Kebangsatan Sang Adik dan Venti

1.8K 103 58
                                    

Seperti biasa Venti selalu punya ide-ide 'cemerlang' di kepalanya untuk membuat rusuh bersama dengan Paimon dan Hotaru. Tidak ada hari tanpa Venti yang meminta dihina dina sedemikian rupa.

Hari ini Venti mau mendapatkan makanan gratis dengan cara cepat, melibatkan api dan es dari Kota Monstadt.

"Hotaru~ udah belum~?" tanya Venti sambil menyodorkan mangkuk pada Hotaru. Menyodorkannya pun satu senti di depan wajah.

"Kalem bruh bentar lagi kok, panas bangsat," umpat Hotaru karena air supnya loncat ke tangannya.

Mendengar umpatan Hotaru Venti mengelus dada dan istighfar. "Nurul bahasanya kasar ya."

"Bacod."

"Dihh ngeggas, kebanyakan gaul sama Diluc." Venti menggembungkan kedua pipinya kesal " Nanti Childe selingkuh kalo kamu kasar terus."

"Buodo amat, ga peduli gua, Childe pan selingkuhnya sama sumpit atau ga si itu tuh yang rambut item sok kecakepan, gua mending sama Chungyon atau ga Razor, siapa kek yang lebih imut."

"Kalo mau bunuh Childe tinggal kasih sumpit," tambah Venti sambil terkikik kemudian tak sengaja Venti mengucapkan kalimat sakral. "Shotacon mah beda."

Sebuah tatapan tajam diberikan khusus oleh Hotaru pada Venti, di detik itu juga Venti langsung sujud minta maaf pada Hotaru.

"Kalo lu masih mau makan dan hidup, jaga tuh mulut lemes lu."

"IYA NYONYA."

"Mampus," kata Paimon.

"Emergency food diem njing."

Paimon memasang wajah takut dan terbang mendekati Venti, dia bersembunyi di balik punggung Venti.

"Hotaru mengerikan," bisik Paimon pada Venti. Venti membalas dengan anggukan kuat, mereka belum pernah liat Hotaru marah seperti Lisa yang sedang mencoba mengambil kembali buku perpustakaan.

Selesai makan dengan tidak tenang, mereka bertiga mulai rencananya.

Pertama Venti akan ngobrol dengan Diluc, pura-pura bikin gosip Sora sakit terus tidak bisa bergerak, hanya akan sembuh ketika diberikan barang dari orang yang dicintainya.

Venti paling bisa meyakinkan manusia macem Diluc percaya dengan gosip aneh itu. Bisa meyakinkan meskipun ujung-ujungnya kena KDRT juga, misalnya diikat di patung Monstadt dan di bakar hidup-hidup.

"Ya terus? Lu mau gua ngapain? Nyembuhin Sora?" tanyanya ketus sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Venti ngangguk tanoa henti.

"Wah ada shota bangsat di tavern kesayangan Diluc nich."

Ksatria alay yang suka hilang dimalam hari datang tanpa diundang.

Venti memutar badannya, kedua maniknya bercahaya, dia senang bisa bertemu dengan Kaeya di satu tempat yang sama.

"Aku kesini buat ngasih tau kalo Sora lagi sakit gan," kata Venti sambil menahan tawa.

Venti pun menjelaskan soal Sora yang sakit pada Kaeya, sementara itu di rumah si kembar sedang ribut. Paimon menyaksikan sebuah kegiatan menyeramkan melebihi telat mengembalikan buku ke perpustakaan.

"Kakak harus sakit! Biar si Diluc sama si Kaeya dateng bawa makanan!" sang adik tidak henti-hentinya mendorong kepala kakaknya ke dalam baskom kayu berisi air dingin tanpa merasa kasihan sedikitpun.

"Paimon ingin pergi...." bilangnya begitu namun kalau dia pergi dia ga akan dapet makanan gratis.

Rencana mereka sebenernya cuman buat dapet makanan gratis dari seme-seme kakaknya. Dapet es krim gratis dari Chungyon pun akan diterima dengan sangat ikhlas.

Dapet lukisan Mona dan Lisa pun akan diterima untuk dijual jadi lukisan Da Vinci dengan harga mahal.

YANG PENTING GRATIS.

Tabungan mora punya Hotaru sekarat, dia gabisa pake mora punya kakaknya dan karena persetujuan itu dia menyiksa kakaknya agar sakit dan makanan enak gratis pun datang satu persatu.

Setelah penyiksaan itu, Sora dinyatakan koma dan hampir mati kehabisan nafas. Hotaru menghela nafas lega tidak sia-sia menghabiskan tenaganya untuk membuat sang kakak sakit.

"Hotaru kamu jahat banget sama kakak ... ohok! Ohok!"

Sora sudah terbaring pasrah di atas tempat tidur. Hotaru tertawa jahat. Paimon masih ketakutan.

Tok, tok, tok, Hotaru tidak menyangka kedatangan mereka akan lebih cepat dari yang dikira. Kakaknya memang cocok jadi umpan. Hotaru langsung hilang dari dalam kamar untuk menyambut tamu.

Hotaru membuka pintu dengan senyum sumringah. Dia bisa melihat kakak-adik yang tidak mirip sama sekali berdiri bersama dengan Venti. Hotaru bisa mencium makan enak dari keranjang kayu di tangan Kaeya dan Diluc.

"Silakan masuk." Hotaru sudah ngeces membayangkan makaman di dalam keranjang itu.

Kayaknya dia ketularan Xiangling.

"Sora di kamar?"

"Iya," balas Venti cepat.

Pandangan Diluc berpindah ke Venti, tatapan curiga.

Venti melirik ke arah yang lain, dia tidak berani melihat manik merah punya Diluc.

"Kenapa lu tau Sora ada di mana?"

"Aku nanya Hotaru tadi." Venti nyengir.

"Awas aja kalo ini cuman akal-akallan lu lagi, gua bakar lu di pohon Windsteig."

"Engga kok ... ahhh! Aku lapar, aku mau ya makanannya."

"Hmph."

Diluc dan Kaeya menghilang pandangan mereka. Kemudian makan besar pun dimulai, makan-makanan enak itu dilahap satu persatu oleh mereka. Hotaru sudah seperti orang yang ga makan satu bulan.

Lagi asik-asiknya makan, Diluc sama Kaeya udah selesai menjenguk Sora. Diluc dan Kaeya menarik leher baju bagian belakang milik Hotaru dan Venti bersamaan.

"Lu pade ternyata ga kapok ya."

Hotaru mendengus kesal. "Aku hanya ingin makan gratis."

"INI RENCANA HOTARU! AKU CUMAN MENYUSUNNYA SAJA!" rengek Venti.

Setelah pengakuan diucapkan, pengakuan itu menjadi kata-kata terakhir dari keduanya di bulan ini. Pohon besar di Windsteig menjadi tempat penyegelan--dibakar terlebih dahulu lalu dibekukan kedua mahluk tukang rusuh.

Tak lupa dengan panah yang menancap ala-ala anime Inuyasha.

Jika panah itu dilepas atau terlepas tak sengaja maka mereka berdua akan bangun kembali.

Kesarapan Anak Genshin |Genshin FANFICTION|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang