20 New Generation

176 24 0
                                    

Happy Reading

Pagi yang cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah. menyambut kota Bandung sang kota kembang. Banyak sekali orang yang bersiap-siap, untuk menjalani aktivitas-aktivitas kesehariannya. Terutama para mahasiswa dan mahasiswi, yang berada di kos-kossan.

Dari balik tirai lantai dua, terlihat seorang remaja perempuan sedang bersiap-siap ke kampusnya, ia menyisir rambutnya yang panjang, dan ia siap berangkat. Satu langkah keluar dari kossannya saja, banyak para lelaki yang langsung ternganga dari bawah loteng karena kecantikan perempuan itu. Kira-kira siapakah dia?

Ia turun dari tangga, dan menebar pesona kecantikannya yang jelita.

"Putri! Tunggu!" teriak salah satu temannya, yang berjilbab berwarna pink.

Putri Aelinna Maheswari, itulah namanya. Seorang keturunan keluarga maheswari yang sangat jauh berbeda sikapnya dengan semua keluarganya. Putri Aelinna Maheswari sangat pintar, berpikiran maju dan berbudi pekerti. Tapi sayang, ia tak tahu akan agama karena keluarganya tidak pernah mengajarinya sama sekali di kampung.

"Yaelah, cepetan atuh, Zahra!" keluh Putri, yang tak sabar ingin ke kampus.

"Iya, tapi kan gue pake gamis gini. Jadi susah dong turun dari tangga, ya masa gue harus terjun."

Zahra Khairunnisa, teman Putri yang senantiasa berada di samping Putri sejak enam tahun belakangan ini. Zahra dan Putri bertemu di kampus, mereka juga satu jurusan, mereka sama-sama mengambil jurusan keguruan karena mereka sangat ingin menjadi seorng guru.

Zahra dan Putri mulai akrab saat mereka berdua seru-seruan di acara ospek kampus waktu itu. Dan akhirnya Zahra serta Putri berteman, lalu satu kamar kos. Zahra Khairunnisa pun sangat kebal dengan yang namanya pacaran, ia sangat menghardik pacaran. Ia mau berpasangan dengan cara ta'aruf saja, tapi tidak untik pacaran. Dia sangat alim, namun sikapnya juga sangat galak kepada laki-laki hidung belang. Hari-harinya memakai hijab besar, dan gamis. Berbeda dengan Putri, yang memakai dress mini, berlengan pendek sampai ke engsel tangan.

"Hehe, nggak juga sih. Ntar lo mati gimana, jangan marah ..." lawak Putri, yang sangat receh jika didengar oleh orang lain.

"Dasar lo! Ngomong jangan sembarangan dong!" gertak Zahra.

"Iya-iya, ayo cepetan!" Putri menarik telapak tangan Zahra, dan mereka berdua menaiki

Mereka berdua menaiki sepeda motor milik Putri yang terbilang jadul jaman sekarang, meskipun jadul tapi di jaman itu motor Putri sangat mahal dan tak ada orang yang bisa memiliki motor itu kecuali anak orang kaya raya. Termasuk para lelaki, para lelaki hanya menggunakn motor buluk yang sangat kuno. Gayanya kalah dengan Putri, yang memang anak sultan. Meskipun Putri terbilang orang kaya raya, dan semuanya serba ada. Putri tak pernah sombong, dia senantiasa memberi fakir miskin ataupun pengemis-pengemis yang ia temui. Putri sangat amat Dermawan, beda jauh dengan sang ibu, yang sifatnya bagaikan setan.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang