OffGun - Bekal

3.3K 83 0
                                    

"Baik semuanya silahkan dicari alasan mengapa proyek Jurassic Park Komodo banyak menuai penolakan selain karena habitat komodo yang terancam. Dikerjakan berpasangan, diketik dan dikirim lewat email paling lambat jam 10 malam." Bu Alice memberi tugas kepada kelas 11 IPS 2.

"Baik bu." Setelah jawaban serentak itu Bu Alice selaku Guru Geografi pamit undur dari kelas karena jam istirahat sudah berdering. Tepat setelah Bu Alice keluar, murid 11 IPS 2 yang juga dikenal dengan Sotu berhamburan. Ada yang menuju kantin untuk mengisi perut mereka, ada yang menyatukan kursi untuk makan bekal bersama, ada yang bermain game dibelakang yang didominasi oleh laki-laki, ada yang sibuk streaming bias mereka dan ada yang berdiskusi mengenai tugas tadi yang pasti diisi oleh anak-anak ambis.

Seorang remaja laki-laki bangkit dari tempat duduknya setelah menutup buku tulisnya menuju pojok ruangan tempat remaja laki-laki mungil yang menangkupkan kepalanya diatas tangan kecil miliknya. Melihat mata yang tertutup rapat diketahui bahwa remaja laki-laki di pojok ruangan itu sedang menjelajah dialam mimpi. Senyum miring tersungging di bibir ranum milik remaja yang berdiri tepat disampingnya.

"Tidur terus sih jadi mohon maaf kalo gue isengin." Remaja dengan rambut menutupi dahi itu melipir ke tempat duduk disamping laki-laki mungil tadi lalu menarik jaket abu-abu yang menjadi bantalan laki-laki mungil itu. Sesuai prediksi, si mungil itu bangun karena terkejut dengan raut wajah khas orang yang baru bangun tidur.

"Bisa nggak lo sehari aja nggak ganggu gue!?" Si mungil itu murka dengan mata melotot yang semakin membuat laki-laki yang mengganggunya tertawa terpingkal-pingkal sampai matanya mengeluarkan air mata. Wajah si mungil itu semakin memerah antara marah dan malu karena ditertawakan.

"Malah ketawa!" laki-laki yang diganggu tadi mengemukakan kemurkaannya sambil melempar tempat pensil yang berada dimeja belakangnya. Peduli setan punya siapa itu yang penting anak dajjal itu diem. Tempat pensil kain dengan isi penuh itu tepat mengenai kepala si pengganggu yang tertawa dan membuatnya menghentikan tawanya dalam sekejap dan berubah menjadi ringisan.

"Rasain! Makanya jangan suka nyari gara-gara sama gue." Si mungil itu tersenyum puas melihat yang mengganggunya merengut.

"Lagian sih lo tidur terus kan gue suka liat lo murka kalau gue gangguin." Bukannya merasa bersalah yang mengganggu malah cengengesan membuat yang diganggu memutar mata kesal. "Ayo kantin ah." Si pengganggu melanjutkan sambil menarik tangan yang diganggu.

"Apaansih Jumpol! Gue nggak mau ke kantin." Dengan dengusan yang di ganggu menarik kencang tangan yang digenggam Jumpol -Sang Pengganggu-.

"Ih kenapa? Gun, lo tuh harus makan tau ngga. Udah ah ayo!" Jumpol berbicara dengan gaya sok yang sudah melekat dalam dirinya. Gun -Yang Diganggu- hanya memutar bola matanya malas. Ingatkan Gun untuk tidak sering memutar bola mata sebab takut copot. Gun memasukkan tangannya kedalam laci meja lalu mengeluarkan 2 tempat bekal berbeda warna.

"WAH BUNDA BUATIN BEKAL?" Tanya Jumpol dengan mata berbinar. Gun hanya menggumam. Lalu dengan cekatan Jumpol mengambil bekal berawarna biru dan meninggalkan bekal berwarna pink untuk Gun.

Gun hendak protes karena ia diberi warna pink tapi protesnya ia telan bulat-bulat karena sebuah kecupan manis mendarat di dahi Gun. Matanya melotot kaget lalu menabok paha Jumpol dengan kencang. "Kalau ada yang liat gimana!?" Tanya Gun dengan mata menyapu seluruh kelas memeriksa apakah ada yang memergoki mereka atau tidak lalu tersenyum lega karena dikelas hanya ada mereka berdua saja. Entah kemana penghuni kelas yang beberapa waktu lalu tinggal didalam kelas. Gun tidak peduli yang penting tidak ada yang memergokinya.

"Ya nggak apa-apa biar semua tau lo pacar gue." Ujar Jumpol yang mengusap titik tabokan Gun. Jumpol sangat yakin itu akan meninggalkan bekas memerah. Gun menatap tajam Jumpol.

"Udah ah ayo makan nanti keburu masuk." Sergap Jumpol takut kena amuk lagi. Gun hanya menurut. Keduanya membuka kotak bekal yang diberikan bunda Gun dengan semangat. Jumpol semakin berbinar melihat apa yang diberi oleh bunda Gun itu sedangkan Gun hanya berekspresi datar seperti biasa.

Kotak bekal itu berisi 4 kotak yang diisi penuh oleh bunda Gun. Kotak pertama berisi nasi putih dengan taburan nori, kotak kedua berisi sayuran hijau rebus yang kalau Jumpol tidak salah bayam dan brokoli, kotak ketiga berisi ayam katsu yang dilumuri saus teriyaki dan kotak terakhir berisi apel untuk Gun dan anggur untuk Jumpol. Jumpol menyendok nasi dengan ayam katsunya dan kembali berbinar. Masakan bunda Gun memang tidak pernah mengecewakan. "Wah enak!" Jumpol berkomentar seperti baru pertama kali mendapat makanan enak.

Gun mengernyitkan dahinya lalu bertanya heran. "Kan lo sering makan masakan bunda gue kenapa selalu begini sih reaksinya?" Berbeda dengan Jumpol yang makan dengan semangat, Gun memakan bekalnya dengan santai.

Jumpol menatap Gun dengan ceria. "Sebentar gue mau makan sesuap lagi." Gun hanya mengangguk dan melanjutkan memakan bayam dan brokolinya yang ia cocol dengan saus teriyaki.

"Bunda lo tuh pinter masak, Gun. Tidak pernah mengecewakan setiap masakan itu masuk kedalam mulut gue. Bahkan gue berani jamin kalau bunda lo nggak pernah gagal dalam mencoba resep makanan kan?" Jumpol bertanya dengan senyum lebarnya. Gun berpikir sebentar bundanya ini memang tidak pernah gagal dalam memasak dan selalu enak makanya Gun dan ayahnya lebih senang makan di rumah kemudian Gun menggeleng untuk menjawab Jumpol.

"Nah kan apa gue bilang!" Jumpol semakin merekahkan senyumnya sampai mata sipitnya menghilang. Melihat itu Gun ikutan tersenyum.

Gun menyantap kembali nasi dan ayam katsunya. "Terus?" Tanya Gun semakin penasaran karena Jumpol selalu se-excited ini kalau memakan masakan bundanya.

"Tangan bunda lo itu terberkati, Gun!"

"Maksud lo?"

"Iya! Tangan bunda lo terberkati karena bunda bisa bikin semua orang yang makan masakannya tersenyum. Bunda lo juga kreatif jadi setiap dibawain bekal gue selalu menunggu-nunggu apa lagi yang akan bunda kasih buat gue ya? Dan itu tuh unexpected banget!" Gun tertegun mendengar ucapan Jumpol. Ternyata bekal bundanya bukan hanya hal sepele buat Jumpol tapi merupakan hal yang istimewa. Gun pikir Jumpol hanya senang mendapat bekal karena uang jajannya tidak berkurang atau karena masakkan bunda Gun yang enak tapi arti bekal bundanya menurut Jumpol lebih dari itu.

Gun menghentikan kegiatan makannya lalu memeluk Jumpol dari samping. Tubuh Jumpol menegang dan hampir saja menyemburkan anggur yang baru masuk kedalam mulutnya. "Makasih ya, Jumpol. Makasih udah menghargai bunda sebesar itu, kalau bunda denger tadi pasti dia bakalan nangis deh." Hati Gun menghangat mendengar itu semuanya dan jantung Jumpol meledak-ledak mendapat perlakuan itu. Bukan hal yang baru Gun memeluknya tapi dimuka umum ditambah suara lembutnya mampu membuat Jumpol terkena serangan jantung dini.

Jumpol kembali menguasai dirinya lalu tersenyum jahil. "Emang harus begitu kan sama calon mertua." Gun mengerjapkan matanya. Memang yang namanya Jumpol ini tidak bisa dibaikin! Sekali alay tetap alay. Gun melepaskan pelukannya memperhatikan Jumpol yang menghabiskan sayurannya.

"Ngomong sekali lagi coba terus pilih tulang mana yang mau dijadiin tumbal." Gun mencengkram sendok dan garpunya kearah Jumpol membuat Jumpol meringis.

"Ampun." Sahutnya mencicit kecil melihat senyum ganas dibibir Gun. Raut takut Jumpol membuat Gun tersenyum penuh kemenangan. Jumpol hanya mendumal dengan suara kecil mengatakan bahwa wajah Gun terlalu seram untuk badan kecilnya namun masih terdengar jelas ditelinga Gun yang semakin melebarkan senyum kemenangannya.

"I can hear you, Off Jumpol." Dan Jumpol bersikap tidak ada apa-apa.

"By the way Geografi gue sama lo ya? Kerjain dirumah gue aja jam 7. Bunda katanya mau bikin cookies terus lo disuruh nyobain jadi sekalian aja." Ucap Gun melirik Jumpol yang sekarang melebarkan senyumnya saat mendengar kata cookies.

"Siap 86!" Ujarnya sambil melakukan gerakan hormat kepada Gun dan Gun hanya berdeham singkat.

"Gue balik ke tempat gue ya udah mau masuk nih. Nanti pulang bareng. Sampai ketemu di parkiran, Kecil!" Lalu Jumpol mengusap rambut Gun singkat yang mendapat tatapan maut serta dengusan penolakan dari Gun dan Jumpol kembali ke mejanya dengan senyum kecil yang tersisa dibibirnya.

Yang Jumpol tidak tahu Gun ikut tersenyum kecil menatap punggung tegap yang berjalan kesisi lain kelas. Penyebabnya entah karena Jumpol yang langsung nurut untuk sekelompok dengannya atau karena usapan dikepalanya tapi yang pasti jantungnya ikut berdebar kencang.

ONESHOOT GMMBOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang