Chapter ini ... anu jangan dibaca
SAIA PERINGATKAN UNTUK TIDAK DIBACA!
DOSA TANGGUNG SENDIRI!
Iya ... tetangga sebelah berulah amjing seperti buku komedi sebelumnya yang berubah menjadi tempat dosa-dosa mengerikan, yang membuat tabungan dosa di akhirat membengkak! Kuhhh ... ehem pokoknya silahkan di skip :))
APAKAH TAKDIR BUKU INI AKAN MENJADI SEPERTI YANG SEBELUMNYA?! TwT
Ini hanyalah Albedo dan Aether yang 'biasa'
Tuhan maafkan hamba, tabungan dosa hamba pasti sudah menggunung
Judulnya
**** ******
Lumine: mana ada judul di sensor?!
Paimon: ya ini! Disensor sama Author
Kaeya: aruji inginnya disensor, rasa malunya masih nempel. Untuk kali ini malunya 1000%
Venti: itu trademark fandom sebelah masih aja dibawa~
Lisa: ayo-ayo, yang namanya Albedo sama uhum-Aether ke tempat itu :^) untuk seme yang lain jangan cemburu ya
Jean: istighfar Lisa
Lisa: mereka kan mau bikin ****
Amber: jangan lupa traveling gais, disini mereka lagi di ateliernya Albedo--ga pake sepatu juga, kalo orang indonesa ke rumah orang lepas alas kaki 'kan? :^)
Aruji: gelola bung kalno kamoh Albedo :)) kalian berdua sama Albedo nGApaIN?
.
.
.
"Master Albedo ... apakah benar akan melakukan i--itu?"
"Iya tentu saja, aku akan membuktikan bahwa manusia juga bisa terlahir dari alchemy," ucapnya dengan nada monoton, raut wajahnya begitu serius dengan tabung kaca transparan di depannya.
"Tapi bukannya tidak boleh?"
Albedo memiringkan tubuhnya, tatapan tajam dia berikan pada Suchrose sampai Suchrose sedikit takut dan akhirnya memilih untuk pergi dari ruangan itu.
"Panggilkan dia Suchrose," katanya sebelum pinti tertutup.
"Baik Master Albedo," balas Suchrose dari luar.
Suchrose memasang wajah panik, orang yang dimaksud oleh Albedo sudah berdiri di sebrangnya sedang menyenderkan punggung ke tembok, dia juga bersama dengan teman seperjalanannya.
"Itu ... Aether kamu bisa masuk ke dalam tapi untuk Paimon tidak boleh."
"Kenapa aku tidak boleh?!"
"Master Albedo yang bilang padaku hanya boleh Aether saja yang masuk."
Raut wajah Aether otomatis pucat dan ketakutan. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang paling menyeramkan dalam hidupnya, sudah tiga chapter berlalu hubungannya dengan Kreideprinz tidak pernah normal. Aether pun memasuki ruangan ragu-ragu.
Senyuman tipis Albedo yang penuh makna menyambutnya. Albedo meminta Aether untuk mengunci pintu, membuat Aether semakin takut apa yang akan terjadi nanti.
"Silakan duduk di kursi."
Aether melirik ke arah kursi kayu beberapa meter di samping Albedo, maniknya kembali melihat ke tabung besar berisi air dan gelembung sesekali muncul seperti ada sesuatu di dalam sana, diberikan oksigen seperti ikan. Aether mulai berjalan setelah Albedo mengeluarkan suara lagi, mempersilakan Aether untuk duduk kedua kalinya.
Aether duduk, Albedo berjalan mendekatinya.
"Aku ingin kamu buka celana."
"Untuk apa?...."
"Tentu saja penelitianku, tidak lebih dari itu. Aku juga ingin membuktikan dengan alchemy aku bisa melahirkan seorang manusia."
Aether meneguk ludah. Penelitiannya semakin lama semakin aneh, memang sudah aneh dari pertama kali.
"A--apa maksudmu?"
"Maksudku, Aether, maukah kamu melahirkan anakku?"
Tubuh Aether bergidik ngeri, Albedo kerasukan apa sampai meminta hal diluar nalar seperti itu? Jika saja dia bisa meminta adiknya yang menggantikan dirinya berada disini.
Sayangnya sang adik lebih sayang sama ATMnya daripada kakaknya.
Uang lebih berharga daripada kakaknya.
Selama ada uang, hidup hepi.
"Kalau tidak mau, aku yang akan melepaskan celananya."
Setiap kata yang keluar dari mulit Albedo membuatnya tegang, suaranya pun terdengar mengerikan. Aether seperti sedang satu ruangan bersama psikopat.
Albedo melepaskan sarung tangannya, jari-jarinya mengusap perut Aether lembut. Aether menutup mulutnya erat, memejamkan mata, menahan rasa geli dan juga desahan yang minta keluar dari mulutnya. Jarinya turun perlahan ke pingganya, masuk ke dalam celananya, perlahan tangannya turun bersama dengan celana Aether.
"Kumulai dari mana ya?" gumamnya setelah berhasil melepaskan celana Aether, senyum tajam itu menakuti Aether.
"Albedo ... kenapa kamu ingin melakukan hal ini? Apakah ini semua hanya untuk penelitian?"
"Tentu saja penelitian, aku ingin membuktikan bahwa manusia juga bisa dibuat dengan alchemy, mengerti?"
"Tapikan untuk itu--" topaznya melebar, mulutnya dibungkam oleh Albedo. Aether merasakan kembali bibir Albedo menempel dengan bibirnya, berdansa dengan lidahnya, bertukar saliva sampai akhirnya ketika ciuman itu selesai benang saliva terbuat.
"Bibirmu tetap manis seperti biasa Aether," godanya. "Akan aku mulai sekarang, tidak usah khawatirkan yang lain. Ada Suchrose sebagai tempat pemindahan embrionya."
"Eh?! Albe--ahhhnn...." Aether tidak bisa menahan desahannya.
Miliknya dijilat, kemudian ujung dikecup. Manik kehijauan itu tertarik ke atas, memandangi wajah Aether yang sudah merah. Iya, Albedo ketagihan untuk mendengar desahan objek penelitiannya, dia tidak ingin cepat-cepat menyelesaikannya. Menikmati setiap detiknya dan meninggalkan jejak.
Chu, Albedo mengecup paha Aether, lalu menggigitnya.
"Ahn! Albedo ... hentikan ... ini memalukan...."
Albedo memegang milik Aether, memijatnya pelan.
"Sudah tegang? Seperti ini saja?"
"Ahnnn .... mmmmhhnn ... lagi...."
"Lagi? Lucu."
"Berhi ... sik."
"Kamu suka ya dibeginikan?"
"Albedo ... khumohn ... ahnn! Aku ... mau...."
"Ternyata tetap seperti waktu itu, keluarnya sedikit-sedikit." Albedo mencolek ujung milik Aether lalu menjilatnya. "Aku harus mengambil, tidak boleh dihabiskan semua."
Albedo bangkit lalu berjalan mencari tempat yang cocok untuk menyimpan cairan milik Aether.
"Hah ... hah ... hah...."
"Sudah selesai kok, tidurlah manisku." Albedo berpikir sebentar. "Aku harus bertanya pada Suchrose dulu apakah dia ingin atau tidak."
Albedo melirik ke arah Aether. "Kalau berhasil aku akan menginformasikannya padamu, istriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesarapan Anak Genshin |Genshin FANFICTION|
FanfictionREUPLOAD! MAU BERSIHIN CHAPTER DARI FANART YANG GA ADA CREDITNYA Warning: kerenyes kranci, OOC, genre berbeda tiap chap mungkin, IMAJINASI HARUS TINGGI KALI LUAS! AWAS TYPO! CERITANYA MAKIN LAMA MAKIN ABSURD! Membaca cerita ini jangan menggunakan lo...