18. Alga hilang?

22.5K 2.2K 63
                                    

Senin ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh siswa Angkasa. Hari di mana princess sekolah melawan siswa baru yang merupakan juara nasional.

Setelah upacara selesai, Alga ke kelas 11 Ipa 3 menemui Jingga. Diikuti ketiga sahabatnya tentunya. Seisi langsung heboh karena kedatangan pemuda dingin itu. Ia berdiri di samping Vani dan menyuruh gadis berkacamata itu berdiri. Vani pun menurut, Ia berdiri dan kursinya digantikan oleh Alga.

Semua siswa langsung dibubarkan oleh Yayan agar keluar kelas. Setelah semua menurut, Yayan pun menutup pintu kelas. Sisalah hanya lima orang di kelas tersebut.

Mata elang Alga menatap gadis yang duduk di sampingnya yang diam saja, terlihat rasa cemas di raut wajah cantik gadis itu.

"Jangan takut," celetuk Alga santai, Jingga pun menoleh menatapnya dengan tatapan sendu.

"Tapi, Al?"

"Gue yakin lo bisa. Lo kan yang sendiri bilang, ketakutan akan membuat semua menjadi lebih buruk," ucap Alga dengan tersenyum tipis.

Jingga melengkungkan bibirnya ke atas, Ia merasa gugup saat tahu bahwa Alga mengingat kata-katanya waktu itu.

"Tapi lo bakal di samping gue, kan?" tanya Jingga dengan rasa penuh harap.

Alga mengangguk. "Abis lo tanding sama Tinara, gue kan sama Arga tanding juga."

Keempat orang di sana sedang mengumpat tak jelas.

Jingga tersenyum miring. "Ada setan?!" seru Jingga menunjuk pintu kelas. Spontan semua segera menoleh menatapnya.

Merasa keadaan aman, dengan cepat Jingga mengecup pipi Alga sekilas, membuat sang empu terkejut menatap Jingga dengan mata lebar-lebar. Yang ditatap justru terkekeh.

Tanpa mereka berdua sadari, Yayan dan Sam sudah berbalik badan duluan ke kedua sejoli itu. Mata Yayan melotot tak percaya, tangannya menutup mulutnya yang menganga. Sedangkan Sama hanya mengumpat dalam hatinya.

"Nggak ada apa-apa," cicit Vani menoleh ke arah Jingga.

"Namanya juga setan, pasti nggak keliatan. Bego!" pekik Jingga tertawa puas bisa mengerjai Vani dan empat cowok itu.

"Kok lo bisa liat? Lo indigo?" tanya Dion heran.

Jingga hanya bersidakep. "Bisa dibilang gitu."

"Kok gue merinding?" ujar Yayan bergidik ngeri. 'Merinding liat Jingga cium pipi Alga,' lanjutnya.

"Ih gue takut," pekik Vani sontak langsung memeluk lengan Dion yang kebetulan berada di sampingnya.

"Gapapa, Van. Ada 'aa di sini." Tangan Dion mengelus puncak kepala.

Vani yang tersadar segera menjauhkan dirinya dari lengan Dion, dan langsung menggeplak lengan besar Dion.

"Aw! Sakit ayang!"

"Ayang ayang pala lo peang!" gerutu Vani dengan wajah memerah.

Yayan, Sam dan Jingga pun tertawa terbahak melihat perlakuan Vani ke Dion. Sedangkan Alga hanya bisa diam mematung, kecupan hangat di pipinya masih terasa.

***

Ruang ektrakurikuler karate sekarang dipenuhi murid, untung saja ruangan itu cukup besar, sehingga ruangannya bisa menampung para penonton.

Di tengah-tengah ada seorang moderator yang sudah memakai mikrofon tengah berbicara ngalor-ngidul untuk menghibur para penonton dahulu.

"Ngga? Lo siap, kan?" celetuk Vani menyentuh lengan Jingga. Kini mereka sedang di pojok ruangan.

ALGANGGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang