Part 6

582 82 10
                                    

Mereka sampai di kelas dan segera duduk di tempatnya masing-masing. Reyhan yang dari tadi hanya diam saja membuat Raka heran.

"Reyhan, aku perhatiin, dari tadi kamu hanya diam aja. Kamu ada masalah?" Raka.

Reyhan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Raka. Membuat Raka gemas sendiri, ingin sekali ia mengomeli Reyhan, tapi Raka tahan.

"Lah di tanya malah senyum," ucap Raka dengan mencoba menahan emosinya yang udah sampai di ubun-ubun.

"Reyhan senyum tuh karena sedang ingin senyum aja, emang nggak boleh ya?" Reyhan.

"Nih anak, malah makin bikin emosiku memuncak. Di tanya apa jawabannya apa. Udahlah aku pusing," Raka sebal sendiri.

"Raka," Reyhan.

"...," Yang di panggil hanya diam saja.

"Lah di panggil malah diem aja," Reyhan.

"...," Raka tetap diam tanpa menanggapi Reyhan.

"Nantang Reyhan ya? rasakan nih, suara maut Reyhan," batin Reyhan.

Reyhan mulai mendekati Raka, seakan akan mau membisiki Raka.
Raka yang di dekati tetap diam aja.

"Rakaaaaaaaaaaaa!," teriak Reyhan tepat di telinga Raka. Sampai bikin yang punya telinga kaget. Seisi kelas langsung heran melihat Reyhan. Reyhan yang di pandangi seluruh kelas hanya cengengesan tanpa dosa.

"Han, aku masih bisa denger kali, ngapain kamu pakai teriak di telingaku. Berisik tau," dengus Raka.

"Hehe maaf, habisnya kamu di panggil hanya diem aja. Ya udah Reyhan pakai jurus maut Reyhan. Gimana? Saktikan jurusnya Reyhan?" ucap Reyhan sambil menaik turunkan alisnya.

Raka langsung tertawa mendengar celotehan dan melihat ekspresi sahabatnya yang imut itu.

Setelah Raka berhenti tertawa, Raka bertanya pada Reyhan.

"Reyhan, kamu kenapa memanggilku?" Raka.

"Sebenarnya Reyhan mau bertanya, seandainya...., nanti aja Raka, Bapak Guru udah datang tuh," Reyhan.

Mereka pun memulai mengikuti pelajaran Geografi.
Beberapa saat kemudian bel istirahat kedua berbunyi.
Bapak Hadi pun mengakhiri pelajarannya hari itu, dan mempersilahkan para siswa dan siswi untuk beristirahat.

"Reyhan, apa yang ingin kamu tanyakan ke aku?" Raka.

"Reyhan ingin tau, seandainya kedua orang tuamu ternyata mempunyai putra angkat yang seusiamu, apa kamu mau menerima dia menjadi saudara angkatmu?" Reyhan.

"Kenapa kamu nanya begitu?" Raka.

"Jawab aja Ka, Reyhan ingin tau," Reyhan.

"Enggak," jawab Raka singkat.

Mendengar jawaban singkat Raka, Reyhan langsung terdiam.

"Lho Reyhan, kok kamu langsung diam setelah mendengar jawabanku?" Raka merasa heran dengan Reyhan yang tiba-tiba terdiam setelah mendengar jawaban darinya.

"Eh nggak papa kok Ka hehehe," Reyhan menjawab dengan di selingi tawanya, agar Raka tidak curiga atas keterdiamannya.

"Maksudku...aku nggak mau menerima dia sebagai saudara angkat ku, tapi aku mau menerima dia, sebagai saudara kandungku," sambung Raka sambil tersenyum.

Mendengar itu Reyhan langsung tersenyum bahagia. Hatinya menjadi lega. Dan bersyukur di dalam hati.

Tapi Reyhan berusaha menutupi rasa bahagianya itu. Supaya Raka tidak tau bahwa dialah saudara angkat Raka.

KETULUSAN HATI SAUDARA ANGKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang