07. My Lecturer My Husband

178 20 0
                                        

Selamat Membaca

.
.

Kehidupan yang baru akan segera dimulai, semua kembali normal seperti sedia kala. Akhir dari kasus berdarah itu, pengadilan memutuskan bahwa Pak Bambang telah dinyatakan bersalah karena bekerja sama menyembunyikan kejahatan anaknya sendiri. Akibatnya beliau dijatuhi hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda uang senilai seratus juta rupiah yang akan diserahkan kepada keluarga Sinta korban pemerkosaan dan pembunuhan disengaja.

"Kiara."

"Hoi, Van. Buruan kita berangkat, hari ini mata kuliah Kak Neill."

"Seriusan lo. Bukannya jadwal beliau nanti jam satu kenapa jadi pagi."

"Mana gue tahu, emangnya gue pacarnya apa."

"Ngarep banget lo, paling juga Pak Rasya diem-diem  udah punya cewek."

"Sok tau banget lo, Van. Buruan naik, gue tinggal nih."

Ngaco banget sih Vania. Memang siapa perempuan yang mau sama Kak Neill. Pria dingin yang terkadang  mendadak melankolis itu.

Aku dan Vania sudah kembali akur seperti dulu lagi, semua rasa kecewa dan marah sudah hilang bagai ditelan bumi.

"Van, lama amat bawa motornya?"

"Lo nggak liat apa didepan lagi macet gara-gara ada kecelakaan."

"Kalau kita berdua terlambat, pokoknya lo yang harus tanggung jawab."

"Enak aja lo, namanya musibah kan nggak ada yang tahu. Noh liat kan, jalanan baru bisa dibuka pas polisi dateng."

"Iya, bawel."

Akhirnya kita bisa lolos juga.

Sepuluh menit perjalanan menuju kampus, sekarang waktunya untuk masuk kelas. Baru saja aku dan Vania ingin masuk kelas tiba-tiba saja terdengar suara seseorang.

Hah? Aku melongo melihat Kak Neill tengah berjalan ke arah kita berdua.

"Siapa yang mengizinkan kalian masuk."

Apa? Kenapa Kak Neill sudah datang terlebih dahulu bukannya masih ada waktu dua menit lagi saat mata kuliahnya dimulai.

"Kenapa malah bengong, silakan kalian belajar diluar. Saya sudah pernah bilang tidak akan memberikan toleransi bagi siapa saja yang tidak patuh."

"Tapi, Pak, masih ada waktu sekitar dua menit lagi kelas bapak mulai?"

"Berani kamu membantah saya, belajar diluar atau saya kurangi poin kamu pada mata kuliah saya biar tidak lulus."

Dasar menyebalkan. Dia itu pasti sengaja melakukan ini, pengen aku smackdown tapi aku sadar dengan fisik sendiri. Mau tidak mau aku dan Vania keluar dan menunggu sampai mata kuliah berakhir.

"Sumpah ya, gue syok sama tingkat kedisiplinan Pak Rasya. Lebih killer daripada Ibu Anita."

"Apalagi gue."

"Bukannya merenungi kesalahan kalian malah enak  bergosip, apa mau saya tambah hukuman kalian ini?"

"Maaf, Pak."

Asem bener dah. Itu telinga punya antena apa ya, tajam bener pendengarannya.

Malu banget jadi bahan tontonan anak-anak lain. Duh pengen aku jambak rasanya Kak Neill sampai botak.

Aku dan Vania tetap menyimak semua materi yang Kak Neill berikan tidak tertinggal satu pun. Akhirnya mata kuliah Kak Neill sudah selesai, kini aku bisa segera masuk kelas.

Terdengar jelas suara langkah kaki Kak Neill, berjalan keluar kelas.

"Masuk kalian berdua."

"Baik, Pak."

My Lecturer My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang