Reyhan sudah selesai mandi dan berganti baju, kemudian membaringkan dirinya.
Tak berapa lama, Bunda sampai di kamarnya dengan membawa semangkuk bubur ayam dan segelas air putih.
Bunda kemudian meletakkan nampan di meja yg ada di luar kamar Reyhan. Dan membuka pintu kamar Reyhan.
Setelah pintu terbuka, Bunda membawa kembali nampan itu, dan menyapa Reyhan yang sedang melamun."Assalamualaikum Reyhan sayang," Bunda.
"Eh Bunda. Waalaikumsalam Bunda," ucap Reyhan sedikit terkejut.
"Maafin Bunda ya Nak, bikin kamu terkejut. Kamu sedang ngelamunin apa, Nak? Coba cerita ke Bunda," Bunda.
"Enggak kok Bunda, Reyhan hanya mikirin, tadi di sekolah, Reyhan ketinggalan beberapa pelajaran karena Reyhan tadi tidur di UKS," Reyhan.
"Benar begitu Nak? Nggak ada yang kamu sembunyikan dari Bunda kan?" ucap Bunda agak tidak percaya dengan apa yang dikatakan Reyhan.
"Iya Bunda, Reyhan nggak sembunyikan apapun dari Bunda kok," ucap Reyhan meyakinkan Bunda sambil tersenyum.
"Maafin Reyhan ya Bunda, Reyhan udah bohongin Bunda. Sebenarnya Reyhan masih kepikiran sama Ayah dan Bunda kandung Reyhan. Reyhan ingin mendapatkan kasih sayang dari mereka, tapi itu nggak bakal terjadi. Reyhan nggak mau ngasih tau Bunda karena Reyhan nggak mau Bunda sedih," kata Reyhan dalam hati.
"Ya udah Bunda percaya sama kamu," ucap Bunda sambil membelai rambut Reyhan.
"Makasih ya Bunda," Reyhan.
"Iya sama-sama sayang. Sekarang makan, setelah itu minum obat. Bunda suapin ya," Bunda.
Reyhan mengangguk.
Bunda mulai menyuapi Reyhan dengan penuh kesabaran dan dengan penuh kasih sayang layaknya Bunda kandung.
Tak berapa lama Reyhan telah menghabiskan buburnya dan sudah minum obatnya. Bunda meletakkan mangkuk dan gelas di nampan yang ada di atas nakas.
Bunda belum beranjak dari duduknya karena Bunda ingin menemani Reyhan sampai Reyhan tertidur.
Tidak berapa lama, Reyhan tertidur karena efek obat yang Reyhan minum.
Bunda kemudian menyelimuti Reyhan. Dan membiarkan Reyhan beristirahat.
Bunda keluar dari kamar Reyhan, dan menutup pintu kamar Reyhan.
***
"Reyhan, kemari Nak," wanita muda dan pria muda berusia sekitar 35 tahun melambaikan tangan ke arah Reyhan.
Reyhan pun mendekati wanita dan pria itu.
"Anda berdua siapa?" tanya Reyhan pada kedua orang yang ada di hadapannya.
"Kami, Ayah dan Ibu kandungmu Nak, Amel dan Yudhi," ucap Ayah Yudhi.
Reyhan terlihat bahagia sekali karena akhirnya bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Mereka bertiga pun berpelukan.
Mereka kemudian duduk di sebuah kursi panjang. Reyhan duduk di tengah-tengah Ayah Yudhi dan Bunda Amel."Reyhan, kamu sudah jangan sedih lagi ya, kan sudah ada Ayah Wijaya dan Bunda Shinta yang menyayangimu setulus hati. Kami juga akan selalu ada di hatimu kok Nak," Bunda Amel.
"Iya Nak, apa yang Bunda mu katakan benar Nak," Ayah Yudhi.
"Ayah dan Bunda sedih melihatmu sakit, Ayah dan Bunda ingin melihatmu sehat seperti dulu saat kmu belum tau kalau Ayah Wijaya dan Bunda Shinta bukan orang tua kandungmu," sambung Ayah Yudhi.
"Iya Nak, kamu jangan kepikiran kami terus ya, kami akan selalu melihatmu dari atas sana," ucap Bunda Amel sambil menunjuk ke langit.
"Tapi Ayah, Bunda," Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETULUSAN HATI SAUDARA ANGKAT
Teen FictionMenceritakan tentang anak yang bernama Reyhan