°02°

143 20 0
                                    

"Nikah itu bukan hanya sekedar hidup bersama, tetapi tentang kesiapan atau mampukah kita untuk membangun sebuah keluarga"




Selatan hari ini berada di sebuah taman kota. Sunyi, sepi, hampa ya itu sekarang yang Selatan rasakan. Selatan terus berkutat dengan pikirannya. Sekarang dia bingung dan geram dengan penuturan ayahnya. Satu sisi dia ingin menyenangkan ayahnya tetapi di sisi lain ia belum siap menikah muda atau bahkan harus meninggalkan Kezia, sungguh dia belum siap.

"Arghh!!" Teriakan suara geram Selatan.

"Kamu kenapa?" Suara perempuan di belakang Selatan membuatnya reflek menengok.

"Kezia, sini duduk" Suara lembut Selatan mempersilakan Kezia duduk di sampingnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku, kamu kenapa?" Tanya Kezia sambil menangkup kedua pipi Selatan.

"Cuma mikirin kamu aja, Kamu sendiri kok bisa ada disini?" Tanya Selatan. Dengan menggenggam kedua tangan Kezia.

"Aku habis dari minimarket terus ga sengaja lewat sini. Aku juga ga sengaja liat motor kamu terparkir disana" Jelas Kezia dengan penuturan yang lembut. Selatan pun menyenderkan kepalanya di pundak Kezia, Kezia pun mengelus pelan rambut Selatan.

"Kamu ada masalah? Cerita sama aku by"Ucap Kezia.

"Engga, aku hanya kangen kamu" Bohong Selatan. Kezia hanya mengangguk mengerti. Mereka sama sama diam sekarang. Kezia larut dalam kenyamanan sedangkan Selatan larut dalam pikirannya. Hari semakin malam, suara hewan hewan terus terdengar. Selatan mengajak Kezia pulang bersamanya. Selatan pun mengantar Kezia sampai gerbang rumahnya. Lalu Selatan pun pergi dari pekarangan rumah Kezia dan kembali ke rumahnya.

°••°

Pulang sekolah tadi Utara pergi ke kantor ayahnya bersama Aldo. Saat sampai disana, ayahnya menjelaskan apa tujuan ayahnya menyuruh Utara untuk ke kantor dan membicarakan hal penting. Utara kaget dengan penuturan Ander tentang akan menjodohkan anaknya dengan sahabat kecilnya. Pikiran Utara pun tertuju pada Aldo. Aldo laki-laki yang bisa membuatnya nyaman, tempatnya berpulang jika capek dengan dunia.

Utara kini sedang duduk di balkon kamarnya menikmati angin yang menerpa wajahnya dan ditemani es kopi susu kesukaannya. Untuk menenangkan pikirannya hanya ini lah yang Utara lakukan. Utara bingung harus menerimanya atau bahkan menolaknya. Ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya tetapi satu sisi juga tidak memungkinkan dia menikah muda. Bahkan dia belum mengenal sosok calon suaminya. Pintu kamar Utara terbuka,terlihatlah mamah Utara yang masuk ke kamar Utara. Viole pun duduk disamping Utara lalu mengelus lembut rambut Utara.

"Ada yang mau di ceritain ke mamah nak?" Tanya lembut Viole. Utara yang mendengar hanya tersenyum lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Viole.

"Tara belum siap mah" Tutur Utara sambil tersenyum hambar.

"Apa yang buat kamu belum siap? Nak, ga semua pernikahan itu buruk kok. Mamah yakin Tara pasti bisa membangun rumah tangga yang harmonis. Jangan takut untuk memulai nak" Nasehat Viole dengan suara lembutnya.

"Tapi mah.. Nikah itu bukan hanya sekedar hidup bersama, tetapi tentang kesiapan atau mampukah kita untuk membangun sebuah keluarga" Tutur Utara.

"Makanya Tara takut dan belum siap. Tara hanya ingin pernikahan Tara terjadi satu kali seumur hidup mah" Lanjut Utara.

"Tara kamu jangan berfikir negatif dulu. Jangan takut untuk memulai nak. Kamu bahkan belum tau kan kedepannya gimana? Kalo kamu bisa menjaga komunikasi dan hubungan pasti gampang mempertahankannya. Hidup ga selamanya lurus nak pasti ada lika likunya. Papah ngelakuin ini mungkin demi kebaikan kamu juga, agar kamu ada yang membimbing dan tidak kebawa arus arus negatif di jaman era sekarang" Penuturan Viole. Viole jujur belum bisa menerima jika anaknya harus nikah muda. Ia harus mengorbankan masa masa mudanya demi papahnya. Tapi Viole berfikir yang suaminya lakukan benar. Utara yang mendengar penuturan mamahnya hanya tersenyum sehingga terlihatlah lesung pipinya.

Kutub Selatan VS Kutub UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang