Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan untuk seluruh saudara muslim. Marhaban Ya Ramadhan.
.
.Selamat Membaca
.
.Neill Pov
Kiara. Kiara.
Entah sihir apa yang sudah kamu berikan padaku, hingga detik ini aku masih mengharapkan kamu. Padahal sudah jelas kamu menolak ku, tidakkah kamu teringat akan janji yang dulu kamu ucapkan padaku duhai Kiara Randolph Abiansyah.
"Kalau aku besar nanti mau nikah sama Kak Neill, boleh kan, Pah?"
"Kiara, Sayang. Kamu itu masih kecil, masuk SD saja belum sudah bicara nikah."
Kiara menangis histeris karena ucapan Om Rendi.
Bocah itu lantas berlari ke arahku lalu memelukku erat, seolah tidak setuju dengan jawaban Papahnya itu.
"Pokoknya Kak Neill harus nikah sama Kiara. Iya, kan, Kak?"
"Iya."
"Horeee," aku hanya tersenyum saja menanggapi ocehannya.
Bodohnya diri ini sudah menganggap serius ucapan seorang anak kecil yang bahkan usianya saja belum genap tujuh tahun. Aku yang saat itu baru memasuki kelas dua SMP justru terjebak dengan kalimat penuh rengekan Kiara, yang meminta diriku agar menikahi dirinya nanti jika sudah dewasa.
Lambat laun aku sudah bisa melupakan janjinya itu karena bagaimanapun perbedaan usia yang cukup jauh membuatku terasa aneh jika menikahi seorang bocah.
Kesan pertemuan pertama kami juga kurang begitu baik, pada awalnya aku sangat gembira sekali saat Ayah bilang akan kembali ke Bandung. Tentu saja aku akan bisa bertemu dengan dirinya yang mungkin sudah memasuki masa-masa pendewasaan diri.
Namun ekspektasi tidak sesuai realita yang ada, dia Kiara Randolph Abiansyah seakan menganggap aku orang asing yang baru saja dia temui. Apa aku saja yang terlalu berharap akan perasaan yang dia sendiri ucapkan saat kecil dulu. Dasar bodoh kamu Neill, dia mungkin sudah tidak ingat sama sekali akan memori masa kecilnya.
Tetapi aku cukup bahagia karena dia tidak berubah memanggil namaku, aku suka ketika dia memanggil namaku 'Neill' berbeda dari kebanyakan orang yang memanggilku 'Rasya'.
Saat malam pesta bazaar pun, aku merasa ketakutan setengah mati karena kehilangan jejaknya waktu itu. Aku terus mencarinya tanpa henti hingga ke seluruh area kampus namun jejaknya belum juga ditemukan, seperti orang kesetanan aku mencari Kiara.
Di saat aku sudah mulai menyerah, aku menemukan ponsel milik Kiara tergeletak di tanah bahkan layar ponselnya sudah pecah. Rasa semangatku kembali bangkit, aku langsung saja menuju ke arah gedung laboratorium. Dalam gelapnya malam, firasat hatku mengatakan kalau dia ada didalam. Dan benar saja, Kiara ada di sana. Melihat kondisi Kiara yang tidak baik-baik saja aku langsung menutupi tubuhnya dan melepaskan semua ikatan talinya.
Hatiku hancur melihat dia menangis histeris, tubuh mungilnya bergetar sangat hebat. Sebuah kenangan yang sangat buruk sekali.
Ku pikir seiring berjalannya waktu dia akan membuka hatinya untukku namun semua itu hanyalah sebuah nestapa. Dia hanya menganggap aku sebagai kakak kakak laki-lakinya, tidak lebih dari itu.
Aku yang masih belum bisa menerima penolakannya itu, entah setan apa yang merasukiku hingga dengan berani mencium bibirnya. Akibat dari kecerobohanku, dia mulai menjauh bahkan memintaku untuk mundur agar berhenti berharap padanya.
Walaupun dia memintaku untuk melupakan semua itu, aku sama sekali tidak bisa menghilangkan sosok dirinya dari hati ini. Sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikan posisinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer My Husband
Roman d'amourHatiku hancur tak kala mendengar kabar berita bahwa dirinya akan dijodohkan dengan wanita lain, bukan salah dirinya jika berpaling. Semua ini karena kesalahanku yang tidak jujur pada perasaan diri sendiri. Aku tidak tahu, apakah ini sebuah aib apab...