hunch

1.6K 316 38
                                    

"Eum ... calon asisten tetapku," ujarnya setelah terdiam dan merutuki kebodohannya yang hampir saja kelepasan. "Kau, 'kan tahu kalau tidak ada yang betah bekerja denganku."

"Sadar rupanya," gumam Jiyeon sembari menjangkau kopinya yang sisa sedikit. Tidak panas lagi, tapi rasanya sayang jika tidak dihabiskan.

"Apa kau bilang?"

"Tidak, bukan apa-apa." Jiyeon membuang muka, menghindari tatapan Taehyung padanya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau sendiri di sini? Mana adikmu?"

Jiyeon mengedikkan bahu kecilnya. "Sekolah."

"Apa manager Min tahu kau datang ke sini?" tanya Jiyeon.

Giliran Taehyung yang mengangkat bahunya acuh. "Aku bukan anak kecil yang kemana-mana harus memberitahunya terlebih dahulu."

"Bukan begitu, sebagai manager-mu, dia tentu memiliki tanggung jawab untuk itu." Jiyeon tidak mengerti kenapa Yoongi betah bekerja dengan manusia menyebalkan seperti Kim Taehyung.

"Kenap—"

Belum sempat Taehyung menuntaskan kalimatnya, ponsel Jiyeon berdering nyaring di atas meja. Lekas gadis itu menyambar dan berjalan menjauhi Taehyung dengan tertatih-tatih ke dalam kamarnya.

"Jimin?"

["Kau kerja hari ini?"]

Jiyeon mendudukkan dirinya di tepian ranjang. Melirik pintu kamar yang baru saja ia tutup dan menghela napasnya sejenak. "Tidak, aku libur untuk hati ini. Kenapa?"

["Baguslah, ayo kita keluar. Hoseok juga sedang senggang."]

"Aku tidak bisa, kakiku memar dan aku butuh istirahat jika ingin bekerja normal besok," balasnya terdengar menyesal. Sudah lama sekali tidak mencoba hari libur, dan sekarang saat hari itu datang di depan mata, malah kondisinya tidak mengijinkan untuk itu. Sial!

["Memar? Kenapa bisa? Kau di flat-mu,'kan? Aku akan segera ke sana."]

"Eh? Tapi— Jim?" Jiyeon mendesah kesal dan mencoba menghubungi nomor Jimin kembali, lantaran pria itu tiba-tiba memutuskan panggilannya. Namun tidak dijawab sama sekali, meski berulang kali Jiyeon mencoba menghubungi.

"Aku lapar, masih lama di dalam?" Seruan Taehyung terdengar agak kesal di balik pintu  kamar.

Jiyeon mengusap wajahnya kesal setelah melemparkan ponsel ke atas ranjangnya. Kembali berdiri dan membuka pintu kamar.

Di sana Taehyung sudah berdiri memasang wajah menyebalkan seperti biasa. "Kau mau sarapan apa? Aku—"

"Pesan saja, aku mau bibimbap," sela Taehyung.

Jiyeon mendesah pelan. "Aku bisa membuatnya, bahannya pun juga ada kau beli tadi."

"Aku bilang pesan saja. Pesan dua, aku sudah lapar." Selepas mengatakan itu, Taehyung beranjak menuju sofa. "Kau tidak punya kaset film?"

"Ada, di dalam laci paling bawah," balas gadis itu kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya.

Sebenarnya Taehyung hanya tidak ingin membuat Jiyeon semakin kewalahan jika harus membuatkan sarapan untuknya. Meski ia memang lebih suka makan masakan dari Jiyeon.

"Bajakan?" Alisnya mengernyit. Kemudian melirik Jiyeon yang baru saja mendudukkan dirinya di atas sofa, sementara Taehyung tengah memilah beberapa kaset yang Jiyeon miliki.

"Lebih murah, lagipula kualitasnya tidak terlalu berbeda dengan kaset asli. Yang penting bisa ditonton."

Taehyung menggelengkan kepalanya pelan. Gadis ini benar-benar membuatnya tidak habis pikir. "Ini ilegal, kau pun bisa ditangkap jika ketahuan membeli kaset bajakan seperti ini."

Secret Agent Of Despatch✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang