19. Pulang

349 73 4
                                    

"Hei," sapa Mahesa saat Gista membuka pintu kamar kosnya. Seperti biasa, lelaki itu mendekat dan mencium pelipisnya. "Udah kelar packing?"

Gista mengangguk lesu sambil menatap kopernya di samping kasur.

Mahesa tersenyum dan mendekap gadis itu dari samping. "Kenapa?"

"Nggak pingin pulang..." jawab Gista jujur dengan hela napas yang panjang.

"Cuma tiga minggu, Gis. Kamu udah nggak pulang kan dua tahun ini?"

Gista meringis dan membalik tubuhnya menghadap Mahesa tanpa melepas pelukan. "Tiga minggu tuh lamaaaa tau, Sa. Kamu nggak kangen apa jauh-jauhan sama aku?"

"Tumben clingy?" tanya Mahesa geli. "Kayaknya enggak, sih, yang kangenan siapa coba?"

"AKU. AKUUU," seru Gista. "Atau aku ngajakin temen-temen meet up, ya?"

Mahesa mengangguk setuju. "Coba aja kabarin kalau kamu pulang,"

"Iya deh, nanti aku coba," jawab Gista. "Duduk Sa, mau minum nggak? Atau mau makan?"

"Minum aja,"

Gista mengulurkan satu kaleng susu. "Nggak usah kopi, ya. Udah malem,"

"Iya," ucap Mahesa menurut. "Thank you,"

"Kamu besok beneran bisa nganterin? Kalau mepet jam balik kantor nggak usah dipaksain. Aku bisa berangkat sendiri,"

"Bisa, sayang. Kamu kereta jam sepuluh, kan? Aku balik kantor paling malem jam tujuh, nanti langsung kesini," jawab Mahesa.

Gista mengangguk. "Beneran nggak repot?"

Mahesa menangkupkan tangannya ke pipi Gista dengan gemas. "Repot apa, sih? Enggak, lah,"

"Tiga minggu, nih, kita nggak ketemu?" Gista menyandarkan kepalanya ke bahu Mahesa, membuat laki-laki itu terkekeh. "Ketawa mulu!" seru Gista sebal karena sadar hari ini ia berlaku diluar kebiasaannya.

"I don't know you can be this cute," ucap Mahesa.

"You mean annoying?"

Mahesa terbahak. "Aku nggak bilang gitu,"

"Nggak pingin pulaaangg," rengek Gista frustasi sembari memeluk lengan Mahesa erat.

"Tiga minggu, sayang. Nanti kan balik lagi kesini,"

Gista merengut, kali ini ia sudah melingkarkan tangannya di pinggang Mahesa, sepertinya benar-benar tidak mau pisah.

"Kenceng banget meluknya?" Mahesa mengusap tangan Gista yang melingkar erat. "Aku nggak kemana-mana, Gis,"

"Hmm," dengus Gista. "Paling abis ini juga kamu pamit pulang,"

"Maksudnya gimana, tuh? Aku suruh nginep sini?"

Gista mendongak lalu menghembuskan napas kasar. Sebetulnya ia cukup yakin tidak akan terjadi apa-apa sekalipun mereka tidur di satu kasur yang sama. Gista percaya Mahesa tidak akan bertindak jauh dan kontrol dirinya juga cukup baik.

"Ya udah, aku disini sampai kamu tidur," ucap Mahesa lagi.

"Hah, beneran?" seru Gista tiba-tiba semangat.

"Kenapa semangat banget? Seneng mau ditemenin tidur?"

"Sounds so wrong," ucap Gista sambil melepas pelukannya. "But yes, I'm happy," lanjutnya sembari merangkak naik ke tempat tidur.

"Liar juga pacar gue," ucap Mahesa pelan.

"GUE DENGER," sahut Gista.

Mahesa hanya mengedikkan bahu lalu ikut merebahkan diri di samping Gista. Perempuan itu dengan santainya kembali memeluk sang pacar.

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang