13. My Lecturer My Husband

175 16 10
                                        

Bagaimana kisah Kiara Neill, apakah kalian masih setia dengan kelanjutannya? Jangan lupa terus dukung author dengan cara like, komen dan follow....

Selamat Membaca

.
.

Masih dalam suasana yang membuat pusing kepala, kini aku dibuat bingung oleh Vania. Vania dengan paksa membawa aku entah ke mana. Joana dan Kak Marsha menyusul di belakang, sebenarnya ini ada apa. Apakah ada kejutan lain yang aku sendiri tidak tahu apa itu, semoga saja bukan sesuatu hal yang  membuatku malu.

"Sebenarnya kalian mau bawa gue pergi ke mana?"

"Lo diem aja, Ra. Lo tahu semuanya beres aja, biar kita-kita yang atur."

Nggak jelas banget mereka itu.

Kak Marsha datang berdiri di sampingku lalu menggandeng tanganku dengan ceria, aku tersenyum manis sebagai balasannya.

Butik??

Untuk apa pula mereka membawaku ke sini dan aku juga baru tahu dekat restauran ada butik.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"

Kak Marsha menyapa balik si pegawai.

"Saya ingin mengambil orderan baju kebaya atas nama Kiara."

"Baik, mohon tunggu sebentar."

Hah?!

Sejak kapan aku memesan kebaya, bahkan buka hanya aku yang beli. Mereka juga beli satu set kebaya dengan warna peach, masih dilanda kebingungan kini aku dibawa lagi ke ruangan lain.

"Waktunya make over."

"Apa-apaan ini? Kalian kenapa bertindak sesuka hati, jawab pertanyaaku sekarang. Apa yang sedang kalian rencanakan?"

Sabar, Kiara. Sabar.

Mereka bukannya menjawab justru kabur, kini hanya tinggal aku seorang diri bersama salah satu pegawai salon.

"Ya ampun si Mba ya cantik sekali," ucapnya tiba-tiba setelah melihat wajahku, "dan sang pria begitu beruntung bisa menjadikan Mba istrinya, saya akan pastikan semua orang akan pangling melihat Mba nanti terutama sang pria."

"Maaf, kalau boleh saya tahu. Dalam rangka apa saya di bawa kemari."

Kurang asem bener. Lagi-lagi aku dicuekin, ya sudahlah aku hanya bisa pasrah dengan semua ini.

Aku hanya duduk diam mempersilakan si Mbak salon memoles wajahku dan menata rambut, meski aku bingung tapi aku tetap berpikir positif. Mereka tidak mungkin mau nge-prank aku lagi kan?

Sejujurnya aku penasaran, bagaimana hasil make over Mbak salon. Tapi, saat aku ingin melihat kaca selalu saja dilarang katanya itu tidak boleh sebelum riasannya selesai, biar manglingi kata orang Jawa.

"Mbak ada keturunan orang bule ya?"

"Nggak sama sekali, saya asli Indonesia kok. Memangnya kenapa Mbak?"

Mbak Yanti si MUA menyuruh aku menutup mata, dengan senang hati aku menurutinya.

Sejujurnya, aku itu tidak punya pengalaman dalam make up. Selama aku hidup, yang aku bisa tiru hanya memakai lipstik, bedak tipis sama eyeliner.

"Soalnya wajah Mbak ya itu kelihatan bule, kaya ada darah keturunan orang Mamarika sana. Apalagi kalau di rambut si Mbaknya diwarnai blonde, orang-orang pasti nggak percaya kalau Mbak itu asli Indonesia."

"Ada-ada saja, Mba Yanti. Bisa jadi nenek moyang dari Papah sama Mamah saya ada keturunan sana, saya sendiri juga kurang tahu."

"Bisa jadi."

My Lecturer My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang