15. destiny [END]

320 32 4
                                    

----

Sejak kejadian dua hari lalu aku dan jihoon belum mengetahui kabar dari miyoung, ntah dia sudah sehat atau masih berada di rumah sakit, jihoon juga belakangan ini tidak ke studio nya, tapi aku tak tau ke mana ia pergi dua hari belakangan ini.

Oh ya, belakangan ini juga aku selalu menyuruh jihoon untuk merenung, karena dia masih saja terus memikirkan calon dua anaknya yang sudah tiada. Aku tau pasti dia merasakan penyesalan yang sangat amat dalam. Dan aku juga tau betapa dia marah dan kecewa pada sikap miyoung.

Drt...drt...

"h-hallo?"

"nam miyoung?"

"aa, hai alisa, ternyata kamu kenal suara ku"

"ada apa?"

"bisa bertemu? Emm nanti siang, ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan"

"kebetulan aku gak kerja, jadi bisa aja"

"makasih, nanti aku kirimkan alamat tempatnya"

"oke"

Aku sedikit terkejut karena ternyata yang menelpon adalah miyoung, aku tidak bisa menebak-nebak apa yang ingin dia sampaikan. Tapi ku harap itu bukan hal yang memancing keributan.

----

"hai miyoung" sapa ku, miyoung mengajak ku ke sebuah restoran di pusat kota seoul.

"alisa, uda sampai ternyata, makasih ya uda mau datang" katanya tersenyum. Ku tatap matanya, tak ada tatapan sinis seperti waktu lalu, melainkan tatapan merasa bersalah yang ku lihat.

"tadi kamu bilang mau menyampaikan sesuatu, apa itu?" kata ku. Dia menunduk.

"emm, alisa, aku minta maaf sebesar-besarnya untuk mu, aku-aku yang bersalah di sini, aku minta maaf uda buat hubungan mu dan jihoon jadi renggang. Sebenarnya aku dan dia hanya sebatas kerja sama, tapi seiring berjalannya waktu, dan kami sering ketemu, aku jadi jatuh hati dengan suami mu, aku tau dia uda berkeluarga, tapi masih saja, aku ga bisa nahan perasaan ku. Kejadian waktu itu bisa terjadi karna memang aku yang menggoda nya, tapi aku pikir dia akan menolak, tapi-tapi yaa, you know." aku sudah menduganya, dan benar saja.
"jihoon sangat amat mencintai mu, aku tau itu, maaf sekali alisa." aku tersenyum padanya, mengelus pelan lengan wanita yang tampak akan meneteskan air mata itu.

"aku uda maafin kamu" kata ku tersenyum. Miyoung menangis.

"kalau kamu mau caci maki aku, silahkan alisa, aku akan menerimanya, itu semua emang salahku kok, kalau kamu mau jambak, jambak aja, gapapa" katanya seraya menangis. Aku berdiri mendekati nya, mendirikan tubuhnya yang terlihat lemas, lalu memeluknya layak seorang teman dekat, padahal kami pernah menjadi musuh kemarin.

Miyoung terkejut atas perlakuan ku, dia pikir aku akan menuruti permintaannya tadi, tapi tidak. Aku tak akan setega itu. Aku tau dia juga seorang wanita yang lemah, dia harus menanggung semuanya sendiri, bahkan dia harus bertanggung jawab dengan agency karna akan segera debut.

"i'm so sorry" katanya menangis cukup keras. Aku mengelus punggungnya agar dia merasa sedikit tenang.

"aku uda maafin kamu kok, jadi sekarang berhenti nangis" kata ku mendudukannya di kursi tadi.

"aku juga minta maaf buat jihoon, karna ga bisa jaga anaknya dengan baik, aku ga berani ketemu dia, jadi aku sampaiin lewat kamu ya. Makasih juga karena dia adalah coach terbaik yang pernah aku temuin, dia bukan orang yang sabar kalo kasih instruksi, tapi ilmu yang dia kasih benar-benar bermanfaat banget, sampai agency mempercayai aku buat debut jadi artis solo." katanya, miyoung tersenyum lembut seolah-olah sangat berterimakasih atas jasa jihoon.
"dan jihoon beruntung punya istri yang sesabar mu alisa, dan kamu juga beruntung punya suami sehebat jihoon." lagi-lagi aku tersenyum dan mengangguk.

STRONG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang