Jiyeon diam, sepanjang penjelasan Taehyung yang membuat dadanya sesak, Jiyeon hanya bisa meremat ujung bajunya. Rasanya Jiyeon bisa menempatkan posisinya pada bagian mimpi terburuk bagi Taehyung. Mereka bertemu, dan pria itu berani terjun bebas pada Jiyeon tanpa takut dengan kenyataan benda tajam yang Jiyeon sembunyikan di balik punggung sempitnya. Hanya untuk menikam Taehyung tepat di ulu hati.
Sebisa mungkin Jiyeon menghindari tatapan terluka Taehyung. Malam yang semakin dingin, dan hujan deras yang mulai mereda, menjadi pilihan Jiyeon untuk berbagi atensi. Sejujurnya, ia lebih terluka lagi dengan semua yang terjadi. Sebab, melihat Taehyung yang seperti ini memberi hunjaman menyakitkan yang terasa dua kali lipat lebih dalam. Mungkin ia memang mencintai Taehyung tanpa Jiyeon sadari, dan harus Jiyeon ungkit kembali jika gadis itu pula yang membuat Taehyung patah hati.
"Aku ... harus pulang," ujar Jiyeon. Masih belum bisa menatap Taehyung tepat di mata.
Berdiri cepat, Jiyeon langsung bersiap keluar dari minimarket. Tentu Taehyung tidak membiarkan begitu saja, tepat gadis itu sudah lepas dari pintu minimarket, langkahnya terhenti karena sebuah tangan besar yang menahan pergelangannya.
Tidak perlu bagi Jiyeon untuk tahu siapa yang sudah menahannya, gadis itu bisa mencium aroma Taehyung yang selalu berkumpul di sekitarnya dan membuatnya terbiasa.
"Tunggulah sampai hujan benar-benar reda," ucap Taehyung. Sorot matanya mampu membuat Jiyeon tidak menyanggah pintanya untuk sementara.
Jiyeon menggeleng pelan, berada di dekat Taehyung sedetik lebih lama akan membuatnya semakin lemah nantinya.
Belum sempat Jiyeon menjawab, Taehyung sudah terlebih dahulu melepaskan pegangannya pada Jiyeon. Gadis itu membiarkan Taehyung yang kini melilitkan scarf hitam miliknya pada leher Jiyeon.
Termasuk saat Taehyung menangkup wajahnya yang cukup tertelan di antara kedua telapak tangan besar pria itu, menuntunnya semakin dekat dengan Taehyung yang menurunkan wajahnya. Mempertemukan kedua ranum mereka, hanya berupa sentuhan lembut dan begitu lama. Jiyeon memejam, ia bisa merasakan jika Taehyung ingin menikmati momen seperti ini lebih lama. Jiyeon menyimpan dengan baik di sudut hatinya. Semua kenangan manis bersama Taehyung yang akan membuatnya merindu dan kenangan buruk yang ia lemparkan pada Taehyung yang akan membuatnya sadar, jika perasaan rindu harus tetap diam di bagian terdalam hatinya.
Jiyeon merasakan basah pada permukaan pipinya, terasa hangat dan dingin saat angin malam menyapunya. Mata gadis itu sedikit terbuka, melihat Taehyung yang masih memejam dengan buliran bening yang keluar dari sudut matanya.
Dan bersamaan dengan itu, Taehyung menarik wajahnya menjauh. Dengan cepat pria itu mengusap kedua air mata yang sudah membasahi pipinya.
Tanpa sepatah kata pun, Taehyung berbalik dan meninggalkan Jiyeon setelah memindahkan payung yang tadi pria itu bawa ke dalam genggaman Jiyeon.
Satu tangannya terangkat naik menyentuh pipinya yang basah oleh air mata Taehyung. Sekarang, ia benar-benar tahu betapa buruk kehadirannya bagi Taehyung. Pria itu terluka hingga mampu meneteskan air mata. Apa yang Jiyeon harapkan untuk kembali? Ia benar-benar tidak tahu diri jika menawarkan hubungan baru pada Taehyung yang sudah ia lukai.
Jiyeon pun membawa tubuhnya menuju flat, membiarkan hujan yang kembali deras menghujam langsung tubuhnya. Bahkan untuk mengenakan payung dari Taehyung pun Jiyeon tak pantas rasanya.
Hingga gadis itu sampai di rumah, Beomgyu mengernyit heran dibuatnya. Pasalnya, Jiyeon membawa sebuah payung, namun lebih memilih basah ditimpa hujan sampai ke flat. Pertanyaan Beomgyu terabaikan, Jiyeon langsung menuju kamar dan menguncinya rapat.
Suara isakan yang berusaha ditahan, terdengar oleh Beomgyu yang hendak mengetuk pintu kamar kakaknya. Di dalam sana, Jiyeon menangis, merenungi kembali kesalahan apa yang sudah ia lakukan.
Sementara Beomgyu hanya bisa menghela napasnya, menurutnya Jiyeon terlalu banyak memikirkan perasaan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Ia tidak bisa menyalahkan Jiyeon dalam hal ini, yang Beomgyu tahu, Jiyeon melakukan ini semua hanya demi keluarganya.
...
"Ke mana?" Jungkook benar-benar dibuat gusar dengan kenyataan Jiyeon yang sudah mengundurkan diri dan pergi entah ke mana.
"Aku juga tidak tahu," sahut Namjoon.
Ia juga tidak menyangka jika Jiyeon pergi secepat ini, bahkan baru kemarin Jiyeon mengatakan ingin berhenti. Gadis itu benar-benar keras kepala.
Jungkook mengusap wajahnya kasar, susah sekali menebak jalan pikiran Jiyeon. Kenapa gadis itu berpikir jika semuanya akan selesai dan kembali normal dengan pergi meninggalkan?
"Kau mau ke mana?"
Jungkook berhenti sejenak saat sudah mencapai ambang pintu ruang kerja Namjoon.
"Menemui Jimin," balasnya. Kemudian melesat pergi untuk menemui Jimin.
Langkahnya yang tergesa-gesa membuat beberapa karyawan yang berpapasan dengannya sengaja menghindar karena Jungkook yang terlalu fokus pada ponselnya. Pria itu dengan sigap menghubungi Jimin dan meminta pria itu untuk menemuinya di suatu tempat.
"Aku benar-benar tidak tahu dia pergi ke mana, sudah satu minggu belakangan Jiyeon tidak menghubungiku." Hoseok pun dibuat bingung karena tidak tahu perihal kepergian Jiyeon yang tiba-tiba. Club malam tempat Hoseok bekerja yang dijadikan Jimin dan Jungkook untuk tempat pertemuan mereka.
"Terakhir aku bertemu dengan Jiyeon saat aku memberitahu informasi tentang orangtuanya," timpal Jimin.
Jungkook dan Hoseok serentak menoleh pada pria itu, membuat Jimin melupakan jika ia belum memberitahu kedua pria ini jika orangtua yang selama ini Jiyeon cari sudah pergi untuk selama-lamanya.
Merasa berhutang penjelasan pun, Jimin menceritakan semuanya. Dan mereka pun juga berpikir jika hal tersebut yang menjadi salah satu alasan Jiyeon untuk pergi, juga permasalahannya dengan Taehyung tentunya.
"Bagaimana dengan adiknya yang idol itu? Kau punya nomornya?" tanya Jungkook pada Hoseok.
"Aku punya, tapi Yeonjun bahkan terlalu sibuk untuk sekedar mengangkat panggilan dari kakaknya, apalagi aku yang menghubunginya."
"Tapi ... aku rasa, jika kita menemukan Jiyeon pun, apa yang kita lakukan?" Jimin bersuara.
"Menurutku, biarkan Jiyeon menyendiri untuk saat ini, setidaknya Beomgyu ada bersamanya, dia tidak sendiri."
Hoseok benar, tapi kenapa Jungkook merasa ada yang mengganjal. Ia hanya tidak ingin masalah Jiyeon dan Taehyung berujung pada ketidakjelasan seperti saat ini. Jiyeon pergi membawa semua tanya. Dan itu pasti juga sangat berat bagi Taehyung. Mungkin saja pria itu lebih menyalahkan dirinya sendiri karena kepergian Jiyeon ini.
"Aku akan meminta tolong temanku untuk mencari keberadaan Jiyeon. Untuk memastikan keadaan gadis itu," ujar Jimin.
Jungkook duduk dengan napas yang dihembus kasar. Bahkan pria itu baru menyadari jika sedari kedatangannya, ia belum duduk sama sekali. Ia merasa perlu untuk memberi tahu Taehyung, tapi di sisi lain ia takut ini semua mengganggu pekerjaan Taehyung. Mungkin akan lebih baik jika Taehyung mengetahuinya sendiri.
"Apa yang kalian bicarakan itu benar? Jiyeon pergi?"
Suara berat itu mampu mengalahkan berisiknya lantunan musik yang membuat sebagian orang lebih memilih berdiam diri di rumah dari pada menyakiti gendang telinga mereka.
Dari raut wajah Hoseok dan Jimin, Jungkook sudah bisa menebak siapa yang kini berada di belakangnya. Mendengar pembicaraan mereka sedari tadi. Juga beberapa waktu yang ia gunakan untuk mengintai Taehyung, membuat Jungkook hapal dengan suara pria itu.
...
Sandra
25/12/20
Maaf ya baru sempat up, dah beberapa hari aku pulagnya lama dari biasanya, jadi dah capek dan gak sempat typing lagi :"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Of Despatch✔
Romantizm[M] mestinya Jiyeon tidak pernah menerima tawaran untuk menjadi agen rahasia.