HAI! Balik lagi sama gue dan cerita random gue. Semoga kalian nggak bosen dan enjoy baca cerita ini ya. Oh iya, cerita ini hanya khayalan gue semata ya!
***
Deburan ombak menabrak batu karang adalah satu-satunya musik dimalam hari yang paling Nanon suka. Suaranya berpadu dengan kicauan burung malam serta gulungan ombak membuat Nanon melupakan kasurnya. Nanon duduk diatas batu karang dengan jari mengapit batang nikotin. Matanya menerawang jauh kearah laut. Mengisap rokoknya dalam lalu menghembuskan asap putih itu dengan nikmat. Tenang adalah satu-satunya perasaan yang saat ini mengisi dirinya. Hentakan kaki telanjang diatas karang membuat Nanon mematikan rokok dan menaruhnya dikantung celana. Chimon yang menyusul dirinya.
Nanon merasakan seseorang duduk disampingnya. Terlihat sosok mungil yang tergelung selimut hingga menampakan wajahnya saja. "Ngapain disini?" Tanya Nanon. Pemuda bersurai arang menatap sosok disampingnya dengan geli. Wajah merengut khas orang bangun tidur membuatnya terlihat menggemaskan berkali-kali lipat.
"Kebangun tapi kamu nggak ada. Tenyata disini." Chimon semakin merekatkan selimutnya saat angin laut berhembus kencang. Pukul 2 pagi ditengah laut dengan angin laut yang berhembus dingin bukanlah perpaduan yang sempurna untuk Chimon nikmati. Tapi setidaknya ada Nanon disini dan bulan yang sama-sama sedang bersinar indah cukup membuatnya bertahan.
"Kalau kedinginan masuk duluan aja, Chi." Suruh Nanon lagi saat melihat kekasihnya bergidik dingin. Nanon mengusap pipi Chimon yang dingin berharap bisa menyalurkan kehangatan.
Chimon menggelengkan kepalanya kencang dengan dahi mengernyit sebal. "Aku mau nemenin kamu disini tahu!" Chimon memajukan bibirnya. Nanon terkekeh melihat itu lalu menarik Chimon agar duduk dalam pangkuannya. Tarikan tiba-tiba itu membuat Chimon memekik kencang dan kemudian Nanon melingkarkan tangannya pada perut Chimon.
"Bandel ya pacar aku." Nanon menaruh dagunya dibahu Chimon. Chimon hanya tertawa dan mengelus tangan Nanon diperutnya. Cukup lama keduanya menikmati peluk dibawah langit malam sampai Chimon membalikan posisi tubuhnya persis seperti anak koala agar ia bisa memeluk Nanon juga kemudian menghirup bau kekasihnya. Chimon mengernyit.
Si mungil melepas pelukannya lalu menatap wajah Nanon dengan mengangkat sebelah alisnya. "Kamu ngerokok?" Chimon menelisik raut wajah Nanon yang malah terdiam kaku. Bibir Nanon terasa kelu dan otak cerdasnya memutar pilihan untuk bicara jujur atau bohong.
Dirinya memilih jujur. Nanon mengangguk lemah dan Chimon menghela napas. Nanon menunduk seperti seorang anak yang dimarahi orang tuanya membuat Chimon sedikit luluh. "Nggak apa-apa. Lagi suntuk ya?" Jemari lentiknya mengusap lembut lengan Nanon. Lelaki didepannya masih belum bereaksi.
Chimon membentangkan selimutnya dan kemudian membawa Nanon dalam bungkusan selimut. "Dingin banget Non. Hebat banget kamu pakai kaos oblong gitu." Kemudian Chimon memeluk erat kekasihnya dan membawa kepalanya ke perpotongan leher Nanon. Chimon merasakan usapan di bahunya yang kemudian berubah menjadi pelukan erat membuat Chimon tersenyum.
"Maaf ya Chi. Aku udah janji buat berhenti tapi aku ngelanggar itu." Nanon membawa dagunya bertengger diatas kepala Chimon kemudian mengecup pucuk kepala Chimon. Wangi strawberry yang lembut menguar. Membuat Nanon sedikit lupa masalah hidupnya.
"Non, aku nggak minta kamu berhenti sebenarnya. Kamu boleh kok merokok untuk melepas suntuk. Aku nggak ngelarang juga karena itu hak kamu. Makasih ya udah jujur sama aku. Besok-besok kamu bilang dulu kalau mau merokok biar aku bisa nemenin kamu." Chimon berbisik lembut ditelinga Nanon membuatnya terkesima. Jujur Nanon sudah takut Chimon akan kecewa padanya karena sesungguhnya lebih menyakitkan melihat kekasihnya kecewa daripada marah. Tapi Chimon tidak keduanya.
Nanon semakin mendekap erat kekasih mungilnya. "Aku takut banget kamu kecewa sama aku Chi. Aku janji setelah ini aku bilang kalau mau merokok." Suara Nanon terdengar lirih dan serak.
"Oke, permintaan maaf dan janjinya diterima." Chimon tersenyum ceria membuat Nanon ikut tersenyum. Lalu Chimon menyenderkan kepalanya didada Nanon mendengarkan detak jantung Nanon. "Ehm Nanon, kamu tahu nggak setelah kamu merokok aku ngapain?" Chimon menatap Nanon diatasnya yang menggelengkan kepalanya.
Nanon menatap Chimon yang menegakkan tubuh dan membawa wajah mereka berhadapan dengan tatapan bingung. "Setelah itu aku akan peluk kamu, Non. Peluk kamu lama banget sampai kamu tahu kalau masih ada aku sebagai rumah kamu. Agar kamu tahu aku selalu disini." Tangannya menangkup wajah Nanon dan mengusap pipi Nanon. Satu tetes air mata Nanon lolos membuat Chimon panik.
"Kamu kenapa? Aku salah bicara ya!? Sumpah Non maaf kalau aku salah, jangan nangis ya? Nanti aku traktir ice cream matcha deh!?" Chimon berbicara dengan kecepatan diatas rata-rata membuat Nanon tertawa geli. Chimon semakin melotot. "Lho kok malah ketawa!? Kamu nggak ketempelan setan pantai kan Non?" Chimon bertanya dengan wajah paranoidnya.
"Chi, kamu lucu banget sih?" Nanon melepas tangan Chimon diwajahnya dan menggenggam lengan mungil itu. "Aku terharu aja orang kaya aku bisa ketemu orang kaya kamu."
"Apa maksud kamu 'orang kaya aku' dan 'orang kaya kamu'?" Chimon menatap tajam Nanon yang masih menggenggamnya. "Nggak ada ya Non 'orang kaya kamu' dan 'orang kaya aku'. Aku nggak mau kamu ngerendahin diri kamu. Kamu berharga, buat aku. Dan kamu berharga," Chimon menggantung ucapannya kemudian mengelus lembut jemari Nanon. "Buat diri kamu sendiri." Senyum manis Nanon terbit dibibir merah mudanya.
"Kamu memang malaikat." Nanon mengecup punggung tangan Chimon dan jemari mungil itu. Chimon menatap Nanon terkejut dan melepaskan genggaman tangan Nanon.
"Maksudnya aku udah mati!?" Chimon berbicara dengan murka menatap kekasihnya yang merasa terkejut.
"Chi? Nggak gitu maksud aku."
"Tapi malaikat kan mati, Non! Atau kamu doain aku mati!?" Nanon semakin kelimpungan. Sumpah maksud Nanon bukan itu. Chimon melepas bangkit dari pangkuan Nanon dan bungkusan selimutnya. Jantung Nanon mau copot rasanya. Dengan sigap menahan tangan Chimon.
"Sumpah Chi, Sumpah! Maksud aku nggak gitu. Kamu-- Kamu dengerin aku. Percaya ya sama aku!" Nanon semakin panik saat Chimon menatapnya datar.
"Terus apa maksudnya?" Chimon bersedekap menatap Nanon dengan sinis. Yang ditatap hanya menggaruk belakang kepalanya. Dengan keyakinan diatas rata-rata Chimon bertaruh kalau itu tidak gatal tapi Kekasihnya sedang gugup.
"Kamu itu kaya malaikat yang dikirim Tuhan buat aku. Kamu itu indah. Kamu baik. Kamu yang nemenin aku dan bantu aku di masa-masa sulit aku. Chi, aku bersumpah tanpa kamu aku bukan apa-apa!" Wajah Nanon memerah entah karena frustasi karena Chimon-nya masih berdiam diri atau karena malu mengingat kejadian itu semua.
Chimon maju. "Non, aku tadi cuma bercanda sih, aku paham maksud kamu tapi ternyata aku dapet jackpot ngeliat kamu yang manis begini." Chimon menaik turunkan alisnya menggoda Nanon dengan senyum jahilnya.
Wah jantung Nanon beneran copot. Bisa-bisanya kekasihnya melakukan ini dan membuatnya hampir mati saat itu juga. Melihat raut tegang berubah lega tawa Chimon meledak dan wajah Nanon memerah menahan malu.
"Chi, ah. Nggak lucu! Aku beneran takut tahu!" Nanon berdecak geram kemudian menjitak pelan kekasihnya yang masih tertawa.
"Maaf ya, Non." Chimon memeluk Nanon. "Tapi tadi kamu lucu tahu!" Chimon menunjukan cengiran polos kearah Nanon membuat Nanon gemas. Dan selanjutkan seluruh wajah Chimon dihujani oleh kecupan-kecupan ringan dan Chimon yang tertawa renyah merasa kegelian.
Suara deburan ombak masih mengiringi. Angin masih berhembus namun tak sedingin tadi. Kicauan burung bersahut-sahutan. Serta suara tawa renyah dua anak adam yang dimabuk asmara adalah perpaduan semesta yang sempurna.
![](https://img.wattpad.com/cover/253709892-288-k729876.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT GMMBOYS
RandomKumpulan cerita one shoot dari couple Offgun, Taynew, Singkit dan OhmNaMon. ‼️ BL (Boyslove) alias cerita gay kalau nggak suka jangan baca ya☺️