22. Sam Kepergok

23.5K 2.4K 111
                                    

Siap ramein kolom komentar, nggak? :v

Setelah membeli siomay pesanan Jingga. Dion dan Vani berjalan santai menyusuri pinggir jalanan yang cukup ramai kendaraan berlalu. Jari tangan Vani saling mengapit di depan rok bawah lututnya, sedangkan Dion menenteng kresek berisi siomay.

"Lo inget jalan ini?" tanya Dion mencoba memecahkan keheningan mereka.

Vani menatap Dion yang sedang menatap ke aspal. Merasa sedang ditatap, pemuda berambut sedikit gondrong itu menoleh ke arah Vani.

Vani mengangguk. "Inget, ini tempat gue kecelakaan," ujarnya dengan senyum tipis.

"Eh? Emang beneran yang kecelakaan dulu itu lo?" tanya Dion sedikit terkejut. Ia bertanya memang ingin menanyakan siapa ulang kecelakaan di jalan itu.

Vani mengangguk lagi, sekarang senyumnya semakin mengembangkan, lesung di kedua pipinya semakin terlihat.

"Gara-gara kecelakaan itu, kehidupan gue jadi berubah. Dulu yang serba kekurangan, sekarang kebutuhan jadi terpenuhi karena Jingga yang setiap bulan selalu tranfer uang," jelasnya dengan raut wajah sedikit tak enak.

Dion mengernyit. "Emang bener? Rumor Jingga yang nabrak lo?"

Vani menggeleng dengan pelan. "Bukan, iya emang, sih, mobilnya milik Jingga, tapi gue nggak percaya Jingga bisa bawa mobil secepat itu. Lagipula bukannya waktu itu pertama kalinya Jingga bawa mobil sendiri ke sekolah? Dia juga masih berlatih," ujarnya menatap lurus ke depan menerawang kejadian saat dirinya tertabrak mobil yang diketahui milik Jingga.

"Bisa jadi Jingga beneran, secara Jingga langsung minta maaf ke lo, rawat lo dua bulan di rumah sakit, dan kata lo sekarang tiap bulan selalu tranfer uang? Kemungkinan besar, Jingga melakukan itu karena ngerasa bersalah. Kasihan gitu sama lo," jelas Dion.

Kasihan?

Vani dan Dion berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Mereka sama-sama memikirkan apakah memang benar jika Jingga adalah pelakunya? Memang waktu kecelakaan tersebut, semua menduga bahwa itu Jingga, dan kepolisian juga mengatakan bahwa Jingga adalah tersangka. Namun, karena usianya di bawah umur, Ia tidak terjerat masuk ke penjara karena bantuan dari orang tuanya juga. Ditambah lagi, Vani yang sudah memaafkannya. Hingga akhirnya mereka menjadi sahabat sampai sekarang.

Awalnya nama Jingga sempat dicap buruk setelah kejadian itu. Namun, setelah Vani sudah sembuh, Ia sendiri yang mengumumkan ke seluruh warga sekolah untuk tidak membully Jingga lagi. Akhirnya, nama Jingga sudah bersih kembali.

"Kalopun Jingga beneran, gue udah maafin, kok," cicit Vani dengan senyuman yang terukir di bibirnya dengan indah dan tulus. Tapi hatinya memikirkan kata kasihan? Apakah Jingga mau jadi sahabatnya karena hanya kasihan? Vani sadar! Lo itu cewek cupu dan nggak pantes punya sahabat sekeren Jingga.

Dion tak sadar menyunggingkan senyum menatap gadis di sampingnya. Hati gadis itu sangat tulus memaafkan Jingga, buktinya Ia sampai rela keluar dari sekolah mencari pesanan makanan sahabatnya itu.

Tiba-tiba pandangan Vani mengarah ke pinggir jalan yang terdapat dua sejoli dengan seragam yang berbeda. Pemuda berseragam putih abu-abu, sedangkan gadis berseragam identitas putih biru tua kotak-kotak berdiri membelakangi.

"Itu bukannya Sam?" tanya Vani menunjuk Sam dan seorang gadis yang sedang berbicara dengannya.

Dion pun mengikuti arah pandang Vani. "Eh iya. Buset tuh bocah tadi bolos pelajaran, sekarang malah pacaran."

"Itu pacarnya Sam? Siapa?"

Dion memperhatikan Sam dan gadis itu dengan mata menyipit. "Dari gestur tubuhnya, gue kek kenal."

ALGANGGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang