Cuma mau bilang, buat yang gasuka sama cerita yang aku bkin, atau visual bias yang aku pake, don't read! I'm serious about that! Aku nulis ikhlas, aku gak pernah nuntut sekian vote dan sekian komen dulu biar bisa langsung next chptr. Aku juga gak pernah memaksa kalian untuk baca crta yang aku bkin. Selagi aku bisa, aku bakalan aktif dan ngasih bacaan terus karena aku pun sama, kita sama" hobi baca.
Makasih banget buat yang udah vote sma ninggalin komen, entah itu masukan, atau candaan yang bikin aku terhibur tiap dpt notif dari kalian. Tapi aku sma kyk writer lain, pasti bakalan down juga kalo dpt komen yang terkesan merendahkan. Jadi kalau gak bisa terima sama cerita dan visual yang aku pake, just ignore it and don't leave bad comments. Ini berlaku untuk dua akun aku ya.
Sebenarnya gak mau ngomong kayak gni, aku takut kalian malah gak nyaman. Tapi seriuslah, aku pun gak bisa lagi abaikan komenan yg satu itu, jadi maaf banget ninggalin note gak enak kyk gni.
Bacanya jangan pake nada tinggi dong :v santae aja kek di pantae💦
Udahlah, itu aja. Cus lah baca, dah panjang bgt gue curhat, sepanjang perjalanan cinta gue ke jeonnonu xixi
Semoga suka sama chptr ini😚 tag kalo ada typo ya 😉
---🍑
Semenjak kepulangan Jiyeon dari rumah sakit, Taehyung lebih banyak diam dan merenung. Ada perasaan kecewa begitu mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi Jiyeon yang nyatanya tidak hamil.
Seharusnya Taehyung pun menarik napas lega, karirnya tengah berada di puncak. Skandal seperti ini hanya merusak semua yang ia gapai demi kesuksesannya. Tapi kenapa kecewa itu lebih dominan terasa? Ia mencoba mengulik lebih dalam lagi, apa yang sebenarnya membuat Taehyung menginginkan jika Jiyeon benar-benar hamil anaknya.
Dan satu jawaban muncul begitu jelas dalam benaknya. Bahwasanya, Taehyung jatuh cinta, hingga harap itu terpanjat begitu tinggi pada Jiyeon. Taehyung ingin mengikat, agar Jiyeon tetap bersamanya. Dengan harapan malam itu membuahkan hasil dan membuat Jiyeon terikat dengannya. Namun kenyataan tentu tidak semudah memanjatkan harapan.
Kini saat harapannya patah, Taehyung hanya bisa melonggarkan respirasi yang sesak terasa mencekiknya.
Ia pun belum bertemu dengan Jiyeon semenjak kemarin, gadis itu memilih istirahat di flat sederhananya sepulangnya dari rumah sakit.
"Jadwalmu diganti, tidak terlalu jelas penyebabnya apa, tapi besok kau free. Dan lusa kau ada pemotretan untuk majalah."
Taehyung tidak mengalihkan atensinya pada Yoongi. Tetap diam dalam duduknya, seolah matanya memang fokus pada layar datar empat puluh inci di hadapannya.
"Bagaimana keadaan Jiyeon? Sudah membaik?" tanya Yoongi lagi karena tidak mendapat respon dari pria yang lebih muda.
Dan Taehyung masih setia dengan kebungkamannya. Terlalu malas menanggapi karena hati yang diterpa badai, meluluhlantakkan semua yang semula tersusun rapi.
Terdengar helaan napas berat Yoongi di ujung sana, duduk di atas sofa yang berlainan dengan Taehyung.
Pria pucat itu tidak habis pikir kenapa ia masih betah bekerja dengan pria menyebalkan seperti Taehyung. Sebenarnya banyak tawaran pekerjaan yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi dan jelas akan Yoongi senangi. Tapi meninggalkan Taehyung dalam pengawasan orang lain yang mungkin saja berniat buruk pada Taehyung, membuatnya selalu mengurungkan niat untuk berhenti.
Yang Yoongi tahu, Taehyung selalu saja merasa sendiri. Sebanyak apa pun orang-orang yang memuja dan menjadikannya idola, Taehyung tidak bisa melepaskan rasa sepi yang sudah menjadi sisi lain dari hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Of Despatch✔
Romance[M] mestinya Jiyeon tidak pernah menerima tawaran untuk menjadi agen rahasia.