Jiyeon melenguh dan dengan sisa kesadarannya, gadis itu mencoba melepaskan diri dari kukungan pria yang dengan penuh nafsu memagut bibirnya. Namun pria ini terlalu kuat, tubuh dan bibirnya terus mendesak Jiyeon hingga gadis itu tidak dapat bergerak bebas.
Gadis itu tidak mengerti dengan tubuhnya sendiri, bukannya menuruti otaknya yang menentang pelecehan dari laki-laki yang tidak ia kenali, malah tubuhnya merespon baik setiap sentuhan tangan besar pria di hadapannya. Dan Jiyeon lemah, seolah pasrah akan serangan yang bertubi-tubi menjamah tubuhnya bak kompeni dengan tekad penuh untuk menjajahi. Kedua tangan yang tadi menahan dada bidang pria itu, kini terkulai lemas di sisi badannya. Nafasnya tersengal-sengal saat pemuda itu mengurai pagutan dan rasa pening yang menghantam membuat tungkainya tidak memliki tenaga untuk menyangga berat badannya.
Tahu karena si gadis tidak akan melawan lagi, pria itu mengangkatnya dan membaringkannya di tengah-tengah ranjang yang cukup dingin saat permukaannya bersentuhan langsung dengan kulit Jiyeon yang hangat.
Mata mereka saling menyelami iris penuh kabut dengan kesadaran yang sama-sama lenyap seiring waktu yang berjalan lambat. Pergerakan semakin menuntut hingga kini kedua tubuh itu tidak lagi tertutupi selembar kain pun.
Tanpa aba-aba, pria itu membenamkan dirinya masuk hingga jeritan Jiyeon yang kesakitan lepas dari bibirnya. Rasanya sangat menyakitkan saat pria di atasnya dengan kasar langsung menerobos miliknya pada Jiyeon yang masih perawan.
Terlihat raut terkejut dari pria tampan yang kini berdiam diri menatap Jiyeon dengan kedua alis yang bertaut. Entah apa yang ada dalam benak pria itu, Jiyeon tidak peduli. Ia ingin semua ini cepat berakhir dan beranjak pergi dari sini.
Meski sempat bergelut dengan pikirannya sendiri, pria itu kini mulai menggerakkan miliknya untuk membawa mereka berdua menuju kenikmatan yang ditawarkan dunia. Sangat terlambat bagi pria itu untuk mengakhiri kegiatan yang baru saja mereka mulai saat ini.
Insting mengajarkan Jiyeon apa yang belum pernah ia lakukan. Bergerak seirama saat rasa sakit dan nyeri yang sempat ia terima kini perlahan mulai tergantikan dengan rasa asing yang sialnya begitu nikmat. Meski rasa sakit itu tidak sepenuhnya hilang.
Desahan dan geraman saling bersahutan dengan cucuran keringat yang membasahi tubuh keduanya. Semakin mempercepat tempo gerakan hingga jeritan panjang Jiyeon memperlambat gerakan pria itu di bawah sana, membiarkan Jiyeon selesai dengan pelepasannya dengan tubuh yang mengejang hebat.
Gadis itu terengah dan mata yang terpejam sebelum kembali terbuka dengan tatapan sayu menatap pria tampan yang masih belum mendapatkan puncaknya. Kilatan gairah bertahan pada obsidian gelapnya, membuat Jiyeon terpukau sepersekian detik saat seringaiannya terasa mengancam.
Dan benar saja, pria itu kembali bergerak tanpa menahan dirinya lagi setelah Jiyeon mencapai puncak kenikmatannya. Hunjamannya tidak beraturan dan terkesan brutal. Tidak tanggung-tanggung membuat Jiyeon semakin pasrah di bawahnya.
Tubuhnya tersentak begitu geraman rendah menyapa gendang telinga, juga hunjaman yang dalam dan terasa hangat saat pria itu berusaha tidak melukai Jiyeon dengan cengkeraman kedua tangannya. Melampiaskan rasa nikmat akan kepuasan yang baru saja ia terima.
Hanya suara nafas yang terengah mengisi ruangan persegi ini. Pergulatan panas yang benar-benar menguras tenaga dua manusia tanpa busana yang kini masih menyatu karena si pria masih belum bisa mengangkat tubuhnya dari gadis di bawahnya yang sudah terlebih dahulu terbang ke alam mimpi.
Butuh beberapa menit bagi pria itu memulihkan diri dari permainan panas ini. Menarik perlahan dirinya dan berbaring di samping Jiyeon. Kedua sudut bibir itu pun tertarik melukis senyuman di wajah tampannya. Begitu puas kendati banyak pertanyaan yang bersarang di dalam kepala untuk gadis yang baru saja ia tiduri ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Of Despatch✔
Romance[M] mestinya Jiyeon tidak pernah menerima tawaran untuk menjadi agen rahasia.