Selamat Membaca
.
.
.
Kak Neill dengan sabar merawat dan juga menjagaku semenjak pulang dari bazaar kampus, kondisi fisikku masih sangatlah lemah. Sehingga masih belum bisa melakukan apapun sendiri. Keluarga besarku sudah tahu dengan apa yang sudah terjadi pada diriku saat malam itu. Aku mendengar kabar dari Kak Neill kalau mamah sampai pingsan mengetahui apa yang sudah menimpaku."Cuci tangan dulu baru setelah itu sarapan."
"Iya, Kak."
"Aku sudah siapkan pakain baru untuk kamu, baju itu punya Marsha adikku. Sekitar jam delapan pagi nanti keluarga besar kamu akan datang kemari, dan Ayah juga akan bertanya sesuatu dengan kamu."
Aku tersenyum kecil menanggapi semua ucapan Kak Neill.
Perasaan takut itu terkadang sering menghantui aku, ketika tidur malam kemarin tidak begitu nyenyak. Aku merasa seolah penjahat itu ada disekitarku.
"Kamu tunggu di sini sebentar, sepertinya ada tamu."
"Iya, Kak."
Maafkan aku, Kak Neill. Untuk hari ini aku tidak patuh dengan ucapanmu. Diam-diam aku mengikutinya dari belakang dan segera bersembunyi dibalik tembok antara ruang tamu dan ruang tv.
Padahal masih belum jam delapan, tetapi keluargaku sudah datang lebih awal. Di mana si Kenzo, kenapa anak itu tidak ada?
Om Radit pergi ke ruangan lain bersama Kak Neill, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Berbeda dengan mamah yang sedari tadi terus saja menangis bahkan suara tangisannya terasa menyayat hati.
"Kenapa semua ini harus terjadi pada Kiara, Mas."
"Tenanglah, Sayang. Jangan menangis lagi, semua ini adalah takdir, kita tidak mungkin bisa mengubah semua itu. Sudah jangan menangis lagi."
"Tapi Mas Rendi, kenapa hal buruk seperti ini harus terulang kembali. Tidak cukupkah aku seorang diri saja yang merasakan pahitnya kejadian beberapa tahun yang lalu."
"Sudah jangan mengingat itu lagi, hatiku jauh lebih hancur jika mengingat masa lalu yang menyakitkan itu. Kamu adalah Maura Anastasya Hakim, wanita tangguh dan kuat yang pernah aku temui, ibu yang hebat untuk Kiara dan Kenzo."
Aku menekuk lututku, sedih mendengar kisah masa lalu kedua orang tuaku. Di mana mamah juga pernah menjadi korban pelecehan, akan tetapi papah saat itu bergerak cepat menemukan jejak mamah dan tentu saja mamah masih bisa diselamatkan dan kesucian miliknya tetap terjaga.
Kak Neill dan Om Radit sudah keluar dari ruangan.
Aku segera keluar dari tempat persembunyian dan langsung berlari kearah papah mamah. Tangisanku pecah seketika, ku peluk keduanya dengan erat.
Mamah berkali-kali mencium keningku. Beliau orang yang paling khawatir akan kondisiku.
"Mah, Pah, Kiara takut."
"Iya, sayang. Jangan takut, mamah akan menjagamu dan tidak akan membiarkan hal seperti itu terulang untuk kedua kalinya."
"Huaa."
Hanya suara tangisan yang mengisi di pagi hari ini, papah yang biasanya terlihat lebih cool dan wibawa, kini menangis terisak.
"Sayang, kamu temani Kiara istirahat di kamar. Biar masalah ini menjadi urusan para laki-laki."
"Iya, Mas."
Mamah dengan lembut merengkuh tubuhku dalam pelukannya, kini kita berdua sudah masuk ke dalam kamar. Kamar yang kami tempati adalah kamar milik Kak Neill.
Aku mencoba untuk tetap tegar tapi air mataku tidak bisa bekerja sama, alhasil aku menangis lagi. Bahkan mamah kembali terisak.
"Apa ada yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer My Husband
RomanceHatiku hancur tak kala mendengar kabar berita bahwa dirinya akan dijodohkan dengan wanita lain, bukan salah dirinya jika berpaling. Semua ini karena kesalahanku yang tidak jujur pada perasaan diri sendiri. Aku tidak tahu, apakah ini sebuah aib apab...