snare

2.1K 352 48
                                    

Taehyung berusaha menulikan telinga dan bertindak tidak peduli kala kemarahan Yoongi lagi-lagi mengisi ketenangannya di pagi hari. Masalah semalam yang ternyata membuat Yoongi sang manajer meradang dan memuntahkan berbagai macam sumpah serapah selama satu setengah jam. Rasanya gendang telinga pun sudah mulai pengang. Kendati memang bukan sepenuhnya salah Taehyung bila diulik lebih dalam.

"Aku tidak tahu kalau dia bukan wanita yang kau sewa. Lagipula aku juga tidak bisa bertahan lebih lama dengan kondisi seperti itu," ucapnya membela diri.

Entah ulah siapa yang memasukan obat perangsang dalam minumannya dan jelas sekali orang itu berniat untuk menjatuhkan Taehyung tentunya. Tidak habis pikir dengan banyaknya cara kotor yang dilakukan oleh beberapa oknum demi menghancurkan karir Taehyung yang tengah melejit naik.

"Tapi, aku pikir dia gadis yang kau kirim. Karena dia berkata tengah mencariku," ujarnya teringat awal mula ia mengira gadis itu adalah gadis yang dikirim Yoongi.

"Tunggu-tunggu ... apa jangan-jangan dia salah satu penggemarmu?"

Taehyung merotasikan matanya malas. "Yang benar saja. Mana ada seorang penggemar yang tidak tahu rupa idolanya sendiri?"

"Ah~ benar juga, ya. Eum ... tapi, kenapa dia mencarimu?"

Taehyung mengangkat bahu, pertanda tidak tahu. Dari semalam, benaknya gagal menemukan celah perihal keganjilan itu semua. Dan yang selalu membuat Taehyung sedikit merasa bersalah adalah gadis itu kehilangan keperawanannya. Membayangkan jika Taehyung akan mendapat isakan tangis dan kalimat klasik seorang gadis yang meminta pertanggungjawaban. Alih-alih demikian, Taehyung malah merasa terbuang setelah dinikmati. Mendapati kasurnya kosong tanpa meninggalkan jejak apapun selain sebercak darah yang mengotori seprei ranjang.

"Kau tahu siapa namanya?" tanya Yoongi lagi.

Taehyung menggeleng. "Tapi aku ingat wajahnya," balasnya. Jelas sangat ingat, mata yang menatapnya sayu dan terlihat polos, hidung mancung yang tipis juga bibir merah yang lembut. Dan yang paling tidak terlupakan ketika gadis itu menyerah saat sampai pada puncak kenikmatan yang membuatnya lelah.

"Sial! Bagaimana jika gadis itu mengambil fotomu?"

Taehyung meragukan yang satu itu. Tapi tidak menutup kemungkinan jika apa yang Yoongi takutkan benar adanya.






•/•






Terhitung sudah lebih dari sepuluh kali Jiyeon menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Mencoba melerai rasa gugup saat kakinya menapaki gedung yang menjulang tinggi ini. Meyakinkan kembali jika ia bisa melakukan pekerjaan ini tanpa melakukan kesalahan fatal seperti kemarin.

Dengan mantap, Jiyeon melangkahkan kakinya ke dalam. Ramainya orang yang hilir mudik memenuhi ruangan semakin membuatnya percaya jika kali ini tidak akan ketahuan.

Pagi tadi Namjoon memberi informasi jika Taehyung menjadi salah satu tamu yang mengisi acara musik dalam gedung ini. Jiyeon hanya perlu menuju lantai 5 dan menjaga jarak agar tidak ketahuan. Ia kini sudah mengetahui seperti apa wajah Kim Taehyung itu. Berdoa saja pria Kim itu tidak merasa diikuti. Dan kini yang perlu Jiyeon lakukan adalah mencari ruang tunggu Taehyung.

"Oke ... belok kiri dan ruangan ke tiga di sebelah kanan," gumamnya mengingat kembali arahan seorang staf yang sempat ditanyai. Bukanlah perkara yang sulit bagi Jiyeon membaur di sini, karena lagi-lagi berkat kejeniusan Namjoon, Jiyeon bisa meminjam salah satu seragam staf di sini. 

Langkah demi langkah yang teramat ringan mulai menyusuri lantai marmer dengan hentakan santai yang membawanya menuju ruangan ke-tiga. Membuka pintu ruangan dengan percaya diri.




Secret Agent Of Despatch✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang