29 Dia Akan Datang!

135 25 0
                                    

Happy Reading

Pagi harinya, semua mahasiswa-mahasiswi beserta dosen bekumpul di kampus, mereka dikumpulkan untuk berdoa bersama agar almarhum Zidan, Adi dan Arka diberi ketenangan di sisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, semua mahasiswa-mahasiswi beserta dosen bekumpul di kampus, mereka dikumpulkan untuk berdoa bersama agar almarhum Zidan, Adi dan Arka diberi ketenangan di sisinya. Putri memberikan puisi singkat untuk Zidan, karena baginya mereka bertiga terutama Zidan adalah temannya yang sangat baik, walaupun sesekali menjengkelkan. Putri berdiri di depan, di samping salah seorang dosen lelaki paruh baya, yang berpakaian kemeja hitam dan jas hitam. Ia membacakan puisi dengan penuh kesedihan, ribuan air mata terjatuh dari mata Putri, pertanda ia sangat amat kehilangan para sahabatnya itu.

Sahabatku
Oleh. Putri Aelinna Maheswari

Oh, Sahabatku
Kenapa engkau pergi secepat ini?
Kenapa maut tega menjemput kalian?
Sebelum diriku

Oh, Sahabatku
Semua kenangan dan memori
Kita cetak bersama
Membuat hati ini terasa bahagia

Sahabatku!
Tawamu tak akan ku lupakan
Candamu tak akan tergantikan
Kesetiaanmu tak akan tertandingi

Andaikan dirimu hidup kembali
Tapi itu tak mungkin
Malaikat maut sudah menjemputmu
Mautmu sudah tiba

Takdir tak bisa diubah
Aku hanya bisa berdoa
Agar dirimu tenang, pun bahagia
Di alam sana, aamiin.

Putri menutup mulutnya, menahan isak tangis yang membuat dirinya bergemetar, ia tak sanggup membacakannya. Apalagi jika diingat Zidan selalu bertengkar dengan Putri, tapi pertengkarannya itu hanya sebatas candaan. Putri benar-benar merasa kehilangan sahabatnya, Putri memeluk Laras dan Zahra, ia menangis di pelukan mereka berdua, seraya berkata, "g-gue nggak sanggup lagi."

Mereka bertiga menangis jerit di sana, tangisannya pecah disertai dengan tangisan semua mahasiswa-mahasiswi kampus tersebut.  Kalau terus begini, jika ada satu atau dua korban lagi, maka kampus ini akan ditutup untuk selama-lamanya.

Laras mengantarkan Putri dan Zahra ke kos-kossan, Putri dan Zahra terus kepikiran tentang almarhum Zidan. Mereka berdua duduk di tikar, kepala mereka berdua dimiringkan ke kepala satu dan lainnya. Laras pun ikut, Laras merasa bersalah telah membuat Zidan mati. Tapi jika tidak, cepat atau lambat rahasianya bisa terbongkar kapanpun.

"Udah, Girls. Jangan nangis terus, yang pergi relakan aja. Ini udah takdir dan kodrat mereka kok." Ucap Laras.

"Memang kenakalan Zidan yang kaya anak-anak, nggak bakalan bisa tergantikan. Tapi itu udah takdir, Zidan tewas di pentas seni itu. Kalau kita sayang mereka bertiga, kita sebaiknya berdoa, bukan nangis kaya gini. Nanti bisa-bisa Zidan bakalan sedih juga di sana." Kata Laras, mencoba menenangkan kedua sahabatnya itu.

SILUMAN PENYERAP USIA: DAAYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang