15. Sudah Lebih Jelas

440 84 11
                                    

Bukan hanya Gistara yang bertanya-tanya, Mahesa juga. Teman mana, sih, yang peluk-peluk seperti itu? Dan kecupan di pelipis, duh, impulsif sekali. Kalau setelah ini Gista tidak lagi menghubungi dirinya, Mahesa sepertinya sudah pasrah. Memang rendah daya juangnya.

Pikiran ini masih terbawa sampai keesokan harinya, sampai teman-teman di kontrakannya bertanya karena ia tampak bingung.

"Lo kenapa, Sa? Kerasukan setan kosannya Gista?"

"Gue rasa kerasukan Gista, sih,"

"Idih cakep,"

Mahesa membiarkan Harris dan Lucas berbicara semaunya. Tidak mau membuang tenaga di pagi ini untuk menanggapi dua orang yang menguras kesabarannya ini.

"Lo balik jam berapa, sih, semalem? Kok gue nggak tau, dah," tanya Lucas.

"Jam sebelasan udah sampai. Emang udah sepi, sih, kamar lo,"

Lucas menggumam mengiyakan. "Capek banget gue, disuruh jadi supervisi anak magang,"

"Cewek apa cowok, Cas?" celetuk Harris.

"Dua-duanya ada. Puyeng, mau diajarin seadanya kasian, tapi kalau diajarin beneran kok kerjaan gue yang nggak beres-beres," keluh Lucas.

"Ih, jangan seadanya atuh, Cas. Kita dulu kan juga pernah magang, tau susah senengnya. Susahnya jangan diulangin ke adik-adik ini," ucap Harris.

"Emang berapa anak magangnya?" tanya Mahesa.

"Ada empat. Apa ya, mereka tuh kurang pede aja, jadi harus dapet validasi gue dulu baru yakin. Padahal mah ya kerjain aja, nanti juga gue koreksi, kan,"

"Ck, namanya juga anak magang. Pasti lebih hati-hati, lah. Selain nggak mau kena semprot supervisor juga kan mereka bawa nama kampus, kalau kerjanya ngasal nanti nama kampus jadi jelek," ujar Mahesa.

"Nah, tuh, bener kata Mahesa," sahut Harris.

"Iya, sih. Tapi sesekali trabas juga nggak apa-apa, bro. Terlalu hati-hati juga bikin capek, apa-apa dipikir padahal belum tentu kejadian,"

Lah. Ini kok kayak nyindir gue? Batin Mahesa.

"Ya itu gue juga setuju," ucap Harris lagi. "Capek banget kalau nebak-nebak apa yang belum tentu kejadian,"

"Yoi, padahal mah jalanin aja, ya, kan?"

"Ini konteksnya apa anjir?" tanya Mahesa.

"Anak magang," jawab Lucas dengan senyum tengil. "Kenapa sensi lu?"

Mahesa mendengus malas lalu kembali melanjutkan kegiatannya membakar roti untuk sarapan. Disela-sela kegiatan tiga lelaki yang sedang membuat sarapannya masing-masing, terdengar suara langkah kaki memasuki rumah.

"Ih, aku mau sarapan juga dong," seru Naira sembari tersenyum lebar.

Naira memang sudah seperti penghuni kelima di kontrakan saking seringnya ia bertandang kemari. Selepas shift malam, biasanya Naira akan lebih dulu ke kontrakan untuk sarapan sebelum Juna mengantarnya kembali ke kosan. Kata Juna, jika gadis itu dibiarkan langsung kembali ke kos, kemungkinan besar akan langsung tertidur atau kembali melanjutkan tugas dan lalai dengan kebutuhan makan.

"Buset, batre lo full, Ra?" sahut Harris yang kemudian menuangkan susu ke mangkuk dan mengisinya dengan sereal. "Nih, makan ini dulu sambil nunggu nasinya mateng,"

"Yaash, makasih Harris!" seru Naira senang, sedangkan Arjuna hanya menggeleng pelan melihat tingkah pacarnya yang tampak terlalu ceria untuk seorang koass yang baru saja pulang shift malam.

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang