Ilham menelpon Ayah, Bunda, dan kedua orang tuanya.
Ilham meminta mereka untuk segera ke Rumah Sakit Medika.
***
Ayah, Bunda, Tante Eva dan Om Firman telah sampai di Rumah Sakit tersebut.
Mereka mencari keberadaan Ilham dan akhirnya mereka melihat Ilham yang sedang duduk sendirian di kursi tunggu.
"Ilham," Ayah.
Ilham mendongak dan langsung memeluk Ayah. Ilham masih terus mengeluarkan air mata. Setelah Ilham tenang, mereka meminta penjelasan.
"Ilham, apa yang terjadi? Siapa yang sakit?," ucap semua.
"Jadi begini Om Wijaya, Tante Shinta, Pa, Ma. Tadi Ilham habis jenguk teman Ilham yang sedang sakit. Saat Ilham hendak keluar dari Rumah Sakit ini, Ilham melihat Reyhan nangis seorang diri di sini. Ilham kemudian dekati Reyhan. Ilham tanya ke Reyhan, dan kata Reyhan, saat Reyhan dan Raka hendak pulang dari taman, mereka di hadang preman, mereka sempat melawan preman-preman yang menyerang mereka. Tapi tiba-tiba ada preman yang mengeluarkan pisau dan hendak menusuk Reyhan. Raka yang melihat kemudian mendorong Reyhan. Akhirnya Raka yang kena tusuk. Saat ini Raka membutuhkan donor ginjal dan Reyhan sedang melakukan pemeriksaan kecocokan ginjal. Nanti kalau ginjal Reyhan cocok untuk Raka, dokter akan segera melaksanakan operasi," Ilham.
Mereka sangat terkejut mendengar cerita Ilham.
"Ya Allah Yah, putra-putra kita Yah," Bunda langsung menangis dan segera di peluk Ayah.
"Tenang Bunda, Insya Allah mereka berdua akan baik-baik saja," Ayah.
"Iya Ayah," Bunda.
"Shinta, sabar ya, aku yakin Raka akan baik-baik saja. Nanti apabila ginjal Reyhan cocok untuk Raka dan melakukan operasi, semoga keadaan Reyhan juga baik-baik saja," Tante Eva mencoba menenangkan Bunda.
"Aamiin. Iya Kak, terima kasih ya Kak," Bunda.
"Iya Shinta sama-sama," Tante Eval.
Tak berapa lama ada suster yang mendekati mereka.
"Permisi, apakah di sini ada keluarga dari saudara Raka dan saudara Reyhan?" Suster.
"Kami keluarga mereka Sus. Ada apa ya Sus?" ucap Om Firman mewakili semuanya.
"Ginjal saudara Reyhan cocok untuk saudara Raka, dan saat ini mereka akan segera melakukan operasinya. Silahkan anda semua menunggu di depan ruang operasi," Suster.
"Iya Sus, terima kasih," Ayah.
"Iya sama-sama, kalau begitu saya permisi," Suster.
"Iya sus, silahkan," Ilham.
Di dalam ruang operasi tampak Reyhan melihat ke arah Raka.
"Raka, terima kasih kau telah menolong Reyhan. Sekarang giliran Reyhan yang akan menolongmu, Reyhan tidak mau melihatmu menderita. Reyhan ingin melihat keceriaan mu lagi. Biarlah Reyhan yang menderita, Reyhan ikhlas. Reyhan akan memberikan satu ginjal Reyhan untukmu, semoga bermanfaat," kata Reyhan dalam batin, Reyhan terlihat meneteskan air mata.
"Ya Allah, selamatkanlah kami berdua. Lancarkanlah operasi kami, dan semoga setelah ini Raka baik-baik saja. Aamiin," Reyhan berdoa dalam hati.
Dokter Panji selaku dokter spesialis anestesi pun menyuntikkan obat bius pada Reyhan. Tak berapa lama Reyhan mulai memejamkan matanya dan tidak sadarkan diri. Dokter Revan pun segera melakukan operasinya.
Sementara di luar ruang operasi.
Ayah, Bunda, Tante Eva, Om Firman dan Ilham menuju ke ruang operasi. Mereka menunggu dengan hati yang khawatir. Mereka terus berdoa untuk keselamatan Reyhan dan Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETULUSAN HATI SAUDARA ANGKAT
Teen FictionMenceritakan tentang anak yang bernama Reyhan