NaMon - Rumah Terakhir

1.1K 58 2
                                    

Seorang laki-laki membawa bucket besar lili putih. Ia berjalan dengan santai menuju tempat kekasihnya berada. Ia sedang rindu karena sudah 6 bulan tidak bertemu dengan pacar manjanya itu. Bibirnya melengkung sempurna saat melihat pacarnya.

"Halo Nanon! Ini aku dateng lagi soalnya kangen hehe." Chimon -laki-laki pembawa lili putih- menyapa dengan ceria laki-laki didepannya yang diam saja. Menyadari itu Chimon merubah senyum lebarnya menjadi senyum tipis.

"Gimana kabar kamu? Walaupun kamu nggak jawab, aku tetap tahu sih kalau kamu baik karena kamu harus selalu baik-baik saja sekarang!" Masih tidak ada jawaban. Senyum di bibir Chimon hilang. Matanya memanas. Mau sekuat apapun setiap Chimon menjenguk Nanon maka selalu ada sisa air mata untuk pacar tersayangnya itu.

"Aku masuk universitas yang kita mau, Non. Bareng sama Ohm, Fiat, Drake dan Frank. Beda fakultas semua, kecuali ada kamu pasti kita bareng. Ohm lagi deketin Harit, kamu tahu kan? Itu lho yang satu ekskul basket sama aku. Terus Frank sama Drake semakin lengket. Bau bucinnya kerasa. Dan Fiat yang sekarang lebih mirip supir aku dari pada sahabat. Soalnya nempel terus sama aku katanya dia nggak mau aku sedih jadi mau nemenin aku kemana-mana." Chimon terkekeh kecil menjelaskan itu semua. Rasanya seperti berbicara kembali dengan Nanon, seperti dulu mereka bercengkrama dan seperti biasa Chimon berkeluh kesah. Bedanya dulu ada yang menganggapinya, memeluknya dan menjahilinya sekarang hanya ada hembusan angin. Tapi setidaknya beban dihatinya serta kerinduannya sedikit hilang.

Chimon mengelus nisan putih didepannya dengan lembut seolah sedang mengusap rambut Nanon. Chimon mengangkat kedua tangannya dan memejamkan matanya. Ia sedang berdoa kepada Tuhan agar Nanonnya mendapat tempat terbaik dan selalu bahagia disana. Amin terucap lembut lalu tangan lentiknya mencabuti rumput-rumput liar yang mengganggu tempat peristirahatan kekasihnya itu.

"Nih kapan lagi kan aku nyabutin rumput kecuali di rumah terakhir kamu? Sekarang aku udah dewasa, Non. Aku sudah nggak manja lagi. Kamu bangga kan? Harus bangga pokoknya!!" Lalu Chimon menabur bunga keatas gundukan tanah merah itu.

"Mama sama Papa kayaknya baru kesini ya?" Chimon bermonolog saat melihat bunga putih dan merah yang sedikit layu seperti baru ditabur. Setelah puas melihat gundukan itu tertutup bunga merah dan putih, Chimon menaruh bucket lili putihnya.

"Aku pulang ya, Sayang. Jangan sedih, jangan nakal dan jangan selingkuh! Inget masih punya aku disini!" Chimon menusuk-nusuk nisan putih itu dengan mata memicing seolah menusuk pipi gembul Nanon dengan pandangan curiga. Chimon tertawa saat terbayang reaksi Nanon yang cemberut karena diperlakukan seperti bayi setiap mereka akan berpisah. Lalu Chimon mengusap rambut hitam Nanon dan pipi Nanon bersemu. Dulu mah kita pisahnya sebentar, Non. Sekarang malah dipisah selama-lamanya.

Chimon mengembuskan napas dengan berat lalu nengecup nisan putih itu dengan lembut. Cukup lama Chimon menyalurkan afeksinya kepada kekasihnya yang itupun karena diganggu oleh Ohm, sahabat Nanon dan Chimon.

"Hati-hati itu bibir jontor kelamaan nyium kayu." Ohm mencibir Chimon yang mencium nisan dengan khusyu. Merasa terganggu Chimon hanya memutar bola matanya malas. Ohm mendekat lalu berjongkok disamping Chimon dan menaruh satu bucket mawar merah. Sambil Ohm berdoa, Chimon masih mengusap nisan putih itu dengan sayang. Amin terucap dari mulut manis Ohm yang sekarang tersenyum manis menatap nisan sahabatnya.

"Yuk balik. Udah dicariin sama yang lainnya nih." Sambung Ohm. Chimon mengernyitkan dahi bingung.

"Lo disini dari jam 1 dan sekarang jam 3, Mon. Ponsel lo mati, by the way." Cibir Ohm saat melihat Chimon mengeluarkan ponsel hitam dengan case Pikapool untuk memastikan jam. Chimon hanya memberikan cengiran polos sehingga jejeran giginya terlihat. Ohm hanya mendengus lalu keduanya bangkit untuk beranjak dari sana.

Ohm melangkah lebih dulu lalu mengusap singkat nisan itu. "Gue balik dulu ya. Tenang Chimon banyak yang jagain kok." Lalu menepuk pelan sebanyak 3 kali dan berlalu.

Giliran Chimon yang mengusap nisan Nanon. "Aku pulang dulu ya. Jangan lupa dateng ke mimpi aku. Aku kangen banget semestaku soalnya, hehe." Mengecup singkat nisan itu Chimon menyusul Ohm yang sudah berada didalam mobil miliknya.

Menatap Chimon sebentar, Ohm kemudian melajukan mobilnya bergabung bersama kendaraan lain sambil menikmati langit sore yang memerah. "Senja tuh bukti kalau seberat apapun masalah lo tetap akan berakhir bahagia, Chi." Ujarnya saat melihat senja mulai menyapa diatas sana. Chimon hanya tersenyum tipis.

"Iya, pasti."

ONESHOOT GMMBOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang