24. Cemburu?

27.4K 2.4K 144
                                    

Siap ramein komenan nggak? :v

Lo nggak salah mencintai, tapi lo aja yang salah orang untuk dicintai
–Arga–

"Sesuai yang gue bilang, acara perayaan ulang tahun sekolah kali ini harus berbeda dari sebelum-sebelumnya," ujar Arga yang sedang berdiri di depan pengurus OSIS yang sedang duduk di kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesuai yang gue bilang, acara perayaan ulang tahun sekolah kali ini harus berbeda dari sebelum-sebelumnya," ujar Arga yang sedang berdiri di depan pengurus OSIS yang sedang duduk di kursi.

Semua pengurus OSIS kali ini tengah meeting tentang acara perayaan ulang tahun sekolah yang sampai sekarang belum ditetapkan bagaimana konsepnya, padahal waktunya sekitar satu bulan lagi.

"Gue setuju kalo berbeda, tapi bukan berarti yang berpatisipasi hanya kelas 11 dan 12 saja, harusnya kelas 10 juga mengikuti partisipasinya," timpal Dea yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS.

Arga menatap Dea yang tengah duduk. Dea pun melanjutkan ucapannya. "Waktu kepengurusan kita sudah mau habis, otomatis kita harus memperlihatkan cara kerja kita ke kelas 10 yang dinyatakan junior di semester satu ini. Kalo besok kelas 10 nggak ikutan dalam partisipasinya, mereka nggak akan melihat kegiatan OSIS, kan?"

"Gue setuju sama Dea." Seorang pemuda bernama Riko berdiri. "Bener, Ar. Kalo kita rayain pestanya tanpa kelas 10, itu nggak bakal asik."

"Suruh aja perkemahan kelas 10 diundur, biar mereka bisa ikut ngerayain pesta ulang tahun sekolah di bukit selama lima hari."

"Ribet, Ar. Kita mesti ijin dulu sama pembina pramuka," ujar Dea menghembuskan nafas lelah. "Belum tentu diijinin, karena pramuka juga udah kewajiban."

"Kenapa nggak seperti biasa aja di sekolah selama tiga hari berturut-turut. Kayak tahun lalu, setelah kelas 10 kemah dua hari, setelahnya ikut lomba dua hari dan sehari ngerayain pestanya," celetuk Faris yang mulai jengah.

"Gue mau beda!" tegas Arga menggebrak meja.

Seketika keadaan hening. Mereka diam seribu bahasa setelah mendengar kemarahan Arga. Tak ada yang bisa melawan. Tiba-tiba Dea berdiri.

"Terserah lo deh, Ar. Lo itu egois tau, gak? Dulu kayaknya lo nggak kayak gini," ucap Dea kemudian memilih untuk keluar dari ruang OSIS.

Lagi-lagi meetingnya sama sekali tak membuahkan hasil dan kesepakatan yang jelas. Usulan dari Arga selalu ditolak.

***

Pulang sekolah Tinara berdiri di ruang OSIS menunggu Arga. Namun, yang terlebih keluar adalah Dea dengan raut wajah datar. Tinara hanya diam tak peduli. Kemudian, perlahan pengurus OSIS lainnya yang keluar. Namun, tidak bagi Arga, ketua OSIS itu masih setia berada di dalam.

Merasa penasaran dengan apa yang terjadi, Tinara masuk ke dalam ruang OSIS yang cukup luas itu. Ia mendapati Arga yang tengah duduk di kursi kebesaran sambil meremas rambutnya frustasi.

"Ar?" Tak ada sahutan, hanya saja pemilik nama mendongak melihat siapa yang datang. "Ada apa?"

Arga memicingkan alisnya mendengar pertanyaan Tinara. "Apa?"

ALGANGGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang