01. Malam Pertama

57.6K 4.6K 110
                                    

Cerita telah direvisi. Jadi, harap dibaca kembali.

Pemuda berkaos hitam dengan jaket senada berjalan dengan gontai ke luar club, dengan racauan tak jelas dari mulutnya. Tiba-tiba sayup-sayup matanya menatap seorang gadis tengah berdiri di pinggir jalan.

"Tinara?" Mulut pemuda itu spontan menyebut nama yang selalu terngiang-ngiang di otaknya. Kakinya melangkah dengan terseok-seok, sampai akhirnya tangannya bisa meraih pundak gadis berambut pirang itu. "Tinara!" serunya.

Sang pemilik pundak terkejut saat merasakan ada tangan di pundaknya. Dengan segera, Ia berbalik badan menatap sosok pemuda yang memanggilnya dengan sebutan 'Tinara'

"Siapa lo? Lo salah orang!" ujar gadis dengan sewot. Lalu, menepis tangan pemuda di depannya.

"Gue? Gue orang yang lo sakiti Tinara!"

Mata gadis itu melotot. "Lo mabuk, ya? Dasar nggak waras!" cicit gadis itu, lalu mendorong tubuh besar sang pemuda dengan kasar. Kemudian gadis bermata coklat dengan memakai hoodie pink berlari secepat mungkin.

"Tinara! Jangan tinggalin gue!" racau pemuda itu mencoba mengejar gadis tersebut.

Gadis berhidung mancung itu memberhentikan langkah cepatnya, setelah mendengar seseorang berteriak di belakangnya. Mata gadis itu lagi-lagi membulat saat melihat pemuda yang tadi bertemu dengannya terkulai lemas di tanah.

"Woy! Tolongin orang itu!" sentak gadis itu memandangi orang-orang yang kebetulan berada di situ. Namun, orang di sekeliling seakan tuli dan acuh dengan teriakan gadis itu.

"Tinara! Jangan tinggalin gue!" teriak pemuda itu.

Tiba-tiba ada seorang kakek menghampiri gadis itu. "Anak muda? Janganlah kau meninggalkan orang yang mencintaimu dengan tulus dan rela hancur seperti itu karena dirimu."

Gadis itu memicingkan alisnya tak suka dengan perkataan kakek-kakek itu.

"Maaf ya, kek. Tapi saya nggak kenal sama dia!" Tunjuk gadis itu menatap pemuda yang berada di hadapannya dan terkulai di tanah.

"Jangan berbohong, nak. Tolonglah dia, bawa ke rumahnya dan sadarkan dia," ujar kakek tua itu.

"Saya nggak kenal, kek."

"Kalo kamu tidak menolongnya, kakek akan manggil warga agar menghakimi kamu, karena sudah membuat pemuda itu seperti tak waras!" ancam kakek tua, hingga sang gadis terkejut bukan main.

Bagaimana caranya dia membawa pemuda itu, sedangkan dirinya sendiri tak mengenalnya.

"Bapak-bapak, Ibu-

"Iya iya, kek! Saya bawa dia pulang!" pekik gadis itu, lalu mendekati pemuda yang terus meracau tak jelas itu.

Setelah kakek tua itu pergi. Gadis itu menaikkan pemuda itu ke dalam taxi. Dirinya pun ikut masuk ke dalam mobil.

Pemuda itu menyenderkan kepalanya di bahu gadis yang rambutnya diuraikan itu.

"Mau kemana, non?" tanya sang supir taxi, lalu melajukan mobilnya.

Gadis itu berfikir sejenak, lalu merogoh saku celana dan saku jaket milik pemuda yang duduk di sampingnya. Dia menemukan ponsel.

Untung saja ponselnya tak disandi. Ia membukanya dan tertera nama Alga Ravardian, Ia terus mencari nama yang mungkin adalah orang terdekat Alga.

Tertera nama Mama. Dengan segera gadis itu menghubunginya.

Tak ada jawaban sama sekali. Gadis itu tidak menyerah, Ia kembali mencari kontak yang pastinya sangat dekat dengan Alga.

ALGANGGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang