06. Berbagai Percakapan

399 90 6
                                    

Tidak sampai dua puluh menit, Mahesa sudah tiba lagi di halaman dengan ransel yang tersampir di punggung dan tas kamera di tangan kiri. Lelaki itu membuka pintu belakang mobilnya untuk meletakkan barang bawaan baru kemudian membuka pintu pengemudi untuk masuk.

"Lama nggak?" tanya Mahesa.

Gista menggeleng. "Belum sampai abis satu vlog," ucap gadis itu sembari menunjukkan layar ponselnya. "Beneran udah beres, Sa?"

"Udah, kenapa?"

"Kok yang lain belum pada keluar?"

"Ooh, soalnya pada mau mampir makan sebelum balik kantor. Lagi pada milih tempat, tuh," jawab Mahesa.

"Kamu mau makan juga?"

"Kamu?"

"Ish," seru Gista. "Malah tanya balik,"

Mahesa tertawa. "Ya kalau kamu makan, aku mampir tempat makan,"

"Mau, lah. Laper," jawab Gista jujur. "Tapi kamu keburu-buru balik kantor nggak?"

"Not really, dari tempat Ko Winar ke kantor kan nggak jauh," ucap Mahesa sambil mulai melajukan mobilnya.

"Ya udah, aku ngikut aja, kan yang punya jam kerja kamu,"

"Oke, kita makan dulu aja. Mau apa?"

Gista berpikir sejenak. "Kamu doyan ayam geprek nggak?"

"Of course, mau makan itu?"

"Boleh, yang deket kampus aja,"

Mahesa mengangguk setuju. Warung ayam geprek di dekat kampus mereka ini memang cukup terkenal karena enak dan tentunya harga mahasiswa.

"Kamu di Panorama sejak kapan, Sa?" tanya Gista setelah beberapa saat diam.

"Dari abis KKN. Kan tinggal tiga makul sama skripsi, terus aku coba daftar aja jadi fotografer," jawab Mahesa.

"Keren, keren," ucap Gista. "Berarti dari dulu emang udah full-time disana?"

Mahesa mengangguk. "Waktu aku masuk, Panorama masih fleksibel banget, jadi bisa menyesuaikan jadwal kuliah. Kan dulu cuma studio biasa, belum jadi agensi creative kayak sekarang,"

"Gimana tuh, maksudnya?"

"Mm...dulu cuma motret aja, Gis. Ya buat momen-momen kayak wisudaan, pre-wedding, wedding, sweet seventeen. Nah kalau sekarang udah melebar ke ranah konten Instagram, Youtube, udah ikut mantau traffic di sosial media," Mahesa berusaha menjelaskan dengan bahasa yang sederhana. "Tapi tetep nerima job motret, sih. Jadi kayak ada dua cabang gitu di kantor. Panorama Studio sama Panorama Creative," lanjutnya.

"I see..." ucap Gista. "Enak mana kerjanya?"

"Jujur enak waktu motret doang, tapi gajinya enak sekarang," gelak Mahesa. "Yah sebanding lah, mikir sama bayaran,"

"Tapi kan kamu tetep sama-sama motret jaman studio maupun sekarang ini,"

"Iya, tapi pressure-nya beda motret pre-wedding dengan motret buat di post sebagai iklan. Kalau motret momen tuh aku merasa lebih bebas, bisa milih sudut pandang yang aku pingin, objek fotonya juga lebih bisa berekspresi. Sedangkan motret buat brand, ya itu tadi, lebih ada pressure-nya karena hasil fotoku berpengaruh buat kemajuan brand-nya. But still, I enjoy both, aku jadi banyak belajar," ucap Mahesa.

"Terus kenapa sekarang mau pindah kantoran?" tanya Gista. "Wait, aku kebanyakan nanya nggak, sih?"

Mahesa tertawa pelan. "Nggak. Tanya aja, selagi bisa dijawab, pasti aku jawab," ucap lelaki itu sembari menginjak rem karena lampu merah serta macet yang cukup panjang. "Aku pindah kantor biar ilmu kuliahku ada kepake, sih. Selain itu, aku pingin kegiatan seputar fotografi, tuh, jadi hiburan kalau lagi jenuh," ujar Mahesa mengulangi perkataannya pada Juna tadi pagi.

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang