"Kau yakin?" Namjoon kembali memastikan. Sebab, pagi ini ia cukup dibuat terkejut dengan keputusan Jiyeon untuk mengundurkan diri.
Gadis itu mengangguk, wajahnya benar-benar terlihat lelah, juga bayangan hitam di bawah mata yang begitu kentara.
"Kau baik-baik saja?"
Jiyeon memejam sejenak, dan kembali membuka mata seiring napas yang dilepas perlahan. Ia sudah sangat yakin dengan keputusannya ini. Pergi meninggalkan semua yang ada di sini adalah opsi terbaik yang ia miliki.
"Saya minta maaf jika pekerjaan saya selama ini masih kurang memuaskan Anda, Direktur Kim."
Namjoon menghembuskan napas frustasi, karena ia tahu betul penyebab utama Jiyeon memilih berhenti.
"Kalau kau juga mencintainya, kenapa kau pergi? Taehyung juga berhak tahu akan perasaanmu."
Seketika Jiyeon mengangkat wajahnya, menatap Namjoon dengan perasan was-was, apa Namjoon marah karena ia tidak profesional saat bekerja? Dan dari mana Namjoon tahu kalau ia mencintai Taehyung?
"Aku tahu semenjak target Jungkook aku ganti dengan Taehyung. Taehyung memang tidak memiliki kekasih, hubungannya dengan Seungyeon pun hanya sebatas teman meski Seungyeon selalu gencar mendekati. Dan selama ini kau bahkan tidak sadar jika Taehyung menyukaimu."
Jiyeon masih mencerna kalimat Namjoon, pantas saja waktu itu Jungkook bisa menyelamatkannya saat di cafe, ternayata Jungkook sudah ditugaskan untuk melakukan pengintaian pada Taehyung.
"Dia marah karena dia berpikir kau hanya memanfaatkannya untuk kepentinganmu, tapi dia belum tahu kau juga mencintainya."
Namjoon berdiri dan keluar dari meja kerjanya. "Gajimu sudah kukirim, istirahatlah, tempatmu masih ada jika kau ingin kembali ke sini, kapan pun."
...
"Lalu kalau Yeonjun ingin pulang bagaimana?" Beomgyu menatap kakaknya heran, kenapa tiba-tiba pindah tanpa membahasnya terlebih dahulu.
"Dia bisa menyusul kita nanti, lagipula Yeonjun memang sibuk sekarang dengan dunianya sebagai idol, akan jarang pulang."
"Lalu kita ke mana? Kita tidak memiliki siapa-siapa lagi, Jiyeon."
Pergerakan Jiyeon yang tengah memasukan baju ke dalam koper pun terhenti. "Kau pikir di sini kita punya siapa? Ke mana pun kita pergi, hanya ada kau, aku dan Yeonjun."
"Setidaknya di sini kau masih punya Kak Taehyung dan Hoseok," sergah Beomgyu.
Jiyeon menghela napas lelahnya, ia sudah lama sekali merasa ingin pergi sejauh mungkin dan membiarkan hal yang pernah terjadi di sini, tertinggal tanpa ikut serta nantinya.
"Tidak Beomgyu. Kau tidak bisa bergantung pada siapa pun di dunia ini kecuali dirimu sendiri," tegas Jiyeon. Gadis itu berdiri dan meninggalkan kamarnya. Perdebatan dengan Beomgyu terasa percuma, ia tidak akan goyah kali ini. Jiyeon sudah memutuskan untuk pergi, dan itu harus terjadi.
Malam ini langit benar-benar menyembunyikan para bintang, bulan pun hanya sedikit mengintip untuk menegaskan eksistensinya masih besar di atas sana. Dan Jiyeon tidak terlalu menaruh minat untuk memperhatikan apa yang kini terjadi pada tata surya hingga semua keindahan di langit malam, turut hilang bersamaan dengan perasaan bahagianya yang dulu sempat terasa meski hanya sementara.
Tangannya mendorong pintu kaca minimarket, membawa jenjangnya menyusuri jejeran makanan ringan. Gadis itu mengambil satu cup ramen dan menghampiri showcase cooler untuk mengambil satu kaleng minuman dingin. Baru setelahnya Jiyeon membayar dua belanjaannya di kasir.
Hujan turun dengan derasnya saat Jiyeon menunggu ramennya matang, matanya tertuju pada jalanan yang mulai basah dari dalam kaca minimarket. Bangku dan meja yang tersedia lebih dingin saat bersentuhan langsung dengan tubuhnya. Juga kondisi yang tengah hujan membuatnya menangkupkan kedua tangannya melingkari cup ramennya.
Merasa beberapa menit sudah terlewati, dan rasa lapar yang seolah mentitahnya agar segera menyantap ramen di depan mata, Jiyeon membuka dan mengaduk ramen tersebut dengan sumpit kayu di tangan. Meniup beberapa kali sebelum memasukan makanan instan itu ke dalam mulut kecilnya.
Ia baru menyadari jika sudah lama sekali tidak memakan ramen semenjak bekerja dengan Taehyung. Sebab, pria itu mengisi lemari pendingin dan kabinetnya dengan makanan yang lebih sehat.
Pikiran itu membuat kunyahannya terhenti, rasa sakit mudah sekali menelusup jika ingatannya mencumbui nama Taehyung tanpa disadari. Rasa sakit dan kecewa yang banyak ia bubuhi pada pria yang memberinya kasih sayang setulus hati.
Jiyeon meraih minuman yang ia beli tadi dan membukanya sembari menyudahi kunyahan di mulutnya. Meneguk cairan dingin itu dan meletakannya kembali.
Gadis itu mengangkat pandangannya, ingin kembali melihat keluar jendela kaca, namun yang ia temukan membuatnya membeku dalam posisinya sekarang.
Tatapan tajam yang sudah lama sekali tidak ia temukan, berada di depan sana. Dalam balutan training panjang bewarna hitam dan Hoodie cream, juga gulungan scarf pada leher, senada dengan celananya. Masker yang dikenakannya tidak mampu membuat Jiyeon untuk tidak mengenali wajahnya.
Pria itu menatapnya dengan pandangan dalam, rindu, kecewa, dan entah emosi apalagi yang bersarang di dada, hingga ia pun bingung apa yang lebih dominan terasa.
Taehyung menutup dan meletakkan payungnya pada keranjang di depan minimarket. Masuk ke dalam dan hilang tertelan rak makanan.
Jiyeon kembali terpaku pada ramen di depannya, kenapa perutnya mendadak kenyang? Padahal hanya satu kali suapan.
Hatinya diliputi bimbang untuk sesaat, rasanya ingin kembali menuju flat-nya, tapi ia tidak membawa payung sama sekali, tidak mungkin menerobos hujan sederas ini.
Jiyeon menoleh ke kiri begitu seseorang duduk di sebelahnya dengan satu kotak susu strawberry dan satu cup ramen yang sudah terisi air panas.
Taehyung, membuka maskernya dan meletakannya di atas meja, pandangannya lurus, memandang mobil yang berlalu-lalang di depan sana. Bahkan di saat seperti ini pun, Jiyeon sangat bisa merasakan aura bintang yang Taehyung pancarkan.
Hening ... hanya suara rintik hujan di luar sana yang melingkupi mereka. Jiyeon mencoba memakan ramennya kembali, berusaha mengabaikan entitas Taehyung di sebelahnya.
"I miss you ... after what you did to me, i still miss you," lirihnya.
Jiyeon menggigit bibir bawahnya, kalimat Taehyung membuat goresan di hatinya. Bukan ini yang ingin ia dengar setelah ia memberi pria itu kalimat tajam.
Kali ini Taehyung menoleh pada Jiyeon, menatap wajah kecil yang tertunduk menatapi ramennya.
"Bahkan saat aku tahu kau sama sekali tidak mencintaiku, dan hanya memanfaatkanku untuk kepentinganmu, aku tetap tidak bisa membencimu. So, how to solve it?"
Jiyeon pun mengalihkan atensinya pada Taehyung, menatap gurat letih di wajah tampan Taehyung. Setelah Jiyeon pergi dengan kata-kata pahitnya, Taehyung terlihat lebih kacau dan masih menatapnya dengan mata yang tulus.
Gadis itu ingin merengkuh Taehyung, memberi usapan pada punggung lebar tersebut dan meluncurkan kata-kata menenangkan. Tapi sisi lain di dalam dirinya tidak membenarkan.
Ia tidak pantas melakukan hal seperti itu setelah apa yang ia perbuat pada Taehyung. Hati dan pikirannya bertentangan, dan itu membuat Jiyeon semakin membenci dirinya sendiri. Tidak boleh lagi ... bukannya satu jam yang lalu tekad untuk pergi sudah bulat?
Maka ia pikir tidak seharusnya pertemuan ini melemahkannya, menghancurkan rencana untuk memulai kehidupan baru yang sudah ia susun dan persiapkan.
...
Sandra
18/12/20Maaf ya, dikit" skrg, karna dah mau ending kan :"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Of Despatch✔
Romance[M] mestinya Jiyeon tidak pernah menerima tawaran untuk menjadi agen rahasia.