Yo yo.. JANGAN lupa untuk berikan komentar kalian pada kisah Kiara Neill
Selamat Membaca
.
Sebenarnya aku merasa tidak enak hati sama para Dosen karena sering kali berkunjung ke ruangan Kak Neill, jujur saja aku takut mereka berpikiran aneh-aneh lalu muncul gosip yang menimpa kami berdua.
Dengan sopan aku menyapa para Dosen, tidak disangka mereka justru membalas sapaanku. Aku dibuat bingung dengan situasi sekarang, apalagi Pak Nando yang biasanya paling vokal kalau aku masuk ke ruang Dosen. Tapi, Beliau justru diam di tempatnya tidak menegur sama sekali. Entah aku sedang beruntung atau hanya untuk hari saja Pak Nando diam membisu.
"Kenapa lama sekali?"
"Eh?"
Astaga, sejak kapan Kak Neill tahu kalau aku sudah berdiri di depan pintu, bahkan sebelum aku mengetuk pintunya Kak Neill sudah gerak cepat membuka. Ini berbahaya sekali untukku jika ruangan Kak Neill jadi satu dengan Dosen yang lain, bisa-bisa mereka memandang kami berdua jijik karena lovely-dovey di Kampus.
"You are the apple of my eyes."
Aku yang mendengar kalimat rayuan Kak Neill langsung membekap mulutnya itu lalu dengan paksa mendorongnya masuk ke dalam.
"Kak Neill kenapa sih? dan akhir-akhir inipun sering banget berperilaku aneh, jangan begitu lagi, aku belum siap menerimanya. Mending Kak Neill kaya dulu deh, yang galak."
"Kamu ini," aku mendengus kesal karena Kak Neill dengan gemas mengapit hidungku.
Kak Neill dengan penuh kelembutan menarik tanganku lalu kita duduk untuk menyantap makan siang, dan semoga saja Kak Neill suka dengan hasil masakan ku.
"Kak, kayaknya hari ini terakhir buat kita bisa ketemu di kampus deh."
"Kenapa?"
Lucunya.
Bukannya dihabisin dulu makanannya malah membalas perkataan ku, kan jadi lucu macam tupai kalau makan penuh biji-bijian.
"Habisin dulu makanannya. Soalnya aku nggak enak aja gitu, nanti reputasi kampus keluarga Kak Neill jadi jelek. Terus juga kenapa pas tadi aku datang kemari, para Dosen acuh tak acuh."
Aku yang belum siap tiba-tiba saja ditarik oleh Kak Neill, alhasil tubuhku menghantamnya.
"Kak, ngapain sih."
"Sudah kamu diam saja."
Aku menurut saja, kini posisiku tepat duduk di samping Kak Neill tanpa ada jarak.
Sesekali Kak Neill juga menyuapi aku, padahal aku sudah menolak dengan halus.
"Besok lusa keluarga Kakak akan berkunjung ke rumah kamu."
"Dalam rangka acara apa?"
"Tentu saja membicarakan masalah hubungan kita berdua."
Aku tersedak mendengar penuturan Kak Neill, apakah tidak terlalu cepat membahas masalah tanggal pernikahan. Kan, belum lama ini kita berdua baru tunangan, tapi mungkin ini yang terbaik. Daripada nanti keburu ada pelakor, bisa-bisa martil melayang kalau ada yang coba merebut Kak Neill.
"Kak, gimana perasaan Kak Neill setelah aku juga membalas perasaan Kakak walau sedikit terlambat."
Aku menunggumu harap-harap cemas dengan jawaban Kak Neill.
"Entahlah," balas Kak Neill sambil tersenyum manis, "semua itu tidak bisa diucapkan hanya dengan kata-kata saja. Bahagia, sedih, terharu dan berbunga-bunga tentunya, meski diawal kamu itu terlalu gengsi."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer My Husband
RomanceHatiku hancur tak kala mendengar kabar berita bahwa dirinya akan dijodohkan dengan wanita lain, bukan salah dirinya jika berpaling. Semua ini karena kesalahanku yang tidak jujur pada perasaan diri sendiri. Aku tidak tahu, apakah ini sebuah aib apab...