26. Minta Restu

26.5K 2.7K 226
                                    

"Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf."

Jingga menoleh menatap Alga yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maaf terus kerjaan, lo!" pekik Jingga memutar bola matanya malas.

"Gue bakal tanggung jawab," ujar Alga cepat, tangannya menggenggam tangan Jingga dengan erat.

Seketika hening, tidak ada yang berbicara lagi. Di sisi lain, Jingga merasa bahagia, karena Alga akan bertanggung jawab. Namun, di sisi lain lagi, dirinya heran dengan sikap Alga yang seperti itu.

"Maaf kalo kemaren-kemaren gue nggak percaya sama lo..." Alga menjeda ucapannya. "Waktu itu gue bingung karena usia kehamilan lo yang lebih lama dari kejadian itu, tapi gue udah telusuri, gue sempet tanya ke dokter Viona. Dia jelasin semua dan gue udah ngerti, kalo bayi yang lo kandung itu anak gue."

Jingga menatap Alga, terlihat raut wajah penyesalan dari Alga. Jingga kini bisa menghela nafas lega.

"Terus? Kenapa lo tiba-tiba tadi dateng tadi?"

"Gue tadi abis dari basecamp mau nemuin lo, tapi gue ngeliat lo keluar dari rumah bawa mobil sendiri. Makanya gue ikutin, pas gue liat lo diganggu sama Dimas, gue mau langsung hajar dia. Tapi, gue juga butuh bukti kalo lo emang bukan pela*ur. Makanya gue tungguin di depan pintu. Pas gue denger lo nangis teriak, gue langsung dobrak pintu." Jelas Alga panjang lebar. Sebenarnya Ia tak ingin menceritakan semuanya. Namun, lama-lama dia gemas mendengar pertanyaan dari Jingga berkali-kali.

Jingga sempat syok dengan perkataan Alga yang masih saja berpikir dirinya adalah seorang pela*ur. Tiba-tiba air matanya kembali turun ke pipinya dan mengalir lancar begitu saja. Mulut Jingga memang suka menghina, tapi dirinya sangat tak suka jika dihina. Itulah namanya orang yang tak pernah intropeksi diri.

"Lo jahat tau, nggak!" gemas Jingga memukul dada bidang Alga.

"Iya, maaf!" timpal Alga acuh.

"Nggak mau maafin!"

"Ck. Apa mau lo?"

"Mau ayam bakar!" cicit Jingga memegangi perutnya, dengan tatapan pupy eyes.

Alga membelalakkan matanya. "Lo ngidam?!"

***

Pagi ini langit cukup mendung, seperti halnya dengan dua hati sepasang kekasih yang sedang duduk anteng di sofa. Ups, bukan sepasang kekasih, tepatnya calon sepasang kekasih.

"Gue udah telfon mami, katanya mereka bisa pulang hari ini, mungkin sore udah sampe," ucap Jingga menatap lurus ke depan dengan tatapan gelisah. Padahal, yang sedang diajak bicara duduk di sampingnya.

"Bokap, nyokap gue kayaknya sekarang nggak ke kantor, nanti gue ke rumah." Kini Alga yang berbicara.

Hari ini adalah hari Minggu, mereka berdua tengah berdiam diri di apartemen Alga. Tadi malam Jingga menginap di apartemen dan sudah ijin kepada Mirah dengan alasan berada di rumah temannya, untung saja pembantunya itu percaya.

ALGANGGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang