11. shock

244 32 1
                                        

----

Pukul 6 pagi, tidak, aku tidak terbangun dengan alarm atau panggilan alam, melainkan ada suara bell yang bunyi berkali-kali sampai membuat ku risih. Ku pikir itu jihoon, tapi seketika aku sadar, jihoon masih terlelap di samping ku.

Karna sang tamu terus memencet bell rumah ku, akhirnya aku bergegas keluar untuk membuka kan pintu.

"mommy, appa. Tumben sekali datang sepagi ini?" iya, tidak biasanya orang tua ku datang sepagi ini dan datang tanpa mengabari ku.

"kemana jihoon?!" tanya ayah ku dengan nada cukup tinggi. Aku bahkan baru menyadari kalau orang tua ku belum tau tentang masalah yang sedang menimpa rumah tangga ku dan jihoon.

"alisa, ada si-, ohhh mommy dan appa" tanpa pemberitahuan, jihoon keluar tiba-tiba dari kamar. Perasaan ku sungguh tak enak.

Shock, aku benar-benar shock, ayah ku langsung mendekati jihoon dan menarik baju nya dengan sarkas, kami berdua baru saja bangun dan belum sempat mengumpulkan nyawa. Wajah jihoon tampak terkejut atas perlakuan ayah ku. Ayah bahkan terlihat sangat marah, hei apakah kedua orang tua ku sudah mengetahui kejadian yang sebenarnya?.

"appa, tenanglah dulu, ada apa?" kataku mencoba menahan.

"kau masih bertanya? Lelaki brengsek ini harus diberi pelajaran, berani-beraninya dia menyelingkuhi anak ku satu-satunya" astaga benarkan dugaan ku, pasti ini ulah jeonghan oppa.

"yeobo, tahan dulu emosi mu, bicarakan baik-baik" kata ibu ku, seketika emosi ayah ku sedikit meredah.

-----

"appa tidak mau tau, hari ini juga alisa pulang ke rumah appa dan mommy" tegas ayahku, aku dan jihoon seketika saling berpandangan, mata jihoon seakan berkata 'jangan pergi' kepada ku, sungguh aku tak tega.

"appa, itu tak akan menyelesaikan masalah" kata ku.

"appa, mommy, i'm so sorry, really. Aku bahkan tak berniat menyakiti hati alisa, kalian bahkan tau, aku sangat mencintainya" jelas jihoon.

"cih, kau pikir aku percaya? Tak ada seorang pun yang jika ia benar-benar mencintai wanitanya, berani bermain dengan wanita lain" kata ayah ku. Oh Tuhan, apa lagi ini?.

"jihoon, tujuan mommy ingin memisahkan kalian sementara adalah, agar kalian berdua bisa saling intropeksi diri, memberikan kalian waktu sendiri untuk memilih pilihan kalian. Jika jodoh pasti tak akan lari, trust it." nasehat ibu ku. Memang ada betulnya sih, dan aku juga tak bisa membantah perkataan ayah ku, dia sangat-sangat tegas, dan jujur, aku takut padanya.

"aku juga kecewa pada kalian berdua, kenapa kalian bisa menyembunyikan masalah ini pada kami" lanjut ayahku. Aku benar-benar takut dengan ayahku saat ini, apalagi dalam mode emosi seperti ini.

"kami hanya berusaha untuk menyelesaikannya sendiri, dan tidak mau menambah beban kalian berdua, dan juga orang tua ku" kata jihoon dan aku mengangguk. Fyi, orang tua jihoon juga belum mengetahui hal ini.

Ayah menggeleng sembari berdecak.

"malam ini alisa harus sudah ada di rumah. Jika tidak, aku tak akan mengijinkan kalian berdua bertemu lagi" aku dan jihoon melongo.

"mommy pamit dulu ya, mommy percaya kalian bisa melewatinya" kata ibuku lalu menepuk pundak ku dan jihoon.

----

Jujur aku merasa kesal dengan ayah ku tadi. Padahal kami berdua bukan anak kecil lagi, tapi kenapa ia memperlakukan kami seperti anak abg yang baru saja berpacaran.

"it's okay babe, everything is gonna be okay" aku tersenyum simpul, dan tanpa sadar air mata ku menetes, ah, mood ku benar-benar sedang down.
"hei, don't cry" katanya membawa ku ke dalam pelukannya.

"i'm sorry, because appa make your feeling so bad" kataku dengan isakan. Sungguh aku merasa kasian dengan jihoon, aku tau dia harus menghadapi semuanya karna itu memang salahnya, tapi apakah semuanya ini tidak berlebihan?.

Jihoon menepuk-nepuk punggung ku.

"no, aku gapapa, ini emang salah ku, salah aku uda nyakitin anaknya appa yang paling dia sayang. Kamu jangan marah sama appa, aku paham dia gitu, karna sayang banget sama kamu" aku tau, aku tau dia berbohong, dari tatapannya aku tau kalau dia sedang tidak baik-baik saja, aku tau dia lelah, aku tau dia takut. Tapi aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.

Aku menyeka air mata ku sendiri, dan melonggarkan pelukan jihoon.

"kamu gapapa kalo aku tinggal beberapa hari?" tanya ku. Dia menggeleng.

"jawabannya aku ga baik-baik aja kalo ditinggal kamu, tapi aku ga ada pilihan lagi, dari pada ga diijinin ketemu lagi kan. After that, i don't what to do, kalo sampe ga diijinin ketemu" katanya sambil tertawa. Aku tersenyum.
"aku janji, semuanya akan beres saat kita ketemu nanti" aku mengangguk tersenyum, walaupun aku sedikit tak percaya. Tapi biarkan takdir yang menentukan.

"tapi kalo ujungnya kita bakal pisah gimana?"

"don't say that, aku percaya keajaiban, semua akan baik-baik aja. Kita berdua juga sepakat ga akan menikah kok" aku mengernyit.

"dia lebih mentingin career kok, bukan anaknya, orang tua nya juga ga perduli, so, kita punya banyak kesempatan kan" wow, aku bahkan tercengang dengan jawaban jihoon, padahal kemarin di rumah sakit miyoung mencoba memanasi ku tapi dia malah menolak menikah dengan jihoon.



----



"banyak banget baju yang kamu bawa" kata jihoon yang baru selesai mandi.

"di sana uda ga ada baju ku lagi. Jadi aku harus bawa banyak" jelas ku sambil mengemasi pakaian yang akan ku bawa ke rumah orang tua ku.

"emang lama banget ya?"

"emm, i don't know, semua tergantung appa"
"kamu juga pasti di studio doang kan" kata ku.

"iya sih, ngapain juga pulang kalo rumah sesungguhnya pergi" aku tertawa.

"siapa yang ngajarin ngomong gitu" kata ku menggodanya.

"kim mingyu" aku terkejut.

"sejak kapan kalian berteman?"

"sejak kita ribut, aku sering ngajak dia ketemu buat konsultasi masalah hati" jelasnya, aku lagi-lagi tertawa.
"dia asik juga orangnya, awas ntar jatuh cinta sama dia" ujarnya sambil menyisir rambutnya yang masih setengah basah.

"kalo kita beneran pisah, kayaknya aku bakal berakhir sama dia deh" kata ku menggodanya.
"bercanda, jihoon" kata ku tertawa. Sepertinya pria ini tak suka dengan candaan ku barusan, lihat saja wajahnya berubah cemberut.
"makanya ayo berusaha dan buktikan, aku percaya kamu kok" kata ku memeluknya dari samping.  Jihoon mengecup kepala ku cukup lama. Kita berdua tak tau apakah ini pelukan perpisahan sementara atau selamanya. Hanya takdir yang tau.



Everything happens for a reason. Don't question it, trust it.

STRONG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang