"anjay kabur dari rumah," goda abangku dimeja makan, lalu mencolek lenganku pelan.
"anjay yang lebih peduliin pacarnya daripada adeknya," balasku sewot, ingin menendang tulang keringnya tapi abang terlanjur tau dan mengindar dengan baik.
lalu abang berusaha menjelaskan, tapi bunda terlanjur datang, "Alea kan anak rantau, kalaupun Yasa gak ada disini, bunda bakal minta Ara manggil dia kok. itu kan yang kemarin nonton konser bareng kan? yang pernah kesini bawa sepeda gunung itu, kan??"
lalu abangku terbahak setelahnya. "anjay otw punya pacar nih,"
bunda tak banyak bicara setelah aku pulang dengan selamat dan perut kenyang, dia yang satu-satunya berada dirumah saat aku datang. dan saat kami sampai dirumah, bunda malah sibuk menjamu Yasa dan membawakannya oleh-oleh saat pulang sebagai ucapan terimakasih, satu kantong buah salak. aku tidak habis pikir.
tadi ketika aku bangun, abang muncul dari pintu masuk, baru saja pulang dari rumah sakit. katanya nanti siang bakal kembali lagi ke rumah sakit. kalau ada yang mau tahu, pacar abangku cantik banget, terlalu cantik untuk jadi pacarnya bahkan. untung sekali, sudah cantik, pintar, waras lagi. maksudku kak Alea betul-betul menarik perhatianku sejak kali pertama kami bertemu.
"mau ikut gak?" abang menoleh ke arahku, perilakunya yang selalu bisa ditebak menunjukkan bahwa dia hendak membayar rasa bersalahnya padaku. padahal kalau aku ikut, ya buat apa selain memainkan peran obat nyamuk.
"ikut. biar gak dirumah aja, biar gak seharian tidur samping kuburan." sergah bunda, sambil menatapku yang tak berani menatapnya balik.
jadi aku ikut ke rumah sakit, mendapati calon kakak iparku yang cantik dengan wajah pucat terbaring diranjang rumah sakit. sakit tipes. kata bunda, anak rantau memang rawan sekali kena tipes. kalau gitu aku akan kuliah disini saja. terkadang rasanya paham sekali kenapa mereka berdua ini sangat lengket dan makin hari makin serius saja rasanya hanya dengan melihat interaksi diantara keduanya.
abang yang baru saja masuk itu langsung bertanya kabar pacarnya padahal belum ada enam jam ditinggal, dan pacarnya hanya mengeluh bahwa abang bisa kembali lagi besok. aku hampir saja muntah melihat mereka bertengkar tentang siapa yang seharusnya lebih capek, tapi buru-buru dicegah kakak cantik tiba-tiba menanyakan kabarku.
"tau gak sih, Ya, baru kabur dari rumah, hahahah." jelas abang,
dan aku terpaksa harus memberi tontonan perkelahian dihadapan kakak ipar favoritku.
tadinya aku harus pulang sendiri sampai saat aku mendapati bang Juna masuk ruangan membawa keranjang buah yang besar. menjenguk satu teman yang katanya selalu jadi yang tumbang duluan, bahkan sampai saat mereka sudah tak lagi sering bertemu seperti dulu. aku diusir setelah beberapa lama dan disuruh pulang dengan bang Juna yang mengajakku makan siang sebentar, meski udah sore sih. ia menawariku untuk membeli apa saja yang aku mau, bahkan jika aku butuh kucing baru. tapi aku memilih dibelikan satu porsi yamie asin lengkap dengan pangsit goreng dan es teh dan dia cuma tertawa.
"aku nggak pernah liat kak Nana, dia kemana?" tanyaku berusaha memecah keheningan,
tapi abang diam saja, hanya mengangkat bahu sebentar tanpa menatapku dan melayangkan kata, "paling sibuk,"
kalau abangku yang sedang berada dalam masa tegang, dia akan heboh menanyakan pendapatku apakah dia harus menelpon pacarnya duluan atau sebaiknya dia biarkan sampai situasi kembali kondusif, maka bang Juna hanya akan diam dan memberikan isyarat lugas bahwa ia akan mengurus urusannya sendiri. lagipula, aku tau apa selain keseringan mendapat informasi bahwa mereka berdua terlalu sering seperti ini. aku juga terlalu sering melihat semua orang yang sibuk dengan pacar-pacarnya itu (secara harfiah).