08. My Lecturer My Husband

156 20 0
                                    

Selamat Membaca
.
.

Semenjak pertengkaran kecil diantara aku dan Kak Neill beberapa hari yang lalu, saat ini keadaan sangat canggung sekali. Bukan hanya terasa canggung saja bahkan Kak Neill juga berubah menjadi lebih dingin. Seolah menganggap kehadiranku itu hanya sebuah bayangan cermin yang tidak penting akan wujudnya.

Ahh, aku jadi teringat kembali ucapan Tante Melani malam itu.

*Flasback

"Memang Tante tidak salah pilih kali ini, Susan Aditya sangatlah cocok untuk menjadi menantu di keluarga Joseph. Bukan begitu, Kiara?"

"Maaf, Tan. Tadi tante bicara apa?"

"Kamu ini lagi ngelamunin apa toh? Tadi tante tanya, Susan bukankah cocok dengan Rasya?"

"Aku no komen untuk masalah ini."

"Kamu ini, padahal Tante berharap kamu bisa kasih pendapat. Tapi ya sudahlah, diliat-liat juga Rasya ada ketertarikan dengan Susan. Jadi nggak sabar kalau mereka memutuskan untuk menikah nanti."

"Semoga saja impian Tante Melani bisa terwujud.''

Kenapa nada bicaraku seakan tersirat sebuah rasa tidak suka akan ungkapan manis Tante Melani untuk si Susan itu. Kenapa? Rasanya mau marah tapi aku ini siapa. Hanya orang lain di keluarga Joseph.

"Apa mereka sudah lama saling kenal, Tan?"

"Sudah lama banget itu sih, mereka dulunya teman satu kampus. Tiap ada tugas kampus Susan selalu datang ke rumah Tante, tapi semenjak mereka lulus kuliah, semakin jarang bertemu satu sama lain."

"Oh, begitu."

Begitu apanya, Kiara.

Kamu persis keledai bodoh yang tersesat ditengah gurun pasir karena tertinggal dengan rombongan.

Aku yang sedang berbincang-bincang santai dengan Tante Melani tidak sengaja melihat mereka berjalan ke arah kami lalu mereka berdua mengobrol tepat di hadapanku. Ahh, sengaja sekali mereka melakukan semua sandiwara ini.

"Rasya, ini puding Mangga buat kamu. Ini aku buat sendiri lho, rasa kesukaan kamu."

"Terima kasih, San. Kamu memang paling mengerti tentang aku."

"Apaan sih, bikin aku ge'er aja."

Huek. Sok cantik banget sih jadi orang, pakai acara malu-malu kucing segala lagi.

"Maaf, semuanya. Tba-tiba saja aku mules. Selamat bersenang-senang."

Padahal ini cuma alasan aku saja, habis aku males banget liat kemesraan mereka. Bikin orang pengen maki-maki rasanya. Mana Kak Neill kelihatan nyaman banget tadi.

Wake up, Kiara. Lupakan sosok Rasya O'Neill Joseph, perjalanan hidupmu masih panjang untuk digapai. Jangan terlalu pusing memikirkan laki-laki yang sebentar lagi akan berkepala tiga itu.

Si Vania ada apa malam-malam telepon.

"Apa?"

"Malam ini lo nginep sini dong, Ra. Gue sendirian di rumah nih."

"Bodo amat."

"Iih, lo mah emang suka gitu deh. Ayo dong, Ra. Atau gue yang nginep di rumah lo aja, gimana?"

"Terserah lo aja deh, Van. Lewat pintu belakang kalau bisa soalnya para tamu masih belum pada pulang."

"Oke, Tuan Putri."

"Preet."

Setelah sambungan telepon terputus, aku langsung saja keluar dari kamar dan pergi ke taman belakang menunggu kedatangan Vania.

My Lecturer My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang