28 Pentas Seni Berdarah

137 27 0
                                    

Happy Reading

"Bubuk emas! Bangsat!" kesal Laras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bubuk emas! Bangsat!" kesal Laras.

Laras langsung berubah ke wujud aslinya, mula-mula pakaiannya berubah menjadi hitam. Rambutnya yamg semula terurai menjadi dikepang dan sangat amat panjang. Matanya mulai menguning, kukunya menjadi sangat amat panjang.

Kemudian wajahnya dipenuhi borok dan nanah yang sangat amat menyengat, Laras murka!

"Pasti si Arka nih! Pasti si Arka yang udah ngejebak gue, dasar Arka anak culun!" bentak Laras, kesal pada Arka.

"Awas aja itu orang ya, gue habisin lo malam ini juga!"

Laras langsung menebak Arka karena Arka adalah satu-satunya orang yang tahu bahwa dirinya seorang siluman daayan, karena Arka mempunya mata batin yang mampu melihat seseorang itu manusia atau bukan.

"Ta-tapi gimana caranya supaya gue bisa balik normal lagi? Argh, pusing!" Laras, tak tahu jalan keluar untuk masalah ini.

Dari jendela, rupa-rupanya Zidan sedari tadi sedang memergoki Laras, dari sejak Laras naik ke atas, ia langsung meninggalkan tugasnya sebagai MC, dan digantikan oleh Adi. Zidan merekam Laras dengan menggunakan ponsel jadulnya, meskipun tak jelas, tapi ini sebagai bukti kalau Laraslah sang siluman daayan yang terus meneror kampus mereka selama bertahun-tahun ini. Zidan sempat shock, tapi dia mencoba tenang. Tak disangka Laras melihat Zidan yang sedang merekamnya lewat jendela, seketika Zidan langsung kembali ke panggung, takut Laras menerkamnya.

"Kelewatan itu bocah!" kesal Laras.

Dari tangan Laras keluar kain tebal, ia menutupi mulutnya dengan itu, agar tak ada yang tahu bahwa itu adalah Laras. Laras turun ke bawah, ia berhenti di tangga. Laras melihat Zidan yang menutupi ketakutannya di sana, Zidan menjadi MC dengan bergemetar seperti dia demam panggung.

"Baiklah, acara se-selanjutnya adalah pentas seni tari topeng klana, bandopati dan losari yang akan dipentaskan oleh saudari Nadiya, Rahma dan Marni dari jurusan seni ta-tari. Waktu dan tempat kami persilahkan ..." Zidan turun dari panggung, lalu di panggung datanglah ketiga. mahasiswi yang sedang menarikan tari topeng dengan campuran tiga daerah itu.

"Kagak biasa-biasanya si Zidan gugup kaya gini," gumam Zahra, pada Putri.

"Iya, Ra. Kaya ada yang aneh."

Alunan musik tarian topeng terdengar, membuat para penonton yang ada di sana merinding dengan musik tarian topeng itu. Tiga orang mahasiswi menari dengan eloknya di panggung, dengan gerakan sedikit mistik. Zidan berusaha tenang, sebari melihat tarian mereka bertiga. Hati Zidan terus terguncang, ia sangat ketakutan jika Laras akan menerkamnya.

Laras terus memperhatikan Zidan dari tangga, Laras telah mempunyai rencana untuk Zidan supaya ia bungkam selama-lamanya.

Saat ketiga mahasiswi itu memakai topengnya, Laras membacakan mantra-mantra. Seketika ketiga mahasiswi itu menari bagaikan orang kesetanan, tariannya sangat amat mengerikan. Lampu tembak dari atas yang berwarna merah menyorot kesana-kemari menambah ketegangan di sana. Angin berhembus kencang, petir merah menggelegar dimana-mana. Semua orang panik dan berteriak-teriak, mereka ketakutan jika ini adalah bencana.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang