04. Masih Perkenalan

444 96 16
                                    

Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, Gista dan Mahesa sudah bertemu kembali. Perjalanan mereka sepulang dari bengkel kemarin terasa cukup kaku dan canggung. Penyebabnya tidak lain celetukan Harris terkait pdkt. Biarpun keduanya tidak berada dalam fase tersebut, tentu sikap salah tingkah tetap tidak terhindarkan. 

Siang ini, sesuai kesepekatan di cafe kemarin, keduanya akan mendatangi rumah Mahesa. Gista pikir mereka baru akan berangkat di sore hari, siapa sangka ternyata pekerjaan Mahesa selesai jauh lebih cepat dari waktu yang diprediksi. Waktu baru menunjukkan pukul sepuluh saat Mahesa mengirim pesan bahwa pekerjaannya akan selesai kurang lebih satu jam lagi. Lelaki itu juga bertanya, apakah Gista tidak masalah jika mereka berangkat saat jam makan siang, atau tetap ingin berangkat di sore hari sesuai rencana.

Gista tentu cukup tau diri untuk tidak menjawab sore hari, ia membalas pesan Mahesa dan berkata bahwa dirinya sudah siap, sehingga berangkat jam berapapun tidak menjadi masalah. Yang tidak Gista sangka adalah, semakin mendekati jam janjian, ia semakin gugup. 

Jika dihitung, ini sudah ke tujuh kalinya Gista berdiri di depan cermin untuk memastikan bahwa bajunya pantas, rambutnya rapi, dan riasan di wajahnya tidak terlalu tebal. Ah ya, Gista juga memastikan bahwa perhiasan seperti gelang, kalung, dan anting-anting yang ia kenakan tidak tampak berlebihan. 

Gista bukannya kurang pengalaman, ia justru sudah beberapa kali mengunjungi rumah mantan-mantannya dan bertemu orangtua mereka, tapi kali ini rasanya jauh berbeda.

"Ya jelas beda, lah. Mahesa tuh siapa coba? Temen aja bukan," ucap gadis itu bermonolog. "Aduh, Mahesa pasti udah mau sampai, nih," lanjutnya sembari menatap jam yang melingkar di tangan kiri. Sudah sekitar dua puluh menit berlalu sejak lelaki itu mengirim pesan kalau ia sudah di jalan menuju kosan Gista, jika perkiraan gadis itu tidak salah, maka dalam kurun waktu lima menit, lelaki itu akan tiba di kosnya.

Ternyata Gista salah, tidak sampai lima menit, ponselnya sudah berdenting menandakan pesan masuk.

Mahesa

Udah smp Gis

Tapi selow aja kalo msh siap2

Gistara

Udah siap kokk

Wait, tinggal pake sepatu

Gista menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan, ia mengulangi hal tersebut beberapa kali sampai merasa lebih tenang.

"It's okay, Gista, don't worry, you will be fine," ucapnya  sambil menatap diri di depan cermin lalu segera beranjak keluar dan mengunci pintu kamarnya.

Gista agak terburu-buru menuruni tangga, untung hari ini kosan sepi, sehingga ia tidak harus menjawab beragam pertanyaan dari teman-temannya. Setibanya di halaman parkir, Gista tidak bisa menahan diri untuk tidak terkesiap.

"Kok ganteng banget," ucapnya lirih saat melihat Mahesa. Lelaki itu sedang asik bercengkrama dengan Pak Wisman, penjaga kos, sambil menghisap rokok. 

Siang ini, Mahesa mengenakan kemeja hitam dan celana jeans, rambutnya juga ditata lebih rapi dibanding kemarin. Yah, kemarin dengan kaos dan celana jeans serta topi saja Mahesa sudah tampan di mata Gista, ternyata hari ini ia jauh lebih tampan lagi.

"Sa," panggil Gista pelan, tidak mau mengejutkan Mahesa maupun Pak Wisman. 

"Mbak Gista, sering-sering atuh ini si Mas disuruh kemari," celetuk Pak Wisman.

Gista terkekeh. "Ih, kemarin-kemarin nggak ada yang disuruh sering main kesini," 

"Cowoknya Mbak Gista yang kemarin tuh sombong-sombong, Mas. Baru Mas Mahesa doang nih yang mampir duduk kesini, ngobrol, ngerokok bareng," ucap Pak Wisman lagi.

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang