Sabtu malam itu, Mahesa baru saja selesai futsal dengan rekan-rekan kantornya. Kebiasaan yang kerap dilakukan generasi masa kini sebagai cara meredakan kejenuhan dari rutinitas. Seingat Mahesa, ia terakhir kali bermain futsal saat pembubaran panitia di kampus. Setelah mulai bekerja, ia lebih sering mengunjungi gym dan jogging pagi jika sempat.
"Emang sering futsalan gini, Di?" tanya Mahesa pada Aldi, salah satu teman dekatnya di kantor karena seumuran.
"Setengah tahun gue kerja disini, tiap bulan pasti ada futsalan, sih," jawab Aldi. "Lumayan lah, gratis juga,"
Mahesa terkekeh. "Pak Bos suka futsal?"
"Denger-denger, sih, gitu. Cuma ya kagak pernah nanya juga,"
"Rame ya. Bapak-bapak masih pada energic juga," ucap Mahesa lagi. Saat ini keduanya baru saja selesai mandi dan sedang duduk di bench sembari menunggu para atasan selesai membersihkan diri.
"Banget. Malah lebih kuat mereka larinya," ucap Aldi menyetujui.
"Lho iki cah-cah bagus kok isih ning kene? Ora do malem minggon?" tanya Pak Aryo, salah satu pejabat kantor.
Aldi melirik Mahesa, meminta terjemahan.
"Ini anak-anak ganteng kok masih pada disini, nggak malem mingguan?" ucap Mahesa pelan, merasa awkward juga menerjemahkan kalimat Pak Aryo."Saya lagi ditinggal perdin, Pak," jawab Aldi. "Jadi nggak ngapel,"
"Oo, kemana, Di?"
"Ke Malang, Pak. Besok pagi baru pulang,"
Pak Aryo mengangguk. "Nggak apa-apa, sekarang merintis karir dulu, ya," ucapnya menasehati. "Kamu, Sa? Ditinggal perdin juga?"
Mahesa tertawa sopan. "Mboten, Pak. Memang nggak ada yang diapelin,"
(Mboten = enggak)
"Walah, mosok koyo kowe ra nduwe yang?"
(Trans: Halah, masa kaya kamu nggak punya pacar?)
"Dia mah pacar nggak ada, tapi gebetan banyak, Pak," sahut Theo, salah satu teman kerja Mahesa yang lain.
"Dipilih satu lho, Sa. Dua tiga tahun lagi paling kamu bisa naik jabatan, langsung ditembung," kali ini Pak Yudha ikut menimpali.
(Ditembung = dilamar)
"Aduuh bapak-bapak, kasian ini temen saya nanti tertekan," ucap Desty, kepala unit Mahesa dan Aldi yang malam ini hadir karena suaminya ikut bermain futsal. "Kerja baru sebulan udah diuber-uber nikah,"
"Kan biar siap-siap, Des. Mahal lho, nikah," ucap Pak Yudha lagi. "Anak saya, baru prewedding udah habis berapa juta itu," lanjutnya sembari menggelengkan kepala.
"Ya doain aja, Pak, biar cepet ketemu jodohnya," Mahesa memilih jawaban aman.
"Ck, jangankan doain, kamu minta kenalin juga saya ada," ucap Pak Yudha. "Suka yang kayak apa?"
"Wah, nggak usah, Pak...hahaha," jawab Mahesa dengan tawa kaku.
"Oo, kalau gini ini berarti sudah ada Pak Yudha, lagi dikejar," sahut Pak Aryo yakin sambil tertawa. "Iya to, Sa?"
Mahesa lagi-lagi tertawa kaku, memilih untuk tidak menjawab.
* *
"Balik, Sa?" tanya Aldi saat obrolan mereka dengan para atasan sudah selesai dan keduanya sudah berada di samping motor masing-masing.
Mahesa menggeleng. "Mau makan," ucapnya sembari sekilas menghadapkan ponsel ke Aldi.
"Oo..." Aldi menggumam paham. "Ini yang mau dikejar?" lanjutnya menggoda lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchante
FanficEnchante means nice to meet you. Tentang Mahesa, Gistara, dan pertemuan-pertemuan mereka yang tidak sengaja tetapi menyenangkan.