yeosang tak ada malasnya membolak-balikkan bola matanya.

“kamu gimana woo sama san? udah jadian?”.

“udah 2 bulan yang lalu, itupun harus nangis gara-gara yeosang ngga kasih izin. tapi kak hwa ngasih, kan?” seonghwa tidak tega menjawab tidak karena mata wooyoung sangat berbinar.

“lagian lo ngapain pacaran sama bajingan kampus?”.

“dia bukan bajingan ya, yeosang!”.

yeosang menatapnya malas. lebih mudah jika ia berdiam diri saja, lebih baik mengalah daripada gendang telinganya tidak aman akibat suara toa milik wooyoung.

skenario rumit semesta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang