FrankDrake - Changed (Kafe pt. 3)

314 31 7
                                    

Halo! Akhirnya bisa ngelanjutin part ini setelah stuck ditengah-tengah penulisan karena kehabisan ide hahaha. Semoga kalian nggak bosen baca cerita random gue dan nggak jelas ini. Lagi dan lagi cerita ini cuma hayalan semata ya! Enjoy!!!

***

Suara orang-orang berbisik mengusik Frank dari tidur nyenyaknya. Itu suara Drake yang pertama kali masuk ke indra pendengaran Frank. Kesadarannya sudah kembali namun matanya masih memejam. Kantuk masih singgah dan kepalanya terasa ditusuk ribuan jarum. Selain itu dia juga ingin tahu apa yang sedang kekasihnya bicarakan dan dengan siapa.

"Sebelum Frank pingsan gue lihat lo keluar dari kamar Frank. Kalian ngomongin apa, Nanon?" Suara Drake terdengar datar. Kekasihnya bicara ke Nanon. Oh gue pingsan ya? Seperti potongan film kepala Frank memutar kembali semua kejadian hari ini sebelum ia pingsan. Tak banyak yang ia bisa ingat sebenarnya. Bukan amnesia namun alam bawah sadar Frank membuatnya melupakan kejadian yang membuat ia tidak nyaman.

Suara lirih terdengar. Itu suara Nanon. "Iya tadi gue sempet ngobrol sama Kakak. Tapi gue nggak ngomong macem-macem, Kak Drake." Suaranya penuh ketakutan. Isakan tangis pun samar-samar dapat Frank dengar.

"Tentang apa?" Tanya Drake lagi. Masih berbisik tidak mau mengganggu tidur sang kekasih yang tanpa sepengetahuannya sudah sadar diri.

Suara tegas masuk kedalam pembicaraan itu. "Emangnya kenapa kalau Nanon abis ngomong sama Frank?" Suara Tay penuh tuntutan. Ada Ayah juga?

Kemudian suara lembut Papanya menggantikan suara tegas Ayahnya. "Tee, tahan. Iya Drake, memangnya kenapa ya? Om New jadi penasaran." Suara New penuh kekhawatiran membuat hati Frank sedikit bergetar. Sebuah perasaan muncul dihatinya namun Frank menghiraukan. Frank tidak tahu itu perasaan apa tapi yang pasti perasaan senang Papanya khawatir dengan dirinya.

"Lo nggak perlu ragu, Drake. Kami keluarga Frank dan kami berhak tahu apa yang terjadi sama dia. Sejujurnya dengan lo yang tahu segala tentang Frank sedikit membuat kami malu. Jadi tolong kali ini biarin kami tahu." Suara tenang nan tegas terdengar. Suara Abangnya. Lho lagi pada ngumpul? Kemudian sebuah elusan Frank dapatkan dikepalanya.

"Cepet bangun, sayang. Papa khawatir sama kamu." Suara bergetar terdengar kembali. Suara bisik-bisik terdengar kembali namun Frank semakin merasakan jauh dari suara. Semakin tidak dapat didengar dengan jelas dan kemudian Frank kembali tertidur. Yang terakhir ia ingat adalah keluarganya serta kekasihnya yang mengkhawatirkan dirinya.

"Iya gue akan ngasih tahu bang tapi gue harus tahu dulu apa yang dibilang Nanon ke Frank." Suara Drake terdengar kesal. Dirinya tidak akan menutupi keadaan pacarnya kepada keluarganya tapi kalau dia tidak tahu penyebabnya bagaimana bisa dia memberitahu keadaan Frank saat ini. Drake akhirnya menarik napas dalam untuk menahan emosinya.

Suara Pluem kembali terdengar. "Nggak apa-apa cerita aja, Non. Biar kita tahu keadaan Kakak kenapa." Pluem mengusap bahu Nanon untuk menenangkan.

Dengan ragu Nanon akhirnya menceritakan yang terjadi antara Frank dan dirinya. Tentang dirinya yang meminta Frank percaya bahwa semuanya menyayangi kakaknya itu sampai Frank yang murka. Tidak ada yang terlewat. Selesai bercerita, Nanon menatap seisi ruangan semuanya bergeming dan hanya Drake yang menampakan reaksi kalut membuat Nanon semakin panik.

Drake mendesah kecil. Mau marah tapi tidak bisa. "Nanon, dengerin gue. Gue tahu lo cuma mau kakak lo nggak sedih kan? Lo mau dia paham sebenernya semua sayang dia. Tapi nggak begitu, Non. Ini kedua kalinya pingsan. Pertama kalinya Frank pingsan juga gue mengatakan itu tapi kata dokter itu salah. Dalam otaknya Frank itu Ayahnya, Papanya bahkan Abangnya hanya sayang sama Nanon. Dalam otaknya Frank udah tertanam kalau Nanon harus mendapatkan kasih sayang kalian semua. Satu tahun lalu saat kami pertama bertemu, Frank juga pingsan dan dalam tidak sadar dia bilang cuma Abang Pluem yang sayang. Kemudian beberapa bulan lalu Frank kembali merasa kehilangan kasih sayang Abangnya yang sibuk dengan kantor dan diri Frank menjadi bingung apakah Abangnya tetap sayang atau tidak dan pagi hari ini Frank dengan keadaan kacau datang ke Kafe bilang Abang Pluem sama aja kaya Ayah dan Papa, cuma sayang Nanon. Dan ketika lo bilang sama dia semuanya sayang ya otaknya menolak itu karena Frank tidak pernah merasakan itu. Otaknya terus bekerja mengatakan semuanya salah sampai kelelahan dan jatuh pingsan. Makanya setiap dia ada masalah dan lari ke Kafe kita gue hanya akan membuat dirinya tenang dan nyaman dan sedikit demi sedikit membujuk agar mau diajak pulang." Drake menatap lurus kearah Frank dengan tatapan sayang. Tak urung kilat khawatir juga ketara dikedua bola matanya.

Mendengar itu semua membuat New lemas dan hampir menangis kejer kalau tidak ada Tay yang menenangkan. Pluem dan Tay tertegun kaget. Nanon? Menangis dalam rengkuhan Pluem. "Maafin, Nanon. Maafin Nanon ya Kakak Frank." Ditengah isakannya Nanon mengucapkan itu dengan lirih.

"Drake kebawah dulu ya mau ngambil air buat Thanat. Suka gemesin kalau abis pingsan soalnya terus haus." Drake berkata itu juga dengan maksud memberi ruang bagi keluarga Vihokratana. "Aduh kalau udah mode Thanat bisa gila gue lama-lama. Gemes banget!" Pekik Drake mengingat Frank yang akan menjadi gemas dan manja setelah pingsan.

Elusan ringan ditangannya membuat Frank terganggu dalam tidurnya. Kali ini kantuknya telah hilang dan bisa membuka matanya. Dahinya mengernyit ketika sinar lampu menabrak matanya dengan tajam. New yang pertama kali sadar Frank bangun langsung semangat. "Frank, sudah bangun nak? Ini Papa sayang." Ujarnya masih mengelus tangan Frank. Frank menatap Papanya dan Ayahnya yang menampakan raut cemas kemudian memutar pandangan kearah sofa di kamarnya yang diisi Nanon yang tertidur dengan kepala dipangku Abangnya yang juga tertidur dengan kepala pada senderan sofa. Frank tersenyum kecil.

"Drake mana, Pa?" Suara serak itu yang pertama kali diucapkan Frank. Selalu Drake yang pertama kali akan ia cari. Tidak peduli seberapa banyak manusia didalam kamarnya. Ia hanya ingin Drake.

Suara pintu kebuka membawa atensi Frank. Senyumnya berubah cerah saat melihat kekasihnya membawa segelas air minum. "Drake!" Pekiknya sambil membuka tangannya meminta dipeluk.

"Thanat. Sudah selesai istirahatnya?" Tanya Drake sambil duduk dipinggir kasur. Frank hanya mengangguk dan meminum air yang disodorkan Drake. Tay sama New bahkan terbungkam melihat anaknya yang seceria itu. "Thanat kenapa istirahatnya lama?" Drake mengusap surai lembut Frank.

"Entah, gue ngantuk." Sahutnya kemudian menaruh gelas dinakas dan loncat kearah Drake. "Kok gue kangen lo sih? Padahal kita seharian ketemu. Pacar gue emang ngangenin." Mode clingy Frank membuat Drake gemas sendiri dan mencium pipi sang kekasih. Frank tertawa cekikikan. Kalau tidak ingat ada keluarga Frank maka sudah dipastikan Drake akan menerjang Frank saat itu juga. Tidak jangan salah sangka maksudnya menerjang adalah menyekap Frank dalam pelukannya atau bahasa gaulnya cuddle.

Tawa renyah milik Frank sedikir mengusik ketenangan tidur milik Pluem. Semakin kencanh tawa Frank membuat sadar Pluem bahwa adiknya sudah bangun. Seketika itu juga kantuk hilang dari matanya. "Udah lama gue nggak dengar tawa itu, Frank." Pluem bergumam lirih dengan senyum pahit diakhir kalimat melihat Frank bersama Drake. Tanpa sadar Nanon ikut mengangguk setuju dengan pemikiran Abang tertuanya.

***

Frank mendesah kasar sambil menatap handphone miliknya. Dirinya melempar kasar ponsel hitam itu kekasurnya dan dirinya menuju balkon untuk menikmati rokoknya. Pikirannya sedang kalut. Banyak sekali hal berkecamuk dalam otak cerdasnya mengenai kejadian tempo hari saat ia pingsan. Dan dirinya baru saja berdebat dengan kekasihnya.

"Shit. First time we had fight and its all about my family?" Frank menggumam kesal dengan saran Drake. Tak urung dirinya juga memikirkan saran kekasih hebatnya itu. Matanya menatap kearah jalanan dimana dengan tiba-tiba seorang ibu dan anaknya berjalan dikomplek mereka. Sang anak terjatuh dan sang ibu terlihat memeluk erat kemudian mengecup dahi sang anak. Frank menatap dengan pandangan kosong dengan mulut menghembuskan asap mengepul. Pikirannya melayang ke belasan tahun silam saat dirinya diejek oleh teman sekelasnya karena tidak bisa rangking 1 seperti Abangnya, Papanya datang kemudian memeluk dan memberikan kata-kata menenangkan. Akhir cerita Papanya mencium keningnya dengan sayang membuat Frank lupa dengan semua ejekan itu.

Mata kosong itu sekarang memupuk sebuah cairan bening saat dirinya mengingat semuanya. Juga Ayahnya yang suka mengajak dirinya berbelanja lalu Abangnya yang sering bermain bareng. Namun semua berubah saat Nanon lahir. Frank kecil mulai sedikit iri dengan adik kecilnya yang baru lahir dan selalu mendapat banyak perhatian. Dan sejak terjatuhnya Nanon dari motor dan membuat Frank disalahkan terus menerus, semuanya berubah.

ONESHOOT GMMBOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang