BrightWin - Do You See Me, Now?

313 23 4
                                    

TRIGGER WARNING:
Hinaan tentang sexual orientation.

***

Siang ini mentari sedang semangat-semangatnya memancarkan sinar. Seorang remaja laki-laki mengenakan kaos oblong dan celana boxer hitam selutut masuk kedalam minimarket dengan santai. Setelah mengambil keranjang belanjaan remaja laki-laki itu mulai menyusuri minimarket. Gelang di kaki kanan yang beralaskan sendal jepit itu berbunyi setiap kali kakinya melangkah dan tak jarang menarik perhatian orang di sekitarnya.

"Huh, akhirnya adem juga." Remaja itu berdiri disalah satu kulkas yang terbuka dan memasukkan kepalanya kedalam kulkas. Diluar panas mentereng jadi menemukan tempat se-adem ini adalah surga.

"Win?" Sebuah suara membuat remaja yang sedang menenggelamkan kepalanya di kulkas itu menoleh dan disana berdiri seorang laki-laki sepantarannya yang sangat ia kenal.

"Nah kan lo beneran Win." Remaja bernama Win itu hanya tersenyum kecil.

"Hai, Mike. Gue kira siapa." Win berbasa-basi sedikit hanya untuk nilai kesopanan.

"Ngapain lo begitu?" Tanya Mike -si laki-laki itu- kepada Win.

"Hm? Ohh, ngadem. Hehe." Win menjawab singkat sembari tersenyum kecil. Tangannya ngambil 3 buah teh kotak lalu dimasukkan kedalam keranjang belanja. Mengambil 6 kotak susu instan rasa cokelat. Terakhir mengambil 6 kotak besar jus instan dengan rasa berbeda.

"Lo belanja juga?" Tanya Win basa-basi lagi. Sungguh dia risih diikuti oleh Mike terus menerus tapi mengusir seseorang ditempat umum adalah hal bodoh.

"Iya ini doang." Laki-laki itu menunjukkan 1 pack kopi dan 2 bungkus mie instan. Win mengangguk singkat lalu melangkahkan kakinya menuju rak sereal. Remaja itu mengambil 2 kotak sereal cokelat dan 1 bungkus oatmeal.

"Belanja bulanan?" Laki-laki itu masih membututi Win rupanya.

"Iya." Win hanya menggumam lalu berjalan menuju rak peralatan mandi.

"Ehm, Win?" Mike mengambil langkah lebih jauh, yaitu memegang lengan Win yang sedang memilih sabun beraroma mint atau lavender.

"Ya?" Sahut Win tanpa mengalihkan pandangan dari sabun cair berbagai aroma.

"Lo beneran pacaran sama Bright?" Mike bertanya ragu-ragu. Win mengamati laki-laki didepannya ini wajah asia-nya menunjukkan ekspresi bahwa ia benar-benar kepo.

"Iya." Win menjawab singkat sambil mengangguk. Remaja dengan tinggi menjulang itu masih memperhatikan Mike didepannya. Tercetak jelas bahwa ada hal yang ingin dia sampaikan tapi ragu. Win menghela nafas berat.

"Kenapa Mike? Kalau mau ngomong ya ngomong aja." Win akhirnya mengalah. Win kemudian memutuskan mengambil sabun beraroma lavender dan melanjutkan memilih shampo.

"Apa masih ada kesempatan?" Mike mencicit kecil disebelahnya.

"Hah?" Win mengernyitkan dahi menatap Mike menandakan dia tidak paham maksudnya.

"Err-- kita?" Jelas Mike dengan nada bertanya diakhirnya. Mengerti itu Win tersenyum. Melihat itu Mike jadi dag dig dug sendiri. Entah senyum apa yang ditampilkan oleh Win.

Kemudian Win tertawa "Wah sangat terkejut gue." Dan Mike mengernyit bingung.

"Makasih udah nanya itu. Gue seneng banget lo nanyain itu yang artinya lo melihat perasaan gue. Gue mungkin akan jadi cowok paling bahagia karena bisa dapet cinta pertama yang katanya susah dilupain." Win memasukkan shampo pilihannya ke keranjang dan menatap Mike -yang diam- untuk meneruskan kalimatnya.

Win menatap Mike dengan teduh. Di matanya terpancar sebuah kelegaan atau entahlah Mike juga tidak mengerti tapi yang Mike mengerti tak ada lagi kehangatan di mata cokelat itu walaupun bibirnya tersenyum lebar.

"Tapi gue masih ingat lo nolak gue buat Mild. Gue masih ingat lo mencampakkan gue buat kembaran gue. Yah, gue nggak bisa marah sih itu hak lo--"

"Tapi gue masih inget lo bilang 'Win lo nggak ada apa-apanya dibanding Mild. Gue juga bukan gay seperti lo'. Masih inget sampai sekarang. Bahkan pandangan jijik lo aja masih gue ingat, Mike." Win mengatakan itu semua dengan tenang. Nada bicaranya sama persis dengan apa yang diucapkan Mike beberapa tahun lalu. Mike membuang napas berat. Dirinya sudah melakukan kesalahan fatal terhadap Win dan dengan beraninya masih muncul dihadapan Win. Dalam otaknya Mike hanya menggumamkan kata bodoh untuk dirinya sendiri.

"Jadi buat apa gue nyia-nyiain seseorang yang selalu mandang kearah gue hanya untuk orang yang nyari gue pas butuh aja?" Win masih tersenyum atau bahkan tak ada lagi sisa tangis untuk Mike yang menandakan bahwa Win benar-benar sudah beranjak dari masa lalu.

"Iya kan sayang?" Win menoleh ke belakang Mike tempat dimana Bright berdiri dengan tenang. Matanya menatap lekat Win begitupun Win. Mereka saling tatap dengan perasaan tulus dan penuh. Saat itu juga Mike menyadari tidak ada celah untuk dirinya kali ini.

"Meta, udah belanjanya?" Bright berjalan mendekati Win dan sedikit menyenggol bahu Mike lalu merengkuh kekasihnya itu. Mengusap lengannya seolah memberi kekuatan. Diperlakukan dengan sayang membuat Win tersenyum lebar dan bahagia. Keceriaan terlukis dimata cokelatnya saat memandang Bright.

"Punya aku udah, Kak Bright. Tapi coba kakak lihat lagi ada yang mau Kak Bright beli lagi?" Win menunjukan keranjang kearah Bright. Mike masih disana namun tak dianggap.

Jemari Bright mampir ke surai Win dan berkata dengan lembut. "Aku perlu camilan." Bright mengambil alih keranjang di tangan Win.

"Sayang, ini berat lho keranjangnya. Kok kamu kuat?" Mendengar pekikan Bright itu Win hanya tersenyum cerah. Dirinya benar-benar beruntung memiliki Bright.

"Kan biasanya juga begini, Kak Bright." Win mengusap punggung tangan Bright memberi pengertian.

Bright berdecak pelan kemudian mengusap rambut Win dengan sayang. "Besok-besok kalau belanja aku nggak akan tunggu di mobil." Bright memberikan ultimatum dengan mata memandang tajam Win. Tapi Win malah terkekeh dan mengangguk. Setuju dengan ucapan kekasihnya.

"Oke. Sekarang ayo kita cari snack!" Ujar Win semangat dan menggandeng sebelah tangan Bright yang bebas.

"Em, gue duluan Mike." Akhirnya Mike dilihat juga namun Win hanya berpamitan dengan menoleh singkat lalu berjalan ringan menuju rak snack tanpa menunggu reaksi Mike. Senyum miring Bright terbit yang juga tidak luput dari pandangan Mike. Mike tahu senyum itu adalah sebuah hinaan untuk Mike.

"Makasih ya sayang sudah kuat." Bright bergumam pelan lalu mengecup puncak kepala Win. Win semakin mengeratkan gandengannya bukan karena sedih tapi Win merasa Bright berhak untuk itu. Bahkan sangat berhak.

"Perasaan Win hanya milik Kak Bright!" Win menggoda Bright dengan alis yang dinaik turunkan membuat Bright gemas sendiri.

Bright tertawa. "Heh pintar gombal sekarang." Bright mengusap rambut Win lembut. Kemudian mereka tertawa bersama. Dan semuanya tak luput dari pandamgan Mike sampai akhirnya dia sadar benar-benar tidak ada kesempatan untuknya.

Mike kemudian meletakkan asal barang belanjaan dan keluar dengan tangan kosong. Dan tentunya dengan perasaan malu karena direndahkan dengan senyum milik Bright.

***

HAI! Balik lagi sama cerita random gue hehe. Udah lama nggak post sih tapi semoga ada yang nungguin cerita ini ya wkwk. Selamat membaca!

ONESHOOT GMMBOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang