07. Teman-Teman

407 88 4
                                    

Selain Reyna, ada dua orang perempuan lagi yang menjadi teman seperjalanan Gista di perkuliahan, yaitu Ludovica Ayesha dan Yashinta Prameira. Menurut Gista, ketiganya punya peranan yang sama dalam hidupnya baik di kampus maupun di luar kampus. Kedekatan Gista dan Reyna berawal sejak masa orientasi mahasiswa baru. Keduanya masuk di kelompok yang sama dan secara kebetulan tinggal di kosan yang sama. Hal ini lantas membuat mereka menjadi cepat akrab karena sering berangkat bersama dan mengerjakan tugas ospek bersama. Dan tampaknya mereka memang digariskan untuk berteman karena saat pembagian kelas, nama keduanya berada di kelas yang sama.

Setelah tiga semester menghabiskan waktu bersama Reyna, pada semester empat Gista menemukan teman baru. Saat itu ia bergabung dengan organisasi di fakultas dan berada di departemen yang sama dengan Ayesha. Tidak disangka keduanya merasa cocok satu sama lain dan dengan mudahnya berteman. Selama ini mereka tidak pernah berada di kelas yang sama sehingga belum pernah berkenalan dengan proper. Ayesha juga lah yang memperkanalkan Gista dengan Meira, perempuan cantik yang cerdas dan rajin. Gista kemudian mengenalkan Reyna dengan Ayesha dan Meira. Ia tidak berekspektasi terlalu tinggi, jika Reyna tidak cocok dengan dua teman barunya, Gista tidak memaksa. Namun ternyata, Reyna langsung cocok dengan Meira karena punya kesukaan yang sama yaitu Harry Potter dan Avengers, topik yang selama ini tidak bisa ia obrolkan dengan Gista karena gadis bukan penggemar dua film laris ini.

"Lo dulu nonton apaan, Gis, jaman kecil?" tanya Ayesha saat mereka berempat duduk bersama untuk pertama kalinya hari itu.

"Apa ya? Nggak nonton apa-apa, deh, kayaknya," jawab Gista setelah mengingat-ingat.

"Hampir dua tahun kenal dia, anaknya bener-bener nggak hobi nonton," seru Reyna. "Kebalikan banget sama gue,"

"Kalau drama gitu nonton nggak?" tanya Meira. "Sinetron deh..."

Gista tergelak. "Iya dulu suka ikutan Oma nonton sinetron. Kalau sekarang, kadang-kadang aja nonton drama Korea,"

"Tuh, Sha, ada temen ngobrol," ucap Meira lagi. "Ayesha update drakor banget,"

"Asli, tampilan lo padahal rocker banget," sahut Reyna. "Nonton apa? Descendant of the Sun?"

Ayesha tertawa dan mengangguk. "Iya, itu salah satunya. Terus ini baju gue lagi abis aja, sih, makannya jadi women in black begini. Biasanya juga cerah ceria outfit gue,"

Percakapan siang hari itu ternyata menjadi pembuka untuk percakapan-percakapan lain di masa mendatang. Empat orang perempuan ini ternyata berhasil menjaga pertemanan mereka sampai akhir masa perkuliahan.

Meira, si cerdas dan rajin berhasil lulus kurang dari empat tahun. Begitu juga dengan Ayesha. Jika Meira merupakan mahasiswi cerdas, maka Ayesha adalah mahasisiwi jenius. Sekalipun hanya mendengarkan penjelasan dosen sambil lalu, Ayesha berhasil mempertahankan IPK-nya di angka 3,75 sejak semester awal sampai lulus.

Keduanya memutuskan untuk tidak mengikuti wisuda di periode Juli meskipun sebetulnya bisa, karena ingin wisuda bersama dengan Reyna dan Gista. Sempat terjadi keributan kecil disini karena Gista tidak tau bisa selesai bulan apa. Ia memaksa Meira dan Ayesha untuk lekas wisuda saja, namun dua temannya menolak dengan tegas.

"Gue tau, Gis, lo sengaja nunda lulus," ucap Ayesha sore itu saat sedang bertandang ke kosan Gista. "Ayo lah, ada banyak hal yang bisa kita kejar setelah selesai skripsi,"

Gista tertawa pelan. "Tapi gue nggak tau mau ngejar, apa, Sha,"

Ayesha menghela napas panjang dan menatap pelataran parkir dari kamar Gista di lantai dua. "Gue nggak punya kalimat penenang apapun saat ini, gue juga nggak bisa menjamin masa depan bakal lebih baik dari sekarang, but please, jangan menurunkan kualitas diri lo," ucap Ayesha, lalu memeluk sahabatnya dari samping. "Lo tuh sepinter itu, Gista. Lo cantik, public speaking lo juga udah bagus, ya lumayan jutek sih, tapi attractive, ada banyaaaak banget hal baru yang siap menyambut, jangan lesu gini dong,"

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang