pine

2.1K 308 108
                                    


"Yeonjun!" panggil seorang pria. Yeonjun pun menghentikan latihannya dan berjalan meghampjri pria yang berstatus menjadi manager grupnya itu. "Ada pria yang mencarimu."

"Siapa?"

"Susul saja langsung, dia menunggumu di lantai satu." Pria itu berlalu setelah menepuk-nepuk bahu Yeonjun sebentar.

Tidak langsung menemui pria yang mencarinya, Yeonjun berjalan ke ujung ruangan dan mengambil handuk kecil yang tergantung, menyeka keringatnya dan meneguk air minum hingga sisa setengah botol. Baru pria itu melangkahkan kaki untuk menemui tamunya.

Sepasang maniknya memicing memindai sosok pria yang tengah duduk di sofa dengan posisi membelakanginya. Sepertinya ia pernah melihat postur tubuh pria yang belum menyadari kedatangannya tersebut.

"Maaf?" Yeonjun memulai. Tepat pada saat posisinya sudah di samping sofa, masih berdiri menatap pria putih yang kini tersenyum ramah padanya.

"Hai," sapanya. Yang lebih tua berdiri dan mengulurkan tangan, untuk memperkenalkan dirinya pada adik dari gadis yang tengah ia cari. "Yeonjun, bukan?"

Anggukan diberikan Yeonjun sebagai balasan, baru ia ingat jika pria di hadapannya ini pernah beberapa kali menemui direktur agency mereka. Hanya sekilas, pantas saja wajahnya tidak terasa asing.

"Aku Park Jimin."

Mereka berjabat tangan, suasana lebih santai saat keduanya memutuskan untuk duduk dan mulai berbicara. Terutama alasan Jimin menemui Yeonjun.

"Aku teman kakakmu, dan juga teman dekat Hoseok."

Bibir tebal Yeonjun terbuka dan menganggukan kepala, ternyata Jimin teman kakaknya. Setahunya teman Jiyeon hanya Hoseok.

"Apa Jiyeon memberitahumu jika dia pindah?" Jimin tidak lagi berbasa-basi, waktu terlalu sempit dan ia tidak ingin mengulur lebih lama lagi.

Jelas saja Yeonjun menatap dengan mata membola, Informasi yang baru saja masuk ke gendang telinga harus dicerna beberapa kali oleh benaknya. "Pi—pindah?"

Jimin menghela napas beratnya. "Melihat reaksimu, kurasa Jiyeon memang tidak memberitahumu tentang kepergiannya yang tiba-tiba."

Lekas Yeonjun mengambil ponsel dalam kantong celana, hendak menghubungi kakaknya untuk menjelaskan apa yang baru saja Jimin utarakan.

Namun pergerakannya terhenti saat Jimin menahan ponsel Yeonjun. Pria itu menoleh meminta jawaban atas tindakan Jimin saat ini.

"Tenanglah, mungkin kau tidak bisa menghubungi Jiyeon, gadis itu mengganti nomornya. Hubungi Beomgyu, Jiyeon juga membawa adikmu bersamanya. Jadi, bisa aku meminta bantuanmu untuk menanyakan pada Beomgyu di mana alamat mereka sekarang? Menurutku, ini sangat penting."


...


"Lakukan apa pun, terserah apa yang kau lakukan padaku, Jiyeon. Asal jangan pernah meninggalkanku lagi," lirih Taehyung. Terlalu putus asa di saat ia berpikir jika tidak akan bisa bertemu dengan Jiyeon lagi. Beruntung Jimin datang begitu pagi-pagi sekali untuk memberitahukan alamat Jiyeon saat ini.

"Tapi Taehyung, kita tidak bisa—"

"Kenapa tidak? Jelaskan padaku kenapa kata bersama tidak pantas untuk kita berdua?" Taehyung menyela, bukan marah pada Jiyeon. Lebih pada situasi yang tidak pernah berada di pihaknya. Seolah dunia pun tidak membenarkan jika mereka kembali bersama. Persetan! Memang semenjak mereka berpisah, apa yang terasa benar untuknya? Semua terasa salah dan semakin menyiksa mereka berdua.

Secret Agent Of Despatch✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang