18 Mumi Pembunuh

196 30 2
                                    

Happy Reading

"Saya tak peduli! Yang paling penting Yayuk dan bayinya itu harus mati sekarang juga! Pasti sekarang mereka sedang bersembunyi di goa laknat itu, aku akan menemuinya sekarang juga!" Karja membawa samurai dari bawah ranjang, ia bersiap untuk membun...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya tak peduli! Yang paling penting Yayuk dan bayinya itu harus mati sekarang juga! Pasti sekarang mereka sedang bersembunyi di goa laknat itu, aku akan menemuinya sekarang juga!" Karja membawa samurai dari bawah ranjang, ia bersiap untuk membunuh Yayuk dan anaknya yang baru saja lahir di malam yang penuh dengan petir itu.

Karja pergi dengan penuh emosi.

"Pantesan nasib mereka kaya begini, wong mereka nggak pernah ingat sama tuhannya. Bayi ini pun nggak dia adzankan, apalagi kasih nama. Aku tebak nanti si Karja itu, akan pulang tunggal namanya saja." Kata mbok Murni, di dalam hatinya.

Terlihat bayi mumi itu masih tertidur pulas, belum bisa melakukan apapun. Sedikit demi sedikit, mbok Murni memberanikan diri saat membuka perban mumi anak titisan siluman itu.

Kreek!

Perban ia lepas mulai dari kepala, mbok Murni jijik saat melihat kepala bayi itu bersimbah akan darah segar yang amat banyak.

"Hm, nampaknya aku harus memberimu nama, Nak." Mbok Murni, kasihan sekaligus jijik.

"Aku akan memberimu nama Putri Aelinna Maheswari, maafkan aku jika menyelipkan nama keturunan penjahat di namamu. Tapi mau bagaimana lagi, kau memang keturunan penjahat." Mbok Murni, mengelus kepala Putri yang masih terbungkus perban.

***

Karja datang ke goa dewi daayan, saat ke goa, Karja berteriak-teriak menantang dewi daayan, Yayuk dan anaknya.

"Hei para siluman! Kemarilah!!" teriak Karja, dengan nada emosi.

"Dasar tukang kutukk!!" jerit Karja, murka.

Sesampainya di goa, Karja melihat pocong Yayuk yang sudah mati karena perutnya pecah dan hancur. Ia juga melihat anak Yayuk yang dibungkus perban yang bersimbah darah, bagaikan mumi. Ini sama seperti kelahiran anaknya tadi, namun Delia selamat tapi Yayuk tidak. Ia juga melihat nyai Angker dengan wujud perempuan cantik di sana, memelototi Karja.

"Dasar manusia, ada apa kau kemari hah?" nyai Angker.

"Aku tak sudi melihat nasib istriku, seperti nasib si perempuan siluman ini!" teriak Karja, menunjuk-nunjuk pocong Yayuk.

"Perempuan yang suka mengutuk ini, telah membuat kehidupan istriku hancur berkeping-keping! Selama sepuluh tahun, Delia mengandung anaknya. Dan setelah anaknya lahir, malah anak itu adalah titisan siluman ular dan manusia! Aku tak sudi punya anak seorang titisan ular!"

"Lantas, apa hubungan kami denganmu? Yayuk sudah mati!"

"Sebagai balasan atas kutukang si Yayuk, aku akan membunuh anak Yayuk ini!"

Nyai Angker tersenyum, "silahkan saja kalau bisa!" katanya.

"Kalau kau bisa kau hebat!"

"Oh, tentu!" bentak Karja.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang